Chapter 1

4.7K 329 106
                                    

Cerita ini murni hanya fiktif belaka. Murni khayalan dan imajinasi saya. Ini karya tulis fantasiku yang pertama jadi aku sangat mengharapkan respon dari para pembaca sekalian :)

"They broke her wing, but they forget she still has legs so she walks to him, the broken one too."

       Suara guntur nyaring membelah udara hingga kaca jendela bergetar. Angin berhembus kencang dan membuat dahan pohon bergoyang-goyang dengan kasar, mengetuk kusen jendela tempat pria yang sedang duduk diam menatap pemandangan alam mengamuk di luar sana. Pria berambut cokelat tua itu mengetukkan jarinya perlahan di lengan kursinya seirama dengan pikirannya yang berusaha menebak-nebak. Dia dari tadi merasa tak nyaman seolah ada sesuatu yang sedang terjadi di luar sepengetahuannya meski dia tak tahu apa itu. Dan betapa dia sangat membenci hal itu.

Tiba-tiba petir menyinarinya dengan terang disertai suara guntur paling keras yang pernah di dengarnya mengikuti. Pria itu tersentak---hanya sedikit menggerakan jarinya----di tempatnya ketika rasa terkejut merayapinya namun beberapa saat kemudian dia sudah menguasai dirinya lagi dan memasang wajah datarnya. Sesuatu benar-benar terjadi, pikirnya.

Suara ketukan pintu terdengar dan pria itu langsung tahu siapa yang berdiri di balik pintunya."Masuklah, Eri." ucapnya dengan suara dinginnya.

Seorang pria dalam bertubuh tinggi masuk ke ruangan itu dengan kepala tertunduk tanda hormatnya. Mata hijau emeraldnya menyala dalam cahaya temaram ruangan itu dan menatap ke arah pria yang duduk di balik meja besarnya.

"Raja, ada seseorang yang bertemu dengan anda." ucap Eri dengan sopan.

Darian mengerutkan keningnya mendengar ucapan tangan kanannya itu. Siapa yang mau menemuinya di tengah cuaca buruk macam ini? "Siapa?" tanyanya tanpa peduli menyembunyikan nada kesal di suaranya. Dia benar-benar tak suka diganggu saat sudah larut seperti ini meski nyatanya Dunia Bawah tak pernah mengenal kata tidur.

"Taria, penyihir yang berhutang pada anda sebelumnya." jelas Eri.

Darian mengetukkan jarinya pelan sambil mendengar suara hujan. Jutaan tetes air itu masih turun dengan derasnya membasahi tanah Dunia Bawah. Memikirkan Taria rela menyeberang hutan Kegelapan di utara kastil ini membuat Darian bertanya-tanya dengan hal penting apa yang ingin dibicarakannya. Padahal beberapa hari sebelumnya wanita itu berusaha menghindarinya karena utangnya yang masih belum lunas itu.

"Suruh dia masuk." Darian akhirnya bersuara. Pria itu menyandarkan tubuh besarnya di kursi hitam nyamannya dan meletakan kedua lengannya di lengan kursinya.

Eri mengangguk pada Darian lalu segera keluar untuk memanggil penyihir wanita itu untuk masuk ke dalam ruang kerja Raja Vampir itu. Taria masuk ke dalam ruangan itu dengan langkah terburu-buru cukup membuat Darian menatapnya tak suka untuk sopan santun penyihir tua yang langsung duduk tanpa disuruh itu.

"Rajaku," hormat Taria dengan kepala ditundukkan lalu menunjukkan senyum jeleknya dengan giginya yang menghitam.

Darian menatap jijik wanita yang berumur lebih tua ratusan tahun darinya itu. Jika bukan karena kekuatan wanita itu yang hebat, dia tak akan mau membuat kerja sama dengannya."Apa yang kau inginkan, Taria?" tanya Darian dengan nada bosan.

Taria kembali tersenyum dengan senyum jeleknya membuat Darian mengerutkan dahi tak suka. Penyihir itu segera sadar bahwa Raja Vampir di hadapannya tak menyukai senyumnya maka dia segera merapatkan bibirnya.

"Rajaku pasti merasa ganjil dengan cuaca seperti ini bukan?" tanya Taria sesopan mungkin. Darian menaikan satu alisnya namun tak mengatakan apa pun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fallen For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang