Cerpen ini sudah pernah kuterbitkan dengan judul yang sama. Tapi karena aku tak suka liat angka di works kebanyakan (apalagi kalau hanya diisi sebuah cerpen), mending kusatuin aja di kumcer ini.
====================
Untuk,
Nashofah Q. A., 24 November 1997
====================
AKU PUNYA SEORANG KENALAN, NAMANYA ...
Hari itu hujan turun deras sekali. Seluruh seragamku basah kuyup. Jadi, aku memutuskan untuk berteduh di sebuah halte bus yang sebenarnya sudah cukup lama tidak beroperasi semenjak diberlakukannya bus trans kota.
Saat aku tiba di halte tersebut, ada seorang gadis yang sudah terlebih dahulu berada di sana. Dia menggunakan hijab putih dan pipinya sedikit tembem. Wajahnya terlihat serius sekali saat membaca buku ... oh, wow ... apa dia membaca buku matematika? Aku tak pernah melihat orang membaca buku matematika dengan konsentrasi penuh. Mungkin dia ... tahulah. Anak kelas olimpiade atau semacamnya. Tapi, sekolahku hanya punya satu jenis kelas olimpiade yang tergabung di kelas IPA dan aku salah satu murid kelas itu. Jadi, mungkinkah dia anak akselerasi? Tidak, tidak. Dia bisa saja kakak kelas atau adik kelasku. Walau begitu, aku menghafal wajah semua murid dari kelas unggul. Mana mungkin 'kan, dia ...
Tunggu. Kenapa aku malah memikirkan status gadis ini. Lagi pula, apa salahnya belajar sambil menunggu hujan reda? Maksudku, bahkan belajar juga termasuk dalam kegiatan murid-murid kelas reguler. Sifat merendahkan orang lainku ini ... mengapa aku begitu mengesalkan?
Gadis itu melirik padaku.
Kantung matanya hitam, menandakan betapa seringnya ia begadang. Mungkin untuk belajar. Selain itu, pandangan matanya sangat serius kepadaku. Apa dia menganggap aku orang aneh karena mengernyitkan dahi kala memperhatikan dia? Tidak, tunggu dulu. Jika dia berpikir seperti itu, aku harus meluruskan kesalahpahaman ini! Aku tidak boleh menghancurkan reputasiku gara-gara seorang gadis yang bahkan tidak kukenal.
"Eh, ha-halo!" Suaraku yang menyapa terdengar getir dan tak penuh percaya diri. Benar-benar seperti bukan aku yang biasa. Ini ... sangat memalukan! Aku punya firasat buruk.
"Hai,juga," jawabnya.
"Hujannya deras, ya," lanjutku sembari duduk tepat di sebelahnya.
"Iya."
Pembicaraan kami pun selesai. Keheningan canggung merayapi punggungku. Rasanya seluruh bulu kudukku bergetar tak karuan. Saat aku melirik takut-takut pada dia, gadis itu sudah kembali membaca bukunya. Entah mengapa aku merasa sangat malu. Dia saja belajar, kenapa aku malah berdiam diri seperti orang dungu? Ini bukan sikap anak kelas olimpiade yang seharusnya 'kan? Eh, tapi ... aku, kan, memang begini. Belajar di saat ingin belajar. Sekarang aku hanya sedang merasa tak bersemangat.
Kuputuskan untuk membuka tas punggungku. Mengecek jika ada isinya yang basah. Sebagian besar kering. Tas yang memiliki anti air memang yang terbaik! Tapi, tetap saja aku mengeluarkan barang-barang itu agar lebih yakin. Kamus biologi, kamus bahasa Jerman, beberapa buku paket serta buku tulisku, kotak pensil dan ...
Apa ini?
Sebuah gulungan kertas bergambar selebar tiga puluh senti masih terbungkus rapi oleh selembar plastik bening. Aku hanya tahu latar gambar itu adalah biru. Mungkin gambar air atau apalah. Setelah memasukkan barang-barang yang lain ke dalam tasku, perlahan dan penuh kehati-hatian, aku membuka plastik yang membungkus gambar tersebut. Lalu ...
Oh, my God!
Gambar itu adalah gambar sekumpulan remaja lelaki yang hanya menggunakan celana dan kacamata renang. Mereka berpose di dalam dan pinggir sebuah kolam renang. Mereka itu terlihat sangat ... ya ampun ... bagaimana mengatakannya? Salah satu dari mereka, yang berambut biru dongker, malah berwajah merah karena dikerjai oleh remaja lelaki yang lebih pendek darinya, berambut cokelat terang. Masalahnya remaja rambut biru itu sangat imut saat sedang malu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kita Tidur
Short Story[15+] Ketika kita tidur, banyak hal yang tak kauketahui terjadi. Tetesan air dari keran wastafel, dentingan sendok di dapur, atau televisi yang tiba-tiba menyala sendiri. Di lain waktu ada ketukan di jendela kamarmu dan suara pintu depan yang terbuk...