[ 5 ]

637 80 4
                                    

5 | Kejadian Memalukan di Pertemuan Kedua

"Nih," ucapnya dengan raut muka sebal.

Aku menyengir lebar kemudian menerimanya. "Makasih ya, my best cousin. Lo emang satu-satu orang yang nggak pernah ngebohongin gue. I love you so much."

Sepupuku itu mendelik jijik saat melihatku mengerling ke arahnya. Ia membuang muka dengan wajah ditekuk.

"Dateng lo. Gue robohin nih rumah kalo lo nggak dateng," tukasnya sadis. Aku tertawa sedangkan ia melotot kepadaku. "Serius gue, njir. Capek gue nyari-nyari request-an lo. Mana ada sih dress tanpa lengan terus bawahnya motif three ball? Lo ada niat buat bunuh gue, hah?"

Aku terus terus tertawa mendengar nada sewotnya. Aku memang sengaja memilih motif yang sulit agar ia juga susah mencarinya. Lagipula dia sendiri yang menanyaiku 'Mau motif yang kayak gimana?'. Tentu saja aku pasti meminta yang aneh-aneh.

Sebenarnya sih itu bukan hal besar baginya. Ia bisa saja menyuruh desaigner keluarganya untuk membuatkan baju sesuai keinginanku. Sepupuku ini saja yang menanggapinya terlalu lebay.

"Udah, ah. Gue mau pulang!" sahutnya kesal. Ia mengambil barang-barangnya yang berserakan di sofa ruang tamuku kemudian melenggang pergi dari sana.

"MAU DIANTERIN SAMPE DEPAN PAGER GAA?" celetukku sebelum ia keluar dari rumahku.

Ia berteriak sama kencangnya, "NGGAK PERLU!!!"

Brakk.

Aku terkekeh geli melihat emosinya yang sangat mudah tersulut itu. aku tidak heran jika banyak orang yang senang menggodanya.

Aku menggeleng pelan, "Mudah-mudahan pintu gue masih berada di posisinya." gumamku pada diri sendiri.

[ - ]

Sebenarnya aku tidak ingin datang ke pesta pernikahan saat ini jika saja sang pengantin bukanlah kakak sepupuku sendiri. Bukannya takut pada bang Neo, tetapi ketakutanku lebih kepada tante Nevada atau yang sering kusebut dengan panggilan 'Tante Merk Baju'.

Wanita paruh baya itu adalah salah satu orang tersadis yang pernah kutemui. Bahkan ia tidak segan-segan untuk ikut menonton film pembunuhan dengan organ dalam manusia yang keluar dari tempatnya tanpa sensor sedikitpun. Aku tidak akan menyebut hal itu aneh jika saja suaminya sendiri berani menonton dengannya. Tapi nyatanya tidak. Dia adalah satu-satunya orang di keluarga besarku yang tidak takut akan hal apapun.

Dan menurutku itu keren.

"Waaah, Alita beneran dateng!" serunya senang. Aku tersenyum simpul kemudian masuk ke dalam pelukan hangatnya. Ia memundurkan dirinya sedikit kemudian menatapku dari atas sampai bawah, "kok kamu nggak pake setelan yang tante kasih?" tanyanya dengan alis bertaut.

Aku tertawa pelan, "Nggak perlu, Tan. Begini aja udah cukup." sahutku padanya.

Tante Nevada menggeleng tak setuju, "Kamu 'kan keponakan tante juga, Sayang. Masa yang lain pake baju samaan tapi kamu nya enggak? Nggak adil dong kalo kayak gitu. Cepet sana ganti setelan kamu mumpung acaranya belom mulai!"

Tante Nevada terus berusaha membujukku tetapi aku tetap menolaknya dengan halus. Bukannya apa, aku hanya merasa tidak pantas bersanding dengan keluarga mereka.

Jadi alih-alih menerimanya, aku malah mengibaskan sebelah tangan ringan. "Udalah, Tante. Aku sengaja tau pake dress biasa supaya gampang ngegaet cogan." alasanku kemudian mengerling penuh arti.

Seketika tante Nevada berhenti melanjutkan rajukkannya. Ia menatapku dengan wajah berbinar dan berusaha menyembunyikannya.

"Oh iya, ya. Tante juga ngundang banyak temen-temen arisan tante yang anaknya ... beuh. Gakuna tante ngeliatnyaaa," ucap Tante Nevada semangat. Aku tertawa mendengar sahutannya. Ia menepuk pundakku kemudian berbisik pelan, "Langsung tanya ID LINE nya, Ta. Modus-modusin aja terus ajak ke restoran mewah yang deket-deket sini. Tapi kamu jangan mau ya kalo disuruh bayar .."

RioLitaWhere stories live. Discover now