"ka.., kayaknya mau hujan deh.." kudongakkan kepalaku keatas memperhatikan gerak awan yang membawa ribuan butir air hujan. Kak putri sontak mendongak mengikuti arah pandanganku. "padahal nanggung.., sebentar lagi selesai" dia menggerutu pelan.
"yaudah juk.., anterin kaka pulang yah.." dia nyengir kuda memintaku mengantarkannya dengan sepeda.
"nggak ah.., kaka kan gendutt.. ntar berat lagi" ejekku sambil memberesi buku. Hihihi.. ekspresinya lucu, jadi berubah manyun gitu. "nih bocah udah dibantuin juga..."gerutunya.
"iya.. iya deh.., tapi aku yang bonceng yaah.."tawarku yang mau tidak mau disetujui oleh kak putri.
Aku dengan semangat memberesi buku-bukuku dan menaruhnya ke keranjang sedaku.
"kamu kecil-kecil berat yah dek.."keluhnya sambil mengayuh sepeda. Kujawab dengan mencubit pinggangnya pelan. "diih.. apaan sih dek.., malah dicubit..." dia menggenggam tanganku dengan sebelah tangannya, mencoba menghalau seranganku pada pinggangnya. "diem aja! Ntar jatuh.." perintahnya berusaha mengendalikan arah sepeda agar tidak oleng.
Aku menurut. Menyandarkan kepalaku di punggungnya sambil memejamkan mata. "yah.., ni anak malah molor" gerutunya pelan sambil terus mengayuh. Sebelah tangannya masih dengan intens memegangi tanganku. Dapat ku rasakan pergerakan ibu jarinya mengelus tanganku pelan.
Tes..tes..tes.. air hujan mulai jatuh membasahi sebagian rambutku. Sesaat sebelum aku bereaksi apapun, Kilatan cahaya putih tiba-tiba menyambar angkasa. Menimbulkan percikan putih dilangit gelap. Langitnya seolah terbelah. Aku terlonjak kaget melihat kilat yg baru saja terlihat. Kilat identik dengan guruh menggelegar yg akan datang menyusul.
Dugaanku sepenuhnya benar. Tak lama kemudian, terdengar guruh menggelegar begitu keras. aku spontan melepas pegangan tangan kak putri dan buru-buru menutup telinga. Dapat dibayangkan sekarang pasti wajahku sudah pucat pasi. "kak.. aku takut.." ucapku dengan bibir gemetar. " kita berhenti di dekat pohon besar itu dulu yah.."pintaku.
"kita berhenti dipinggiran toko itu aja yah, di dekat pohon bahaya, ra" ka putri mengarahkan sepedanya menuju tempat yang dimaksud.
Intensitas hujan semakin meningkat. walau suara guruh semakin berkurang, kilatan cahaya putih masih menyambar-nyambar dari atas. Kak putri spontan merangkulku, tangannya ikut
menyumbat telingaku, menutupi jemariku yg sejak tadi tidak terlepas dari lubang telinga.
"seenggaknya suara petir yang masuk ke telinga kamu akan berkurang" katanya protektif. Selanjutnya, ia menghalangi pandangan mataku dengan cara memelukku possesive, menyembunyikan kepalaku di dadanya. "aku yang bakal jadi indra penglihatanmu sementara, jangan takut lagi...". ucapnya setengah berbisik, mencoba menenangkanku. aku menurut tanpa banyak bicara. yang ada dipikiranku saat ini hanya satu, bisa cepat beradadiruang tertutup untuk melindungi diri dari petir yg membuatku ketakuan stengah mati.
Ditengah suara berisik hujan itu, samar-samar dapat kudengar kak putri berbisik 3 kata yang tak sepenuhnya kutau maksudnya, tapi dapat benar-benar kurasakan sekarang.
"hujan.., perjalanan.., kita"
Tak dapat kutahan lagi senyumku, semoga dia tak menyadari pergerakan bibirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
(s)he is mine
Romancememasuki sekolah baru artinya memasuki gerbang penderitaan baru bagiku. aku jengah membayangkan betapa sulitnya aku beradaptasi dengan lingkungan baru. betapa payahnya aku dalam berteman. namun tiba tiba, di tengah kepenata itu, aku menemukan sesuat...