4. %974

22 6 2
                                    

Evelyn berjalan dengan lesu memasuki pekarangan rumahnya. Berjalan melewati taman yang dipenuhi bunga kesayang Bundanya.

Setelah membuka pintu, ia membuka sepatu yang digunakannya.
"Eve pulang!" Seru Evelyn sambil menghampiri sofa dan duduk disana. Tidak lupa melepaskan tas dan mengibas-ngibaskan tangannya ke leher jenjangnya yang berkeringat.

Seseorang pria jangkung yang dikaruniai wajah tampan menuruni tangga dan menghampiri Evelyn.

"Lo kenapa de? Lesu gitu mukanya."

Prima-kakak kedua Evelyn-segera duduk di pinggir adiknya yang terlihat lelah.

"Prim, Bunda harus bilang berapa kali biar kamu bisa berujar yang lebih sopan? Masa, Bunda harus sakit lagi kaya dulu?"

Bunda yang baru datang dari arah dapur, langsung memarahi anak lelaki satu-satunya itu.

Masih terekam jelas dalam benak Prima, ketika sang Bunda tercinta sakit karena dirinya yang tidak bisa berbicara dan bertatakrama dengan baik sewaktu SMA dulu. Bahkan satu waktu hampir membunuh teman seangkatannya yang sudah sekarat hanya karna seorang perempuan.

"Jangan dong Bun, Prima 'kan cuma bercanda.." Bujuk Prima.

"Iya, Kak Prima bercanda. Tapi bercandanya keterusan."
Evelyn yang sedang lelah pun ikut menimpali.

"Kamu tuh harus cari orang yang bisa buat kamu berubah. Lagian, umur kamu udah cukup buat menikah." Nasehat Bunda dan duduk disebrang Evelyn dan Prima.

Namun, Prima yang sudah sering mendengarnya hanya menjawab dengan gunamam.

"Bunda, umur Prima 'kan masih mud-"

"25 tahun Kak," Potong Evelyn.

"Iya deh, udah dewasa. Lagian juga enggak ada yang mau deket sama Prima. Bun," Jelas Prima sama untuk yang kesekian kalinya.

"Selalu aja itu penjelasan kamu. Harusnya kamu itu kaya kakakmu, Adelia. Yang langsung setuju waktu Bunda memperkenalkannya dengan Nak Riansyah."

"Hm.. Lagian Adel-"

"Bahasanya Kak," potong Evelyn 'lagi'.

"Ck, iya.. Lagian Kak Adel perempuan. Jadi nurut-nurut aja." Sanggah Prima.

"Tapi Bunda tau enggak? Waktu Eve pergi ke kantornya Kak Prima, banyak lho perempuan di kantor yang nitip salam buat Kak Prima." Terang Evelyn.

"Masa sih?" Tanya Bunda tidak percaya.

"Udah ah, Prima mau ke kamar. Mau menghabiskan waktu senggang dengan tidur." Ujar Prima mengakhiri pembicaraan yang nanti akan menyudutkan dirinya.

Prima pun berdiri dan meninggalkan Bunda dan Adik perempuan satu-satunya.

"Oh iya, Bun. Tadi Kak Av titip salam buat Bunda."

"Yaudah, sekarang kamu mandi dulu terus ganti baju. Nanti malem Papah pulang dari Sydney terus mau makan malam bersama keluarga koleganya. Jadi kita harus ikut," Titah Bunda.

"Iya Bun,"

Evelyn pun berjalan menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar yang tepat berada di tengah.

~~~

"Halo Pak Edline. Bagaimana kabar anda dan keluarga?"

Seorang pria paruh baya berdiri dari duduknya, diikuti oleh beberapa orang yang menemaninya.

"Baik. Bagaimana kabar Pak Purnama dan keluarga?"

Jawab pria paruh baya yang baru datang bersama keluarganya. Sambil berjabat tangan dengan orang yang tadi bertanya.

BLANKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang