ohh,diaa

221 17 3
                                    

Siapa itu? Aku bertanya dalam hatiku.

Langkahku berjalan menuju pintu depan.

Crek crek
Suara begitu keras saat kubuka pintu.

Dan ternyata ada seorang berseragam orange.

"Misi,ada bu lita?" ucapnya.

"Ada apa ya mas?" ucapku.

"Saya dari kantor pos,Ini ada kiriman surat untuk bu lita" sautnya lagi.

Surat? Aku bertanya dalam hati.

"Hmm. Mamah sedang tidak dirumah,ia sedang ada urusan kantor,jadi berikan saja padaku" omg? Aku bilang apa tadi? Mama? Sungguh jijik untuk mengatakan hal tersebut.

"Baiklah,hmm tolong tanda tangan disini" katanya sambil menyodorkan selembar kertas keterangan dan sebuah pulpen padaku.

"Sungguh tidak berguna manusia hanya membuang-buang kertas untuk meminta tanda tangan tak berguna!" ucapku dalam hati.

"Terimakasih d..."

Belum selesai ia berbicara aku telah menutup pintunya. Sungguh membuang waktu bermain ku! Memang manusia itu tidak berguna!

***

Oowee oowee oowee

"Apa itu? Hah? Sepertii? Seperti tangisan seorang bayi?" pikirku saat mendengar tangisan seorang bayi.

Aku menghampiri asal dari suara tersebut. Arahnya ke kamar si lita biadab itu.

Saat membuka pintu kamar,ternyata benar ada seorang bayi.

Bayi siapa ini? Aku terus bertanya dalam batinku.

Aku membawa bayi itu untuk memperlihat dan menanyakannya pada tante lita.

"Hay tante? I come back!"

"Jaaa..jangaann baayyiikuu"

"Apa? Bayi mu? Sedang menangis nih,mungkin ia tau bahwa hidupnya tak lama lagi,Hahaha!" ucapku penuh kebahagiaan.

"Bunuh saja aku,jangan bayiku!" ucapknya membentak.

"Kau membentakku? Tak puas dulu kau caci makiku?kau hinaku? Hah?! Belum puas?! Ini saatnya untuk kau merasakan apa yang kurasakan!" ucapku sambil meletakkan bayi itu.

Aku mengikat kedua tangan tante lita yg sedang duduk dikursi dengan lemah,dan juga mengikat kedua kakinya. Tak lupa pula menyumpal mulutnya dengan organ suaminya sendiri.

Aku mengambil kembali bayi itu dan menggendongnya.

"Lucunyaa,anak siapa inii?,siapa namanya ini?" ucapku meledek bayi itu.

Perlahan ku ambil pisau lipatku,dan mulai memainkan pisauku pada pipinya(bayi itu). Ku seset pipi kanan si bayi "ohh lembutnyaa pipi ini" ucapku. Sedangkan tenteku sedang menjerit-jerit melihat bayinya kuperlakukan seperti itu.

"Matamu seperti mata ibumu" kataku sambil mencongkel mata si bayi dengan pisauku.
"Hmm.. Aku suka hidungmu,sangat menarik" ku iris hidungnya dengan perlahan.

"Hanya dapat menangis? Sungguh bayi yang bodoh! Hahaa!" kataku.

Belum usai,aku menguliti si bayi,hingga tak ada satupun kulit tertempel dirubuhnya,terlihat daging polos hingga dapat nampak tulangnya.

"Hmm.. Karya yang menarik,kalau ku tau membunuh bayi lebih asik,kenapa tidak kulalukan sejaak dulu" ucapku dengan nada senang.

"Hentikan!" ucap tanteku.

"Sudah kau telan organ suamimu sendiri? Hahaa bagus!" ucapku.

"Hentikan semua ini! Apa maumu?! Jangan menganggu keluarga kami! Dasar manusia tidak tahu terimakasih!" tanteku membentakku.

Aku menjatuhkan bayi yang sedang ku pegang dan datang menghampiri tanteku (sepertinya bai itu sudah tak beryawa lagi karena telah ku kuliti,kucongkel matanya,dan ku jatuhkan kelantai)

Aku menjambak rambut tanteku,dan ku tatap matanya.

"Ama mauku? Aku ingin kau merasakan apa yang kurasakan dulu! Menganggumu? Apakah kau tak menganggu hidupku? Pikir itu bodoh! Dann tidak tau terimakasih? Heyy tanteee liatt sinii,tatap matakuu.. Siapa yang tidak tau terimakasih? Kau atau aku?! Masih untung aku masih menunda kematianmu! Dasar bodoh!" kataku menjelaskan semua pertanyaannya.

Tanteku hanya dapat menangis,mungkin karena bayinya meninggal dengan sesadis ini? Hahaa! Atau karna suaminya juga meninggal entahlah yang penting aku puas.
Puas? Tidak,aku belum puas!

***

Malam tiba,udara dingin karena hujan diluar sangat terasa hingga tubuhku. Sesekali tercium bau darah,yeah! I like it. Karena itu adalah darah dari si biadab dan anaknya.

"Hiks,hiks,hiks" suara tangisan tanteku.

"Berisik bodoh! Aku sedang menonton televisi!" ucapku teriak.ya aku sedang menonton televisi di ruang keluarga.

"Tunggu,sepertinya ada yang belum berjumpa denganku. Tapi siapa?" ucapku dalam hati.

Aku menghampiri kulkas dan mengambil soda dingin. Hmm soda dingin sangatlah cocok di cuaca dingin seperti ini,hahaa.

***

Pagi tiba,cepatnya waktu. Aku segera pergi ke kamar mandi,dengan cuaca yang dingin diluar,maka aku akan mandi dengan airr dingin yeah!

Aku berkaca sambil melihat diriku. Hmm mungkin sungguh aneh,luka memar dimana mana,kantung mata yang sangat hitam,bibir yang pucat,dan sesekali terlihat luka sayatan karena diriku sendiri dan juga karena tante lita. Tapii inii sangatlah kerenn,aku suka tubuhku ini!.

Seusai mandi dan berpakaian,aku keluar rumah untuk mencuci mata saja,karena aku bosan melihat manusia-manusia itu! Huh!

"Masih seperti dulu,sepii,damai,dan sangat cocok untuk tempat bermainku " pikirku.

" Siapa itu? " aku melihat sosok anak kecil berbaju hitam tengah berjalan mendekat.

"Hay,siapa namamu?" aku mencoba menyapanya.

"Hh..aa..y aa... Akuu kevinn" ucapnya ragu,hmm mungkin karena rupaku ini yang tidak terlihat seperti wanita pada umumnya.

"Ohh,sedang apa kau disini kevin? Dimana orang tuamu?" aku mencoba bertanya padanya.

"Hany..a see.."

"Ayolah,tak usah takut seperti itu,aku tak akan membunuhmu" belum usai ia menjawab sudah ku potong pembicaraannya.

"Hanyaa bermain,dan orang tuaku sudah tiada,aku hidup sendiri" katanya dengan nada tak gugup,mungkin sudah tak ada rasa takut lagi dengan diriku ini.

"Ohh,bagaimana kalau kita berkeliling?" sebenarnya aku ikut prihatin dengan kevin,nasibnya tak jauh beda denganku.

"Baiklah".

Lalu aku berjalan dengan riang bersamanya,kevin banyak cerita kepadaku soal keluarganya. Dan benar dugaanku,nasibnya tak jauh beda denganku.

"Hmm.. Bagaimana kalau kau menjadi adikku?" tawarku pada kevin.

"Baiklah,sepertinya kau baik" jawabnya.

"Aku sangatlah baik kevin" ucapku.

"Okey!" katanya dengan nada senang.

-----
Cie yang nunggu akunya terbitin lagii:v ehem ehemn..
Udh lama gak post yaa,maklum udh sekolah lagii.. Votenya bisa kali dan komennya juga boleh,ditunggu yaa.
Thx.

Kok aku curhat
#maafkan:v

psychopath everywhereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang