Different: One

6.4K 123 0
                                    

Kirana Nabila. XI-H. Lampung.

Kirana menatap sebuah kertas yang daritadi digenggamnya. Awal tahun pelajaran baru dimulai, menandakan Kirana kini sudah resmi menjadi siswa kelas 11. Setiap siswa diberi kertas petunjuk yang tertera nama, kelas baru, dan nama provinsi kelas untuk memudahkan mereka mencari kelas barunya. Kelas yang menjadi persinggahan barunya adalah kelas terakhir, yang Kirana yakin merupakan kelas terheboh.

Kirana masuk ke dalam kelas dan menaruh ranselnya di tempat duduk paling pojok, tempat kesukaannya. Karena disana ia bisa ngobrol, baca buku, dengerin lagu, pokoknya segala aktivitas tanpa terlihat jelas oleh guru. Bisa gawat kalo ketahuan, mengingat peraturan sekolahnya yang sangat ketat.

"Hai, Kir!" terdengar suara familier yang memanggil Kirana saat dirinya hampir tertidur. Si penyapa, Evelyn, memberinya senyuman lebar penuh makna. Ya, ini tahun kedua mereka sekelas. Lagi. Entah apa yang dipikirkan oleh guru-guru saat mereka sedang rapat penentuan kelas, karena mereka selalu berprinsip "Menggabungkan dengan yang baik dan memberi dampak positif". Sudah jelas Kirana dan Evelyn tidak termasuk kriteria itu.

Kirana mendongakkan kepalanya malas-malasan, yang langsung dibalas lemparan bantal oleh sahabatnya itu. Bantal itu disambut Kirana dengan senang hati yang langsung dijadikannya tempat bersandar. Evelyn hanya menggeleng-gelengkan kepalanya memaklumi sikap sahabat yang sudah ia kenal satu tahun ini.

Teman-teman kelas mereka yang lain perlahan-lahan mulai berdatangan. Eve menyapa mereka satu persatu sementara Kirana asyik dengan tidurnya. Pukul 07.00 tepat, wali kelas mereka, Pak Giri, masuk ke dalam kelas dan memulai ritual 'perkenalan kelas baru'. Setelah perkenalan, Pak Giri pun memberi tahu beberapa informasi tentang kegiatan-kegiatan kelas 11 nanti.

"Jadi nanti kalian akan ikut Industrial Trip," jelas Pak Giri. Seisi kelas bersorak senang, Kirana pun langsung terbangun mendengar kata 'Trip'.

Namun..

"Lalu di semester kedua kalian akan membuat karya tulis," lanjut wali kelas 11-H itu mematahkan semangat yang tadinya meliputi kelasnya. Suara 'Yaah' terdengar dari seluruh anak 11-H dengan kompak, sementara Kirana langsung tidur lagi.

Tidak terasa jam pertama dan kedua telah selesai diisi dengan perkenalan dan informasi-informasi. Kini guru kedua masuk, yang terkenal dengan kekillerannya.

Walaupun baru perkenalan dan hari pertama, semua anak di dalam kelas itu langsung bisa merasakan aura-aura kengerian yang tidak dapat dijelaskan oleh kata-kata. Seketika semua anak menjadi waspada, siaga satu dan siaga dua.

"Kenalkan, nama saya Bu Tira, saya adalah guru tata boga kalian. Nah kamu yang disana, neng neng, enak ya tidurnya?" Tuh kan. Langsung terbukti di hari pertama. Tatapannya yang tajam pun melirik Kirana melalui kacamatanya. Eve menyenggol-nyenggol lengan kawannya itu, menepuk-nepuk pipinya hingga menggelitikinya, namun tidak juga Kirana bangun. Malah ia berbalik badan memunggungi Eve yang sedang menatapnya horror.

"TSUNAMI AAAAA TSUNAMIIIIII" teriak Kirana begitu air membasahi wajahnya. Bu Tira tersenyum manis namun terlihat berbahaya ke arah Kirana. Masih berusaha mengumpulkan kesadarannya, Kirana menatap Bu Tira bingung.

"Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanyanya polos. Anak-anak kelas 11-H menatapnya dengan sangat sangat horror.

Bu Tira kembali tersenyum lagi. Kali ini lebih manis sampai semut pun menghampirinya. "Ada dong, bantu saya ya, kamu berdiri di luar kelas sampai istirahat nanti."

Ucapan Bu Tira tadi sukses membuat Kirana melongo. Namun karena dia tahu reputasi gurunya ini, ia langsung mengikuti ucapan Bu Tira dengan patuh. Lebih baik cari aman daripada hidup tidak tenang.

"Ada yang ingin menemani Kirana diluar?" tanya Bu Tira setelah Kirana keluar. Ada makna tersirat di dalam ucapannya, yaitu kalo-berisik-nanti-saya-keluarin-seperti-Kirana. Begitulah, sebuah ucapan beribu makna tersimpan. Njas.

***

    Angin sejuk menerpa wajah Kirana selagi masa hukumannya. Ia bersender pada balkon koridor kelas 11 yang terlihat sepi. Kirana berusaha mengingat-ngingat apa kesalahannya sampai-sampai ia dikeluarkan di hari pertama, dan akhirnya ia pun ingat. Dia tertidur di pelajaran guru tertegas yang membuat seluruh temannya menatapnya horror.

    Kirana menghembuskan napasnya pelan. Sebenarnya, ia kurang tidur beberapa hari ini. Makanya tadi ia sampai tertidur di kelas. Saat sedang asyik menikmati angin dan pemandangan didepannya, Kirana merasakan ada sebuah gumpalan kertas mengenai tubuhnya. Ia pun menengok dan mengambil gumpalan kertas berwarna biru itu. Lalu dilihatnya orang yang gak ada kerjaan melemparnya gumpalan kertas, matanya melebar mengetahui siapa yang melempar gumpalan kertas tadi.

    "IBRA?!? Demi apa lo disini? Kaki lo napak kan? Bukan setan?" ucap cewek itu tak percaya. Di depannya, seorang cowok yang selama ini menghilang tanpa kabar. Sahabat terbaiknya, tiba-tiba muncul begitu saja dan menyapanya dengan melempar gumpalan kertas.

    "Sialan lo, masih aja parnonya kayak dulu. Kangen ya sama gue sampe gitu banget kagetnya?" ujar lelaki berambut spike itu sambil tersenyum jahil. Kirana melemparkannya balik gumpalan kertas dan menatapnya sebal. Bagaimana tidak? Ibra tidak mengabarinya sama sekali sejak 6 bulan yang lalu. Selama itu pun Kirana menyimpan segala curhatannya dalam-dalam, karena hanya Ibra yang bisa membuatnya nyaman bercerita.

    Ibra dan Kirana pertama kenal saat kelas 7. Saat itu mereka hanya chatting biasa, namun bisa sampai berjam-jam lamanya. Seperti magnet, mereka langsung nyambung dan bercerita apa pun tanpa harus berpura-pura. Dari situlah Kirana tahu bahwa Ibra adalah anak touring yang biasa jalan kemana-mana. Kirana sudah menganggap Ibra seperti keluarganya sendiri.

    "Jelasin ke gue kemana aja lo selama 6 bulan ini!" ujar Kirana tidak sabar.

    "Gila lo baru gue tinggal 6 bulan aja udah nggak sabaran banget. Gimana kalo nungguin gue buat jadi teman hidup lo nanti?" jawab Ibra ngaco parah.

    Kirana menunjukkan ekspresi jijik. "Siapa juga yang mau sama lo? Ih amit-amit deh,"

    "Ah masa? Amit-amit ntar suka loh"

    "Najis lo pede. Udah ah cepetan jelasin ke gue kemana aja lo ngilang selama 6 bulan ini?"

    "Oke.. jadi selama 6 bulan ini gue minta maaf nggak ngehubungin lo sama sekali." Kirana hanya memutar matanya lalu mengangguk maklum. Ibra pun melanjutkan,

    "Hape gue rusak karena kecebur di air pantai pas touring ke Lombok. Terus gue juga males benerinnya heheheheh jadinya gue pake hape yang lama. Masalahnya hape gue yang lama udah dihapus semua kontaknya makanya gue jadi gak bisa ngehubungin lo."

"Iye iye udah gue maafin, cepetan ke intinya aja!" potong Kirana gemas.

"Nah, yaudah deh selama 6 bulan itu gue diajak sama temen-temen buat touring keliling Indonesia." tutup Ibra.

Kirana menaikkan alisnya sebelah, merasa kurang puas dengan jawaban Ibra. Namun Ibra malah cengar-cengir saja, sehingga Kirana memutuskan untuk tidak bertanya lebih banyak. Ia pun ikut tersenyum senang karena kini sahabatnya sudah kembali.

KRINGGGGGGGGG

BREAK TIME!

Seluruh siswa-siswi kelas 11 segera berhamburan keluar kelas memenuhi koridor. Keberadaan Kirana dan Ibra pun jadi tidak terlalu mencolok seperti tadi. Eve yang baru saja keluar kelas langsung menghampiri Kirana dan mengamit lengannya untuk segera ke kantin. Katanya sih, kebutuhan perut udah gak bisa ditunda.

Tanpa Kirana sadari, seseorang memperhatikannya dari jauh. Mulai dari Kirana keluar kelas sampai bertemu Ibra. Orang itu mengepalkan tangannya lalu melenggang pergi.

[]

Re-published: 17 Januari 2016

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang