#AUTHOR POV#
"brengsek..,! baru hari pertama, udah berani ngibulin senior lu yah.." sang ketua osis yang sedari tadi berada di sudut ruangan beranjak mendekat kearah dhira, menatapnya tajam dengan senyum yang mengerikan.
"sana maju!!" lanjutnya sambil merebut "nasi bungkus" dhira yang hanya berisi tumpukan kertas.
Naura yang berada tak jauh dari situ menatap dhira dengan perasaan bersalah dan ingin protes, pandangan keduanya bertemu, dhira tersenyum sekilas, menatapnya dengan sorot mata yang teduh seakan-akan mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Beberapa detik kemudian, dia sudah beranjak dari duduknya, bersiap menerima amukan senior.
Dhira mendapat hukuman menjadi seorang pengemis. Ia disuruh mendatangi teman-temannya satu persatu dengan berjalan jongkok membawa bungkus nasi masih kosong, meminta sesuap nasi layaknya seorang pengemis. "mbak, minta mbak.., mas, minta mas.." begitu katanya mendatangi satu persatu temannya.
Peserta lain pun lantas memberi sesendok nasi padanya dengan tatapan kasihan, hingga dhira sampai didepan naura yang masih memandanginya dengan tatapan merasa bersalah. Dhira tersenyum, memandangi gandis cantik itu dengan sorot mata yang hangat. Duuhh.. kalo dilihat dari bawah cantik bangett.. katanya dalam hati. matanya menyoroti tubuh mungil gadis itu tanpa celah., bipinya yang agak tembem, poni yang menutupi hampir seluruh dahinya, tubuh mungilnya yang seakan-akan menarik siapapun untuk melindunginya, ia tak bisa berhenti tersenyum. tatapan terakhirnya jatuh pada mata gadis mungil itu, Sedangkan mata gadis yang dipandanginya malah berkaca-kaca memelototi bungkus nasi ditangan dhira yang hanya berisi nasi putih pemberian peserta lain. gadis itu sontak membuka nasi bungkus pemberian dhira dan belum sedikitpun disentuhnya, dengaan hati-hati, disendokkannya telur mata sapi yang ada dibungkus nasi itu lalu tangannya bergerak maju, hendak meletakkannya di bungkus nasi yang berada ditangan dhira.
Dhira yang menyadari apa yang akan dilakukan naura pun buru-buru menahan tangan mungil itu, lalu menaruh telur mata sapi itu ketempat semula. Sedikitpun, ia tak rela kalau gadis itu hanya memakan nasi putih saja. "ini buat kamu koq.., habisin yah.. aku sendiri yang masak soalnya" katanya masih dengan senyum yang hangat, sedetik kemudian, dia berjalan jongkok kembali meninggalkan naura yang menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Entahlah, dhira sendiri juga bingung terhadap perubahan sikapnya yang tiba-tiba menjadi manis ketika berhadapan dengan gadis bertubuh mungil itu. Padahal seingatnya, dia merupakan potret yang acuh terhadap siapapun dan paling tak suka direpotkan. ada sesuatu yang membuatnya selalu ingin melindungi gadis bertubuh mungil itu. ia menyadari, ada yang salah pada dirinya.., atau mungkin.., pada hatinya..
Hukuman yang diterima dhira ternyata tak berhenti sampai disitu, ia dan teman-teman lain yang juga terkena hukuman disuruh menerima hukuman-hukuman konyol lainnya dari mulai nari uler, lari keliling lapangan sambil nyanyi "doraemon", dan yang takhir, ia harus berjongkok didepan kelas dengan mengenakakan kardus bekas yang bertuliskan "pot tanaman". Sedang tangannya memegangi tanaman yang dia ambil dari taman sekolah. Ia cengar-cengir saja menanggapi tatapan teman-temannya yang tengan duduk di bangkunya masing-masing sambil mendengarkan sosialisasi tentang ekskul sekolah, urat malunya sudah benar-benar putus sekarang.
Tanpa disadarinya ada dua pasang mata yang mengawasinya tanpa henti. Yang satu berasal dari gadis berperawakan mungil yang baru ditolongnya, dan yang satu lagi berasal dari sang ketua osis yang paling gencar membentaknya.
~~~~~
"oy ra..." seorang cowok menepuk bahu sang ketua osis yang masih dengan intens memandangi dhira. Mata cowok itupun mengekori tatapan mata sang ketua osis. Dilihatnya cewek berambut pendek yang hampir saja membodohinya.
"thanks ya..,kalo bukan lo yang bilang, tuh bocah mungkin udah lolos dari hukuman"
Sang ketua osis yang diketahui bernama KARA itu terseyum simpul terpaksa harus mengalihkan pandangan matanya dari dhira. "mangkanya lain kali lo harus teliti" ujarnya dingin lalu melenggang pergi.
"ra.. tunggu.." cowok itu buru-buru menahan dan memegangi lengan sang ketua osis dengan tatapan mengiba. "sebagai sahabat dan orang yang paling ngertiin elo satu-satunya, gue mau tanya.., kenapa lo bisa tahu waktu gadis itu mau ngibulin gue.."
"maksud lo?" Kara memasang mimik muka bingung.
"ya maksud gue, kenapa lo bisa liat gerak gerik dia sedetail itu.. dan.., gue ingett.., lo juga ngebentak dia waktu dia pertama kali masuk gerbang.., dan tadi.., tadi lo liatin dia terus tanpa kedip.., "
"ii-itu karena.. emmm..gue nggak sengaja liat kok.. udah ah, lepasin.. gue mau ke ruang guru.., ada urusan bentar"ucap kara gugup, sesaat kemudian ia berusaha melepas pegangan tangan sahabatnya, alvin lalu melenggang pergi.
alvin memandangi punggung sahabat yang paling disayanginya itu dengan tatapan khawatir. kara yang merupakan sahabatnya sejak kecil itu bukan orang yang gemar memperhatikan sesuatu secara detail, ia cenderung tidak peduli pada siapapun, alvin sudah lama tahu itu. namun, apa yang dilihatnya barusan membuatnya takut, jika ada seseorang yang sedemikan menyita perhatian kara, itu pasti bukan seseorang yang biasa. dan jika memang benar dugaannya bawa kara jatuh cinta pada gadis itu, maka dia akan melalukan apapun agar gadis itu juga mencintai kara. apapun.., karna baginya, tak ada yang lebih penting dari kebahagiaan kara, tak ada yang lebih penting dari kebahagiaan gadis yang paling dicintainya.meskipun dirinya tahu, kara tak akan memandangnya lebih dari seorang sahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
(s)he is mine
Romancememasuki sekolah baru artinya memasuki gerbang penderitaan baru bagiku. aku jengah membayangkan betapa sulitnya aku beradaptasi dengan lingkungan baru. betapa payahnya aku dalam berteman. namun tiba tiba, di tengah kepenata itu, aku menemukan sesuat...