Different: Fifteen

946 45 0
                                    

Setelah kejadian 'date' kemarin, hubungan Kirana dan Arkam menjadi semakin dekat. Bahkan lebih dekat dari dulu.

Kesalahpahaman antara Kirana dan Alma pun juga sudah terselesaikan. Otomatis kedua cewek itu serta Eve dan Sasya menjadi sedekat Indus lagi.

Sejauh ini, semua bisa dikatakan baik-baik saja.

Namun, ada sesuatu yang mengganggu pikiran Kirana. Ibra. Ya, cowok itu. Kirana masih belum berbicara sama sekali dengan Ibra selain saat mau belanja kemarin. Hal itu membuatnya gelisah. Tidak biasanya Ibra mendiamkannya selama itu.

Atau mungkin, ialah yang mendiamkan Ibra?

Kirana menggelengkan kepalanya. Ia tidak pernah mendiamkan cowok itu. Biasanya kan, Ibra selalu menyapanya di line. Tapi sekarang tidak.

"Woi, Kir! Bengong aja lo," tepukan seseorang membuyarkan lamunannya. Kirana mengerjap beberapa kali. "Ha? Enggak ah." sahutnya.

"Kalo enggak bengong, coba jelasin daritadi kita lagi ngomongin apaan?" tantang Alma. Kirana kikuk, jadi ia hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Enggak tahu, hehe" cengirnya.

"Kan"

"Bener"

"Yaudaaaah tadi emang ngomongin apaan sih?" tanya Kirana akhirnya.

"Bentar lagi kan mau ada pensi sekolah, tadi ada anggota OSIS yang nyebarin formulir ke kelas-kelas." jelas Sasya. Kirana mendengarkannya seksama, agar tidak ketinggalan informasi lagi.

"Naah, mau nggak kalo kita daftar band berempat? Kebetulan gue bisa main piano, Eve gitar, Sasya drum. Lo kan pinter nyanyi tuh" usul Alma. Eve dan Sasya mengangguk mengiyakan.

Kirana terlihat berpikir sebentar. Ia pun mengusap dagunya seperti berpikir keras yang langsung dilempari kacang oleh Eve. "Sok serius najis,"

"Yeee suka-suka. Yaudah, i'm in."

Ketiga temannya pun bersorak senang. Mereka berencana akan latihan minggu ini di rumah Kirana.

***

Ibra sengaja izin pulang lebih awal hari ini. Tujuannya satu, untuk sampai di SMA Kingsley sebelum jam pulang tiba.

Sesampainya disana, siswa dengan seragam khas Kingsley sudah berhamburan keluar. Mata cowok itu memicing mencari-cari cewek berpostur mungil di antara sekian banyaknya manusia. Terlihat Kirana sedang duduk di lobby sekolah dengan Eve, mengobrol ria.

Dengan cepat Ibra mengetik suatu pesan diponselnya.

Caesaribra Adrian: Eve, nengok ke parkiran dong.

Eve-lyn: he? Emang ada apaan?

Caesaribra Adrian: :)

Tahu tabiat Eve yang kepo-an, Ibra hanya menjawabnya dengan senyuman. Akhir-akhir ini, seringkali Ibra bertukar pesan dengan Eve untuk menanyakan kabar Kirana. Bukannya tidak berani, ia hanya merasa tidak enak pada Kirana karena sudah marah-marah tanpa sebab pada cewek itu. Dan ia menunggu waktu yang pas untuk meminta maaf.

Terlihat Eve yang celinguk-celinguk ke arah parkiran, disusul dengan Kirana yang bertanya kepadanya. Mungkin cewek itu bertanya ada apa. Ibra tersenyum kecil melihat pemandangan itu.

Begitu pandangan Ibra dan Eve bertemu, cewek itu seakan meminta penjelasan. Ibra mengisyaratkannya untuk masuk ke mobil dengan Kirana.

"Bra, lo ngapain deh?" tanya Eve langsung. Sementara Kirana diam, sedang memproses kejadian ini.

"Jemput lahhh" jawab Ibra santai. "Ayo masuk."

Eve masuk duluan disusul Kirana. Setelah setengah perjalanan, barulah cewek itu berbicara. Sesekali menimpali obrolan Eve dan Ibra.

"Ohiya, kita mampir dulu ya," ujar Ibra ketika memasuki kawasan komplek rumah Kirana dan Eve. Ucapannya dibalas oleh anggukan kedua cewek itu.

Mau ngapain ya? Biasanya Ibra nyebut tempat, batin Kirana.

Ah, gausah dipikirin lah.

Mobil Ibra seketika berhenti. Seseorang--entah Eve atau Ibra, menutup mata Kirana dengan kain sehingga penglihatan cewek itu mengabur. Sebuah tangan menuntunnya untuk duduk.

"Anjir! Siapapun, ini gak lucu." seru Kirana. Namun seruannya hanya dibalas oleh angin yang berhembus.

Cewek itu merasakan ada satu orang lagi mendekat ke arah mereka. Kirana berusaha menggapai orang itu, namun ia hanya bisa merasakan kepulan asap dari sesuatu yang dibawa orang itu.

"Sekarang, lo boleh buka mata." suara berat Ibra terdengar.

Ia mengisyaratkan Eve untuk melepas kain penutup mata Kirana. Setelah dilepas, muka Kirana berubah menjadi pias. Seluruh gerutuannya tertelan begitu saja melihat sesuatu di depannya.

Mangkuk bakso Dialen yang dihias dengan bumbu membentuk tulisan "Forgive me, please."

"Jawab dong, keburu larut sama kuah itu bumbunya." ujar Ibra membuyarkan kekagetan Kirana. Cewek itu melirik Ibra yang tengah duduk di hadapannya.

"Ini... Permintaan maaf paling anti-mainstream yang pernah lo lakuin, Ra." ujar Kirana terbata-bata.

"So...?" tanya Ibra menggantung. Menunggu Kirana melanjutkannya.

"Yes, of course! Seburuk apapun itu, gue selalu maafin lo, Ra, karena elo sahabat cowok gue yang paling gue sayang." ucap Kirana diiringi senyum manis.

Ibra mengacak rambut Kirana dengan gemas. "Yaudah, makan dong baksonya. Atau gue comot nih,"

Mendengar hal itu, Kirana buru-buru mengamankan baksonya.

Membuat tawa Ibra dan Eve berderai.

Yang tidak Kirana ketahui adalah, hati Ibra seolah tercubit ketika Kirana memanggilnya sahabat terbaik.

Dan yang tidak Ibra ketahui adalah, Eve menyaksikan kedekatan itu dengan tatapan terluka.

[]

2 Februari 2016

Alhamdulillah ya Ibra sama Kirana udah baikan. Seneng deh uwe

Tapi uwe kasian sama mba Eve disini, stay strong ya Eve, i feel you</3

Hope you like it!

Luf,
Key

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang