Part 3

95 7 3
                                    

Aku menunggu bel sekolah berbunyi. Disini aku sedang duduk sambil membaringkan kepala di Meja, bosan mendengar Ocehan Pak Karman yang sedang membahas materi materi Sejarah. Sesekali aku juga melihat Jam Dinding.

Kapan bel pulang sekolah?

Tujuanku sebenarnya adalah ingin kabur dari pelajaran Tambahannya Raviyo. Mangkannya aku buru buru ingin pulang.

Huft~

"Rekha, kenapa kamu?" Tanya pak Karman yang sedikit membuatku kaget.

"Kapan bel nya ya pak? Saya bosen nih dengerin bapak ngoceh mulu" jawab ku apa adanya. Kulihat teman teman sekelasku pada cekikikan.

Pak Karman berdehem. "Jadi bapak kalo ngajar membosankan ya?" Katanya dengan murung.

Btw, Pak Karman ini orangnya terlalu lembek. Lembek dalam arti beler gitu, pokoknya klemar klemer deh. Udah gitu dia terlalu baper.

"Hmm" aku cuma bergumam hal yang tak jelas. Kalo ada Dona mungkin aku tidak akan se bosan ini.

Pak karman melanjutkan mengajarnya, sesekali kulihat wajahnya murung. Mungkin karena baper sama omonganku tadi.

Kulihat jam menunjukan jam 2:57 pm

Sabar rek. 3 menit lagi

3 menit ku isikan dengan menggoyang goyang kan kaki dan tangan sebagai Pemanasan agar nggak cidera untuk lari kabur dari pelajarannya Raviyo. Pak Karman dan teman teman sekelasku melihatku aneh.

"Pemanasan" terangku.

Teman teman sekelasku mengangguk paham apa yang ku maksud. Kecuali Pak Karman yang masih ke heranan. Yaelah pak, lanjut aja kali ngajarnya.

Kringggg!!! Kringggg!!

Tanpa pikir panjang aku langsung lari keluar kelas walaupun ketua kelas belum menyiapkan do'a dan salam untuk pulang. Sebelum bener bener keluar kelas, kusempatin pamit ke pak karman. "Pak, Bakil dulu!"

Aku berlari tergesa gesa menuju tangga. Sialnya, saat udah sampai anak tangga terakhir aku baru sadar bahwa gerbang tangga ini di kunci. Berarti harus pake tangga yang satunya dong.

Berarti harus lewatin kelasnya Raviyo.

Mampus!

Aku naik lagi untuk ke tangga yang satunya lagi. Diperjalanan sebelum melewati kelasnya Raviyo, aku selalu berdo'a agar dia tak melihatku.

Dua langkah lagi aku akan melewati kelasnya Raviyo.
Kulihat kelas Raviyo sedang berdo'a untuk pulang.

Aku memalingkan badan saat melewati kelasnya. Kuharap Raviyo tak melihatku.
Barulah aku berlali sekencang mungkin saat aku melewati kelasnya.

Aku dengan cepat menuruni anak tangga kayak orang kesetanan. Guru guru yang sedang berjalan langsung minggir dengan cepat saat melihatku lari seperti orang kesetanan.

Gerbang sudah terlihat. Tinggal beberapa langkah lagi aku akan sampai keluar gerbang.

Aku sudah nyengir nyengir bahagia. Tak lupa juga aku menyeka keringat yang mulai bercucuran.

Tinggal selangkah lagi. Dan...

"Heh?!" Aku kaget saat ada yang menahan tas ku yang membuatku berhenti.

"Mau kemana lo?!" . Aku merinding, itu kan suara Raviyo.

Dengan takut takut aku menengok ke belekang. Kulihat Raviyo sesang menatapku tajam sambil memegang tas ku.

Aku nyengir sambil menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal. Mataku berusaha untuk tak berkontak mata dengan mata tajamnya itu. "Hmm.. mau jajan di warung bude" alasanku.

Stupid GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang