Melukis Pelangi 13.

2.1K 213 2
                                    

Yuki pov.

“Rizky, kamu gak berniat bunuh kita kan?” ucap gue lirih. Dia menghentikan mobilnya secara mendadak. Menatap gue dengan tatapan elangnya.

“Yuki, kenapa kamu bohong?” ucapnya dingin.

“Bohong, soal apa?” tanya gue.

“Kamu bilang sama Verrel, tapi kenapa Al, hah?” bentaknya yang membuat gue diam seketika.

”Aku gak suka kamu deket-deket sama cowok lain selain aku!!!” tegasnya. Gue masih diam.

“Yuki, jangan Cuma diam!” bentaknya lagi lalu memegang kedua bahu gue.

“Jangan membuat aku takut Riz!” ucap gue lirih.

“Arghhh.” Teriaknya lalu melajukan mobilnya lagi mengantar gue pulang dengan keheningan.

***

Sudah hampir sejam gue mengurung diri di dalam kamar. Menangis, gue bingung menangisi apa, Al yang kurang ajar cium gue bahkan udah ketiga kalinya atau Rizky yang marah besar dan mendiamkan gue.

“Yuki, makan dulu sayang. Bunda udah bikinin makanan kesukaan kamu.” Ucap Bunda sedikit berteriak.

“Yuki kenapa Bun, daritadi gak mau keluar?” tanya bang Max yang bisa gue dengar dari dalam kamar.

“Dek, keluar makan dulu!!!” bujuk bang Max. Gue berjalan membuka pintu gak mau kekanakan dengan masalah yang gue hadapi, masalah hati dan perasaan yang cukup buat  gegana.

“Mata loe kenapa dek, habis digigit semut raksasa ya?” tanya bang Max yang gue tau dia mau menghibur dengan candaanya yang gak lucu.

“Bunda, bang Max tuh.” Adu gue lalu memeluk Bunda.

“Kamu tuh kenapa sih Ki?” tanya Bunda yang mengelus punggung gue lembut.

Gue menggeleng, menyembunyikan wajah yang udah menangis lagi di pelukan Bunda. Seperti biasa, bang Max selalu aja menggangu kenyamanan gue dengan ikutan memeluk Bunda.

“Bang Maxx!!!” teriak gue.

“Teletubbies bersaudara, berpelukan.” Celetuknya.
Kakak gue emang ada aja kelakuannya.

***

Al Pov.

Gilaaa, gue emang nekat banget cium dia untuk ketiga kalinya. Serasa jadi cowok brengsek, tapi sumpah Cuma sama dia doang gue melakukan itu. Gimana bisa gue melakukan ke cewek lain, orang hati gue aja udah terpaut sama tuh cewek galak

Sudut bibir gue masih perih bekas tonjokan yang dilayangkan Rizky ke pipi. Berharap aja Yuki gak diapa-apain sama dia, gue takut Rizky melihat apa yang gue lakuin.
Gue malah berharap mereka cepet putus deh. Rizky emang patut marah, tapi jangan sama Yuki, harusnya sama gue.

Entah apa yang akan terjadi ke depan, gue rasa Yuki akan semakin benci dengan gue. Yang gue tau saat ini, jujur soal perasaan cinta yang entah tumbuh karena apa dan kapan.
Mungkin gue sama aja kayak Riri yang to the point menyatakan cinta, tapi gue gak memaksa dia. Gue Cuma ingin dia tau, hanya itu.

Gue membuka pintu studio , sudah hampir 2 jam lebih gue berdiam diri. Menyesali ketidak sopanan gue, tapi perasaan lega dan bahagia itu ada, membuat hati rasanya ringan, dan dengan kejujuran yang gue ungkapkan buat Yuki.
Mendengar suara isakan yang gak jauh dari tempat gue berdiri. Mencoba mencari dimana sumber suara itu. Ada seorang wanita yang duduk di lantai sambil memegang kedua lututnya.

“Ariel.” Panggil gue. Dia mendongak menatap dengan sendu, matanya bengkak, hidungnya memerah, gak .... bahkan seluruh wajahnya udah memerah dan terlihat pucat, sejak kapan dia menangis sampai bisa kayak gitu?

Melukis PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang