#DHIRA'S POV
Aku berjalan dengan langkah tersaruk-saruk menuju ruang kelasku, kegiatan perkemahan yang beberapa hari lagi akan dilaksanakan sungguh-sungguh menguras tenaga. Jabatanku sebagai PRADANA putri mau tak mau mengharuskanku tenggelam dalam kesibukan yang tak ada habisnya. Mengurusi ini itu demi terlaksanakannya perkemahan aktualisasi kelas XI. Aku mengendurkan langkahku, mendadak, badanku terasa lemas. Tanganku bergerak naik memegangi kepalaku yang terasa pening. Aku merasa lelah luar biasa. Dapat kudengar suara naura yang memanggil-manggil namaku dari belakang. Aku teridiam, tak kuat memberi respon apapun. Dapat kudengar derap langkahnya yang mendekat menuju kearahku.
Entah mengapa begitu naura mendekat, aku menjadi tak kuat menahan beban tubuhku sendiri. Tubuhku ambruk didepannya. Kontan saja naura segera menangkapku, melindungi tubuhku yang sebentar lagi menyentuh tanah, meski tentu saja membuatnya jatuh terduduk karena tak cukup kuat menahan berat tubuhku.
Masih dapat kudengar suara naura yang memanggil-manggil namaku dengan panik, Berkali-kali. tangannya yang mungil mengguncang-guncang tubuhku yang masih diam tak bergerak di pangkuannya. Mataku terpejam, padahal saat itu sebenarnya aku masih cukup sadar dan mampu menguasai diri.
Selang beberapa saat, dapat kudengar derap langkah kaki dari gerombolan anak-anak pramuka. Salah seorang cowok yang entah siapa serta merta menggendongku ke ruang UKS. Naura mengekoriku menuju UKS, diam-diam, sudut bibirku tertarik keatas membayangkan betapa khawatirnya dia.
#AUTHOR POV
Helaan nafas lega spontan dilakukan naura setelah beberapa menit memcoba membuat mata bulat milik sahabatnya itu terbuka. Siang itu sanggar PMR tampak sepi, naura yang meminta kepada pegurus PMR yang kebetulan saat itu sedang berjaga di sanggar untuk menjaga dhira. Jadilah hanya mereka bedua yang berada dalam ruangan yang bersebelahan dengan ruang osis tersebut.
"masih pusing?" tangannya yang mungil terulur meraba kening sahabatnya yang hanya dijawab dengan sebuah anggukan oleh dhira.
"syukurlah, nggak demam..." gumamnya pelan.
"pasti kecapean yah.." naura membantu mendudukkan dhira yang masih terbaring, tangannya terulur mengambil segelas air lalu meminumkannya.
"iya kayaknya., nggak tau tadi tiba-tiba kepalaku pusing banget.."dhira memijit-mijit kepalanya sendiri.
"sini aku aja.." naura memegangi tangan dhira, tubuh mungilnya lalu naik keatas ranjang tempat tidur, tangannya kembali terulur menarik pelan kepala dhira agar berbaring di pangkuannya.
Suasana menjadi tenang sekali. Naura terus memijit kepala dhira dengan pelan dan lembut. Sedang yang dipijit tak bersuara sama sekali. Entah sedang menahan sakit atau sedang menikmati sentuhan jemari bidadarinya.
Naura baru berani menghentikan kegiatan memijitnya Setelah yakin dhira tertidur dalam pangkuannya. Masih dengan posisi yang sama, dia terpaku memandangi wajah polos temannya. Yang entah mengapa membuatnya tak ingin beranjak bangun. Dengan hati-hati, Tangannya kemudian terulur, namun kali ini bukan untuk memijit, melainkan membelai anak rambut yang menutupi kening sahabat terbaiknya itu. Sedetik kemudian, ia menunduk, mengecup pelan kening sahabatnya. Sesudah melakukan hal yang dirasanya paling gila tersebut, ia tersenyum. Berharap sahabatnya tak cepat-cepat membuka mata karena entah mengapa, dia masih belum puas memandangi wajah sabat yang paling disayanginya.
Tapi naas, kelopak mata milik sahabatnya itu serta merta melakukan pergerakan. Memperlihatkan kedua bola mata milik sahabatnya yang kini tengah menatapnya dengan tatapan yang tak ia mengerti.
"makasih, ra.." dhira berujar, hampir menyerupai bisikan. Ditatapnya kedua mata milik bidadarinya. Berharap lewat tatapannya itu, segenap rasa yang dimilikinya dapat tersalurkan., Dalamnya perasaan yang ia pendam selama ini dapat tercurah kepada sahabat yang paling dicintainya itu.
orang yang dipandanginya hanya meresponnya dengan menyunggingkan senyum. membuat matanya mau tak mau beralih memandangi bibir manis milik bidadarinya itu. kedua tangan dhira kemudian terulur melingkar pada leher naura, membuat naura mau tak mau lebih menunduk kearahnya. ia tersenyum sendiri merasakan detak jantungnya yang seakan ingin ingin meledak. tubuhnya yang semula terbaring pelan-pelan mulai terangkat, serta merta ingin mendekatkan diri pada wajah naura, dan....bersambung..^^
KAMU SEDANG MEMBACA
(s)he is mine
Romantizmmemasuki sekolah baru artinya memasuki gerbang penderitaan baru bagiku. aku jengah membayangkan betapa sulitnya aku beradaptasi dengan lingkungan baru. betapa payahnya aku dalam berteman. namun tiba tiba, di tengah kepenata itu, aku menemukan sesuat...