Part 02

8.8K 548 20
                                        

Part 2

Author pov

Sudah hampir 5 bulan usia kandungan Arin, dan dia masih tetap bertahan untuk tinggal di rumah bersama mama dan satu abang serta ke dua adik cowoknya.

Dengan segala cara dia terus berusaha membuat kehamilannya agar tak di ketahui keluarganya dengan merubah penampilannya.

Dengan baju yang tadinya Arin sangat menyukai penampilan modis dan sedikit ketat di badan jadi dia rubah lebih suka memakai baju longgar.

Mungkin juga karena bentuk tubuhnya yang agak kurus buat dia sedikit bisa menutupi perutnya, meski kebiasaan yang dulu tak pernah dia lakukan dan justru sekarang menjadi hal sehari-hari yang terus saja dia lakukan, meski itu bukan inginnya.

Mual-mual dan selalu merasa pengen muntah.

Suka pusing dan menjadi begitu suka membaluri minyak kayu putih di tubuhnya hingga mamanya keheranan.

Bukan apa-apa ,Arin itu terbiasa harum suka wangi dan paling benci bau-bauan seperti itu.
Tapi di tanya mamanya dia cuma bilang kalau ternyata aroma minyak kayu putih itu lebih sedap dan menenangkan..

Heemm..

Meski dalam hati Arin sangat ketakutan dan deg-degan setengah mati karena mamanya bertanya seperti itu.

Gak bisa di bayangkan jika sampe beliau mencium apa yang sebenarnya terjadi pada anak gadisnya yang semata wayang yang selama ini sangat di bangga-banggakan..

Cantik
Smart
Santun
Dsb...

Seiring terus berjalannya hari Arin mulai merasa pusing tak berkesudahan.
Melihat perubahan pada kaki-kali mulus dan rampingnya yang kini berubah mulai membengkak seperti kaki gajah aja rasanya.

Dia tak sadari sebenarnya, kalau saja Nisa tak mengingatkannya dan menyuruh Arin untuk secepatnya mencari jalan keluar.

" Aku harus gimana Nisa..?

Menangis Arin dengan wajah pucat.
Nampak dia begitu kelelahan memikul beban masalahnya.
Sementara pacar brengseknya telah menghilang seperti di teman bumi.

" Gini aja Arin, kita cari tempat tinggal sementara jauh dari sini..kalo bisa harus di luar kota."
" Terus di mana Nis..?"
Semakin segugukan dia.
Memegangi kepalanya yang terasa sangat berat.

Nisa hanya terdiam. Diapun tak tahu harus ke mana..

Bingung dan ikut pusing tujuh keliling..

Otaknya terus berputar mencari sebuah langkah yang secepatnya bisa di putuskan sebelum segalanya tercium oleh orang rumah dan orang sekitar.

Sementara pergi tanpa tujuan dalam keadaan begitu juga tak mungkin. Sama halnya memberi masalah baru dan membuat akan lebih runyam.

" Yah coba nanti aku pikirin kamu harus ngungsi ke mana..perut kamu udah mulai kelihatan Arin.."

Arin peluk Nisa dengan air mata yang tertumpah dengan derasnya.

Berkali-kali keluar kata sumpah serapah dari bibir indahnya karena sikap pecundang dan pengecutnya seseorang yang membuatnya begitu.

Dan tak henti-hentinya dia terus saja menyesali kebodohannya karena harus kecolongan.

" Aku gak kuat Nisa..lama-lama rasanya aku mauu..,,"

"...husst..jangan ngomong sembarangan kamu.."
" Aku benci dengan keadaanku sekarang Nis..aku bencii.."
" Sudah sabar sayang..hadapi semuanya dengan ikhlas. Calon bayi di perut kamu itu gak tahu apa-apa Arin..jangan korbankan dia hanya karena ego dan kebencian kamu. Cukup salah kamu melakukan itu..jangan di tambah lagi.."

" Iyaaa..."

Tersedu-sedu Arin mendekap sahabatnya dengan pikiran lelah dan sangat penat.

" Aku janji akan cari jalan keluar secepatnya. Kalo bisa dalam minggu-minggu ini kamu harus pergi dari sini. Gak bisa nunggu waktu lebih lama lagii.."

******

" Arin aku punya famili yang tinggal sendiri..aku lupa. Tapi tinggalnya di desa yang agak jauh dan terpencil. Sangat susah kalo mau ke mana-mana. Tapi aku rasa di sana kamu akan aman..kamu mau? kalo iya secepatnya kita cabut. Tapii..gimana cara kamu pamitnya??"

" Itu aku udah pikirin dari kemaren Nisa .aku pernah bilang sama mama kalo mungkin aku di terima bekerja di sebuah perusahaan di daerah ungaran..aku sudah masukin lamaran dan nunggu panggilan kerja."
" Yah sukurlah jika begitu. Kamu siap-siap Arin. Bawa baju ganti secukupnya aja jangan semua isi lemari kamu kuras.."

" Aahh.. Nisaa,, masih sempet-sempetnya juga kamu becandain aku.."

Wajah Arin langsung cemberut dan masam.
Tapi tetap cantik.
Bahkan semakin tambah cantik dalam keadaan hamil begitu.

Kata orang tua jika perempuan hamil dan wajahnya nampak lebih cantik dan mempesona, pasti bayinya cewek..
Katanya sihh..

( authornya sendiri enggak segitu ngerti juga hihihi )

Nisa tertawa di ujung telepon.
" Hahahaa..ya sudah aku udahin dulu fonnya..nyokap minta anter ke dokter, darah tingginya kambuh Arin.."

" Iya Nis..makasih untuk semuanya.."
" Sama-sama..assalamu alaikum.."
" Wa alaikun salam.."

Tut tut tut

******

" Kenapa mendadak gini Arin..mama bingung sama kamu..di sini semua udah lebih dari cukup. Apa lagi yang kamu cari? pekerjaan kamu udah lebih dari cukup untuk masa depan kamu Arin.."

Arin hanya menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Tersembul rasa bersalah dan perasaan penyesalan yang bertubi-tubi menyergap di benaknya.
Sakit yang sangat merejam di hatinya mengingat keadaanya saat ini.

' Bukan keinginan Arin melepas pekerjaan ini ma..justru Arin merasa sangat berat melepaskannya.. Tapi,, mau gimana lagi, ini satu-satunya jalan untuk menyelamatkan nama baik mama dan keluarga kita.. Arin minta maaf udah menodai kepercayaan yang mama kasih ke Arin selama inii.. '

Perlahan ada butir-butir air mata yang meleleh di pipinya.
Dan sekuat tenaga Arin mencoba menahannya agar tak menjadi sebuah isakan.
Meski terasa sakit yang sangat mengingat setiap kejadian itu melintas dan bermain-main di kepalanya.

Terlebih bila teringat sosok yang telah membuat hidupnya berubah menjadi seperti sekarang ini.
Sangat terpuruk dalam kesedihan dan duka yang seolah tiada henti menghampiri di setiap menit hari-harinya.
Masa-masa indah yang dulu begitu di nikmatinya, kini telah berubah menjadi masa suram yang terus mengikutinya..
Bahkan mungkin akan menjadi teman setianya mulai sekarang dan nanti..
Entah sampai kapan..

" Maaf ma..tapi Arin terlanjur menyanggupi. Arin janji kalo ternyata Arin merasa tak lebih baik di sana, Arin akan pulang.."

Wanita setengah baya yang masih nampak sangat cantik itu hanya bisa terdiam.memandangi Arin yang terlihat takut-takut.

" Besok jam berapa kamu berangkat?"

" Pukul 05 pagi.."

" Sepagi itu Arin??"

Wajah wanita itu langsung terlihat panik.
Arin anggukkan kepalanya lunglai.

" Tuhan..Arin kasihan sama mama..gak tega Arin bohongi mama..maafin Arin maa.."
Jerit hati Arin penuh rasa bersalah.

" Ya udah besok mama anterin kamu sama adik kamu.."
Lemah suara wanita itu menatap anak gadis satu-satunya dengan wajah pasrah.
Arin gigit bibir.
Perih menyesak di dadanya menyaksikan rona sedih yang terpancar di hadapannya.
Ingin sekali dia menjerit sekuat-kuatnya melampiaskan semua kesah dan marahnya.
Marah pada keadaan.
Pada kebodohannya juga karena terpedaya rayuan laki-laki itu.

" Arin di anterin Nisa besok sampai di travel.. Arin minta doanya mama agar semuanya lancar.."
" Setiap hari dalam sholat mama selalu berdoa yang terbaik untuk semua anak-anak mama.."

Arin tergugu..hanya bisa melap setiap bening air yang jatuh dari matanya.

Betapa sangat di rasakan perasaan bersalah yang begitu besar menghinggapi benaknya.

" Makasih ma..Arin sayang banget sama mama.."

Cinta Ari n' Biee ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang