Awalnya

158 11 3
                                    


Kupercepat langkah kakiku, hentakan sepatuku diikuti irama hentakan sepatu dari pejalan kaki lainnya. Hari ini aku bakalan ikut pelantikan klub, di sekolahku ada beberapa klub ekstra untuk para murid yang berminat dan mengembangkan bakatnya

"hah...."

Gadis di sebelahku menghela nafas pelan. Dia berjalan di sampingku, pakaiannya hari ini terlihat cerah namun wajahnya masih tersirat rasa malas

"manusia selalu sibuk"

Dia membuka percakapan. Manusia? Ya, dia membicarakan manusia, memang dia bukan manusia. Menurutku sih dia adalah rasa yang tertinggal dari orang yang sudah mati atau jelasnya dia adalah kumpulan perasaan yang sangat dalam dan banyak hingga membentuk suatu sosok yang disebut orang-orang sebagai hantu

"diam. Aku gak mau dikira gila sama orang-orang"

Kubalas keluhannya dengan sebuah gumaman, jika dilihat dari sudut pandang orang biasa, maka aku akan berbicara sendiri, namun bagi mereka yang mampu melihat hal 'lain' maka akan wajar saja, namun yang tak wajar adalah gadis ini selalu mengikutiku, entah dia kenapa sampai bisa seperti ini. Jika kutanya apa keinginannya saat hidup atau apa ia mempunyai hal yang belum disampaikan kepada orang lain ia akan menjawab tidak tahu. Dia hanya ingat orang-orang terdekatnya, bagaimana ia mati, dan dimana ia dimakamkan.

Setelah berjalan kira-kira 10 menit aku sampai di gerbang belakang sekolah, memang sepi dan agak sejuk karena disini banyak pohon besar dan juga banyak kegiatan dari makhluk dunia lain. Aku memang diberikan sebuah kelebihan, aku dapat melihat hantu atau hal lain, apakah aku anak indigo? Bukan. Mereka mampu melihat aura dan merasakan, katanya sih begitu, tapi aku hanya bisa melihat mereka dan jika merasakan itu seperti manusia biasa lainnya, pokoknya aku hanya mampu melihat mereka

"oh, kau udah datang"

Pemuda berkacamata dengan rambut agak panjang dan hitam menyambutku, dialah ketua klub kami, namanya Marco Joseph Miles, ketua Klub Pecinta Alam Lain. Jumlah anggota hanya 4 orang termasuk aku, sebenarnya mereka yang merekrutku setelah aku mengaku jika dapat melihat hantu, mereka terus penasaran dengan mata kuning kemerahanku dan setiap hari menanyaiku bahkan membuntutiku, jadi kuungkap sajalah dan mereka banyak membantuku sejak itu hingga aku mau masuk ke klub mereka setelah dibohongi dengan trik anak kecil

"oke, semua lengkap!"

Gadis tomboy dengan rambut pendek berwarna merah mulai bersuara, dia adalah sekertaris kami, sebenarnya sih enggak perlu juga kami punya pangkat karena kami bukan klub resmi, klub resmiku sendiri adalah klub pulang kerumah saat bel pulang bunyi. Oh ya, nama gadis tomboy ini adalah Ellen Ross Broddy, dia sebenarnya berasal dari salah satu keluarga berpengaruh di kota.

"hmmm, kita mau kemana?"

Kali ini pemuda yang dengan postur tubuh biasa, yang membuatnya berbeda adalah rambut belah dua nya yang berwarna pirang dan mata biru jernihnya, Lucas Jean Rito, wakil ketua. Dia mempunyai darah Jepang walaupun mungkin hanya 3% karena postur tubuh, wajah, dan perilakunya mirip dengan Libre murni. Negara yang kami tinggali bernama Republic of Libre, dan lebih tepatnya kami tingga di kota Lenuch City

"untuk peresmian anggota baru, kita akan menuju ke Bukit Rushid!"

Ellen menjawab pertanyaan Lucas, entah kenapa mereka berdua, Ellen dan Marco memilih Bukit Rushid padahal disana menurutku aktifitas makhluk halusnya biasa saja

"kenapa kita kesana?" eh? Marco memasang wajah bingung disertai dengan pertanyaan yang membuatku sadar bahwa..... Ellen hanya gadis tomboy yang bodoh

Padahal hari ini adalah hari libur, kenapa mereka bertiga aneh-aneh??

"hehe disana ada sebuah villa berhantu, karena Roy bisa melihat yang kasat mata maka kita akan mengusir hantu-hantu itu!"

Ellen mulai bersemangat

"aku hanya bisa melihat. Bukan mengusir"

Kuperjelas agar klub illegal ini tidak menjadi organisasi komersial, bisa saja Ellen membuat iklan pengusiran hantu

"ya, aku tahu. Bukan berarti kamu enggak bisa berkomunikasi dengan mereka"

Huhhhh... kadang senyuman manis Ellen mengakibatkan sesuatu yang buruk, yaitu tugas yang sulit diselesaikan

"kita enggak punya cukup ongkos buat kesana, lagi pula Bukit Rushid jaraknya 2 jam perjalanan"

Lucas.... Baru saja aku mau bilang begitu

"oh tenang aja. Pemilik villa sudah kasih dana"

Ellen mengeluarkan kartu ATMnya

"hah?"

"maksudnya?"

Hmmm, apa dia mau ngorbanin uangnya untuk biaya perjalanan kita

"pemilik villa sudah transfer uang ongkos dan uang bayaran kita untuk mengusir hantu"

Dia sudah menjadikan klub illegal ini komersial -_____-

"jangan bikin klub menyenangkan ini organisasi pengusir hantu!"

Marco sepertinya tak terima, wajar saja karena di klub ini yang paling semangat adalah ketua klubnya, Marco

"Marco, kamu suka hamburger isi daging sapi Spanyol, kan?"

Dia mencoba merayu Marco dengan makanan?

"oke. Kapan kita berangkat?"

Wah, ketuanya tak punya pendirian. Sebaiknya aku jangan terlalu akrab dengan dia -_-

"15 menit lagi mobil yang jemput kita bakal datang. Aku bilang supaya tunggu di gerbang depan"

Terus kenapa kita ketemuan di gerbang belakang!? ~_~

"terus kenapa kita ketemuan di sini?"

Lucas, jangan mengulangi apa yang ku katakan. Meskipun dalam batin

"ayo, kita ke gerbang depan"

Kenapa kamu masih bisa bersikap jadi ketua padahal tadi jelas disogok makanan Marco!!

Kami berempat oh maksudnya kami berlima menuju ke gerbang depan, sebenarnya jika dipikir dengan logika kami berempat adalah muda-mudi yang jalan-jalan ke area wisata dengan menipu orang. Menipu kalau kami mampu mengusir hantu.

"Ellen, kamu nyewa mobil?"

Aku mulai bertanya, karena jika aku hanya diam dalam hal yang ia rencanakan tidak ada yang tahu besok aku masih hidup atau sudah mati. Beberapa hari yang lalu Ellen membuat panic seluruh sekolah karena bel alarm peringatan berbunyi. Menurut Ellen itu perbuatan hantu, tapi ternyata itu karena perbuatan Ellen yang 'katanya' penasaran tombol apa itu. Padahal diatasnya tertulis 'JANGAN TEKAN KECUALI GAWAT'

"tidak. Pemilik villa yang mengirimkannya"

"oi, katanya kita dapat uang ongkos kesana"

"yeah, begitulah. Tapi saat aku bilang disini kadang bus ke terminal jarang dan harus gonta-ganti serta lama menunggunya dia bilang bakalan jemput kita"

Kenapa penjelasannya terbelit-belit

"singkatnya dia bilang ke pemilik villa kalau kita naik angkutan umum bisa-bisa sampai sana malam atau malah enggak jadi"

Lucas menjelaskan kepadaku, dia mengerti Ellen karena kutahu dia adalah teman masa kecil Ellen. Gadis ini punya bakat memanipulasi orang

"dasar rampok"

Dia hanya membalas ejekaku dengan senyuman tak berdosa. Aneh. Kenapa dia diam saja? Apa dia takut matahari? Tak mungkin, setiap pagi dia ikut denganku ke sekolah. Tapi entah kenapa semenjak sampai di lingkungan sekolah dia jadi pendiam dan sering menatap ke ruang kepala sekolah yang terletak di pojok lantai atas.


BeforeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang