Different: Nine

1.1K 52 0
                                    

Arkam melenggang masuk ke dalam kelas pukul setengah tujuh pagi. Bisa ditebak, kelas itu baru berpenghuni dirinya saja. Ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya, berbentuk kotak berwarna biru. Dibukanya tutup tempat itu dan langsung ia lahap roti sandwich yang disiapkan Bundanya tadi pagi.

Roti pertama habis, kini ia beranjak mengambil roti sandwich keduanya. Tak terasa, seorang cewek sudah duduk disebelahnya dan ikut mengambil sepotong sandwich dari kotak bekal biru itu. Arkam melotot melihat sebuah tangan lain mengambil belahan jiwanya (alias sandwich), mulutnya yang penuh dengan roti sudah bersiap mengomel. Begitu ia mendongakkan kepalanya, terpampang senyum lebar dari cewek itu.

"Alma? Lo ngapain deh dateng pagi? Tumben amat," komentar Arkam setelah menelan potongan sandwich terakhirnya.

Alma mengerucutkan bibirnya, "Kok kesannya kayak gue selalu dateng telat ya?"

"Bukan gue loh yang bilang" Arkam tertawa kecil lalu meneguk air minumnya. Sementara Alma merenggut pelan lalu cepat-cepat menelan sandwichnya. Tangannya langsung meraih botol minum Arkam dan meneguk dalam jumlah yang banyak.

"KOK LO GA BILANG KALO PEDES???" seru Alma setelah meredakan panas ditenggorokannya. Muka cewek itu merah karena kepedesan, yang membuat Arkam tak kuasa menahan tawanya.

"Lo nggak nanya sih, orang tadi main comot aja" jawab Arkam tak bersalah. Lalu ditutupnya kotak bekal itu dan kembali masuk ke dalam tasnya.

"Tanggung jawab lo! Pedesnya belom ilang lagi nih, beliin es teeeehhhh!" protes Alma seraya mendorong-dorong tubuh cowok disampingnya itu. Arkam langsung menghindar ketika Alma mulai bergerak kesana-kemari, kebiasaan cewek itu saat kepedesan.

Akhirnya mereka kejar-kejaran mengelilingi kelas, sampai akhirnya Arkam melihat Kirana mematung di depan pintu kelas.

"AWAS LO GUE BILANGIN—" seru Alma hendak mengeluarkan ancamannya, namun terhenti di samping Arkam yang juga menyadari ada Kirana.

Oh tidak.. Jangan bilang kalo itu cewek ngira—pikiran Alma membuat wajah cewek itu memucat.

Kirana berdeham lalu memasuki kelas. "Wow, gue nggak tau kalo ternyata lo berdua deket," komentar cewek itu dengan nada candaan yang menurut Alma sedikit dipaksakan.

"Haa? Nggak kok, ngapain amat gue deket-deket sama manusia macem dia. Lagian kita cuma—" jawab Alma yang langsung dipotong Arkam. Cowok itu mengirimkan tatapan nanti-gue-jelasin.

Arkam berkata dengan nada meyakinkan. "Yah, emang dari dulu deket sih"

Kirana tersenyum kecil mendengarnya. "Well, bagus deh kalo gitu" ia pun menelungkupkan kepalanya diantara tangannya, bersiap-siap untuk melakukan rutinitas tidur paginya.

Menyadari cewek itu akan segera tidur, Arkam dan Alma pun berbalik menuju meja masing-masing. Teman-teman kelas mereka pun datang satu persatu, mengganti keheningan yang sempat mengisi kelas itu.

Yang mereka tidak tahu adalah, Kirana berusaha keras menahan air matanya agar tidak tumpah ketika semua orang menganggapnya terlelap.

***

"Selamat pagi anak-anak, hari ini Ibu akan membagi kelompok memasak untuk tugas akhir semester ini. Satu kelompok berisi dua orang sesuai nomor absen. Baik, Adinda dengan Aldi.." ucap Bu Tira mengawali pelajarannya hari ini. Seluruh siswa menyimak perkataan Bu Tira untuk mengetahui sekelompok dengan siapa, mengingat guru itu tidak akan mengulang perkataannya dua kali.

Sebagai sekretaris kelas, Eve bertugas mencatat nama-nama kelompok itu. Kirana melongokkan kepalanya untuk melihat nama-nama yang tertera di buku catatan Eve.

Mata cewek itu menelusuri beberapa nama hingga sampai di depan namanya.

Kevin-Kirana.

Lumayan lah, batinnya sambil melirik Kevin yang sedang nyengir di depannya. Sementara Kirana mendapat pasangan yang lumayan, lain halnya dengan Eve yang berpasangan dengan Daryl. Eve sengaja menulis nama Daryl acak-acakan disertai gerutuan pelan. Kirana menepuk-nepuk punggung cewek itu, berniat memberi semangat, namun tepukannya terlalu kencang sehingga Eve mengaduh kesakitan.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang