Part 6 Aku bukan Teroris

677 26 2
                                    

"Heyy kau. Si buruk rupa" ucap salah satu dari segerombolan pemuda kemarin.

Aina tak menghiraukannya,ia terus berjalan menuju kelasnya.

"Apa kau tidak dengar,kami menyapamu" kata mereka lagi.

Kali ini Aina menghentikan langkahnya,ia berbalik menghadap mereka kemudian membungkukan sedikit kepalanya bermaksud untuk menyapa balik.

"Hanya itu saja yang kau lakukan?" ucap salah seorang gadis.

Tiba-tiba datang 2 orang wanita menghampiri segerombolan pemuda itu dan bermaksud pula untuk ikut menghina Aina.

"Apa maksudmu?" tanya Aina.

"Kau tanya apa maksudku?? Apa kau bodoh atau pura pura bodoh?" mata wanita itu mulai sinis.

"Aku tidak mengerti maksudmu" jawab Aina.

Aina berusaha untuk melanjutkan perjalannya kembali dan menghindari segerombolan pemuda dan 2 wanita yang tiba tiba datang itu, namun lagi lagi langkah Aina gagal. Tangan kirinya dipegang erat oleh salah satu wanita itu.

"Apa mau kalian?" tanya Aina

"Mau kami?? Kau tanya apa mau kami? Mau kami banyak." jawab wanita itu.

Semunya tertawa lepas ketika melihat tubuh Aina yang mulai kaku karena takut. Namun, lagi lagi Aina menegarkan dirinya karena dia yakin tidak pernah lepas dari lindungan Allah.

"Lalu apa yang bisa saya lakukan untuk kalian?" tanya Aina.

"Jika saat ini kami memintamu untuk membuka Tutup kepala serta tutup mukamu, bagaimana? Apa kau bersedia?" Tanya salah satu pemuda itu dengan tatapan tajam.

"Apa?? " Aina menjawab dengan kaget.

"Ayo lakukan apa yang kami perintahkan"

"Bukannya tadi kau sendiri yang bertanya apa mau kami."

"Ti..tidak saya tidak akan pernah melakukan hal itu. Tidak akan pernah"

"Kenapa? Apa kau memiliki wajah yang buruk? "

"Atau jangan jangan kau bagian dari salah satu teroris yang sempat menggemparkan kota Paris?"

"Tidak. Aku bukan teroris. Islam bukan teroris"

"Apa kau yakin?"

"Tuhanku tidak pernah mengajarkan Hamba hambanya untuk berlaku keji" kata Aina.

Terlihat dibalik cadarnya Aina menahan air mata yang membenung dan siap mengalir membanjiri tutup wajahnya itu.

"Lantas jika kau bukan teroris kenapa kau menyembunyikan wajahmu?" desak mereka


Belum sempat Aina menjawab tiba tiba datang Aron bermaksud membela Aina.

"Hey apa yang kalian lakukan?" tanya Aron.

"Apa pedulimu pada wanita buruk rupa ini?" jawab wanita itu.

"Buruk rupa?" tanya Aron sambil memandang wanita bertutup wajah itu.

"Bukan hanya buruk rupa. Tapi dia salah satu dari komplotan teroris yang sempat menggemparkan Paris"

"Apa kau punya bukti yang kuat hingga berkata demikian, gadis cantik."

Tiba tiba datang dosen Eliska

"Maksud ibu?" tanya salah satu segerombolan pemuda tersebut.

"Apa kalian lupa? Atau kalian tidak tahu? "Kata dosen Eliska

"Kami tidak paham maksud ibu"

"Saya islam. Saya juga seorang muslim. Apa kalian lupa?

"Ta..tapi ibu berbeda dengan wanita buruk rupa ini"

"Berbeda? Apanya yang berbeda? Jika kalian tidak tahu apa itu islam. Lebih baik diam. Atau lebih baik lagi jika kalian mencari tahunya. Islam bukan Agama yang buruk. Sekali lagi ISLAM bukan TERORIS. Faham???" ucap dosen muslim itu.








Aina melangkahkan kembali kakinya menuju kelas barunya bersama Aron.

"Aron, kemana Furqon? Tanya dosen Eliska.

"Furqon tidak ada kelas hari ini."

"Aron. Saya ada urusan mendadak,boleh saya minta bantuan padamu?"

"Boleh bu"

"Kelas kamu dan Aina satu arahkan? Saya mohon jaga dia antarkan dia ke kelasnya"

"Tidak usah tante,Aina bisa berangkat sendiri" Aina berusaha menolak.

"Aina." Tante Eliska mengedipkan kedua matanya bermaksud memberi isyarat.

Aina menganggukan kepalanya,ia mengerti dengan isyarat tante sekaligus dosenya. Ditengah perjalanan Aron membuka pembicaraan.

"Aina, apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Aron

"Silahkan"

"Mengapa kau menutup seluruh tubuhmu bahkan kepala dan wajahmu pun kau tutup juga? Apa islam setega itu membuat para wanitanya kesusahan dengan pakaiannya."

Oh..ya Allah harus dari mana aku mulai menjawab pertanyaannya Aron. dia telah salah sangka kepada islam, kepada Agama-Mu ya Allah. Hanya gara gara aku. Dan pakaian yang kupakai saat ini. (Gumam Aina dalam hati)

"Kenapa bengong?"

"Ma.. Maaf mas" jawab Aina gemetar.

"Apa aku terlihat tua? Bukankah aku denganmu hanya berbada 2 tahun saja. Ya walau lebih tua aku sih. Hehe"

"Ya terus?

"Ya maksudku kau jangan panggil mas. Aron saja"

"Oh. Baiklah"

"Silahkan kau jawab pertanyaanku."

"Saya akan menjawab pertanyaanmu. Tapi tidak sekarang"

"Kenapa?"

"Sekarang saya berdiri didepan kelas saya. Itu artinya saya harus masuk sekarang"

"Aishhh saking asiknya berbicara denganmu tak terasa sudah sampai depan kelasmu"


Aina mulai beranjak pergi dari hadapan pria itu dengan memberikan senyuman dibalik cadarnya. Masih dalam keadaan menunduk.


"Aina.. Jadi kapan kau akan menjawab pertanyaanku"

Aron berteriak membuat semua orang yang berada di sana memandang ke arahnya. Namun yang dipanggil tak menghiraukan yang memanggilnya. Aina terus berjalan masuk kedalam kelasnya kemudian duduk di samping Nisa. Yah.. Nisa teman barunya itu kebetulan juga satu kelas dengannya, tetapi tidak dengan teman baru Aina yang satunya lagi. Ayse. Dia berbeda jurusan dengan Nisa dan Aina.




*********
Semoga bermanfaat yah.. :)




Wanita Yang Menggetarkan SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang