BAGIAN IV : Salah Fokus !

533 43 11
                                    

Entah apa yang sudah dipersiapkan Alan hari ini, tampaknya ia mempunyai strategi jitu untuk menghadapi sang kekasih hati yang telah menolaknya dengan sangat kejam kemarin. Akan tetapi, dilihat dari wajah Alan yang sumbringa, kegirangan tanpa sebabnya itu menyimpulkan bahwa ia tidak ingin berlaku kasar terhadap Jeniffer.
Ia terus mengecek sesuatu yang berada dalam tasnya, sesuatu yang telah ia persiapkan dengan matang dan membuat pria yang dimabuk asmara itu kesusahan untuk terlelap dalam tidurnya.

Rupanya dewi cinta berpihak kepadanya kali ini, tanpa harus telebih dahulu menyusun rencana untuk mendekati Jean yang duduk di belakang bersama teman-temannya, kini sang idola telah beranjak dari kursi dan berjalan bak model papan atas ke arah Alan yang kusam.

"Alan maafin gue yah !" dengan menahan malu yang teramat sangat, serta memikirkan betapa pentingnya bocah miskin itu bagi keberhasilan akademisnya, Jean dengan nada yang masih terdengar menghina, meminta maaf kepada Alan. Alan tak mampu merangkai kata saat sosok bidadari kini berada dihadapannya. Tak jelas apa mantra yang keluar dari mulut Alan saat itu, ah bukan mantra pemirsa sekalian, tapi lebih seperti suara kodok yang tenggorokannya meradang.

Tanpa memperhatikan apa yang coba Alan katakan, Jean kini berbalik meninggalkan pengagumnya yang tidak lagi rahasia itu. Apakah Alan kurang menkonsumsi air mineral hari ini ?, sehingga pikirannya memproduksi ide yang cukup gila.

"Jeniffer tunggu !" ditariknya tangan Jean dan kini gadis itu telah berhadapan lagi dengannya. Semua pasang mata kini tertuju kepada mereka berdua, menunggu dengan penasaran langkah apa yang akan dilakukan Alan selanjutnya.
Jeniffer mencoba melepaskan tangan kotor yang melilit lengannya itu, tapi Alan dengan penuh percaya diri mempererat genggamannya. Segera ia teringat akan rencanan yang telah ia susun dengan apik sepanjang malam, dikeluarkannya seikat bunga mawar lusuh dari dalam tas yang kumal dan sambil berkata

"mau ngak lo jadi pacar gue ?" ia menyodorkan bunga itu kepada Jeniffer.
Sorakanpun memenuhi seisi kelas, ketika mayoritas mahasiswa membujuk Jean agar mau menerima pria yang kini tersenyum tulus di hadapannya.

Muka Jean sontak berubah seperti warna bunga mawar yang digenggam Alan, merah terang, tanda bahwa seseorang telah mencapai puncak amarahnya,

"Ngaca dong ! Lo itu sama skali ngak pantas buat gue, dasar udik !" bentak Jean kemudian menumpahkan minuman bersoda yang dari tadi digenggamnya.

Kini soda segar bercucuran, mengalir pelan membasahi wajah dan baju Alan yang berubah warna akibat noda minuman. Belum cukup disiram, tawa dan ejekan pun diterima Alan untuk kedua kalinya, dengan sebab yang sama pula, hanya karena ia sangat mencintai Jean, dan karena alasan lain tentunya, Alan mengira bahwa permintaan maaf Jean barusan adalah signal bahwa gadis itu juga punya rasa untuknya. Mohon jangan ditiru, salah fokus yang berakibat fatal kini dialami oleh Alan.

Tuhan, Balaskan Dendamku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang