3. Thinking of You

22K 2.1K 39
                                    

Gila...!!! Ini benar-benar gila! Kenapa perasaanku mudah sekali dipermainkan?

Aku bahkan masih bisa merasakan hangatnya kecupan mas Graha di keningku, bahkan wangi parfumnya masih melekat di hidungku. Dan ya ampun, aku bahkan masih bisa mengingat dengan jelas betapa sebenarnya aku sangat menikmati saat berada di dekat mas Graha.

Apa ini artinya mas Graha sudah menggangap aku sebagai pacarnya? Menyebutkan kata 'pacar', membuat mukaku terasa memanas. Tapi...bukannya dia belum ada satu kalipun mengucapkan kata-kata yang mengklaim aku sebagai miliknya?

Aku rasa pikiranku sudah semakin kacau. Ingat May! Dia Sebastian Nugraha yang berumur tiga puluh tujuh tahun! Sebaiknya aku harus cepat-cepat membuang semua imajinasi bodohku.

--

Hari ini sudah puluhan kali aku bolak balik mengecek handphone-ku. Kenapa dari tadi tidak ada satupun telefon ataupun pesan masuk? Biasanya jam segini mas Graha pasti sudah mengubungiku. Astaga, kenapa mas Graha lagi?!

Apa mas Graha baik-baik saja? Tadi katanya dia mau ke luar kota. Kenapa aku jadi gelisah seperti ini. Perasaan seperti ini benar-benar tidak enak. Rasa tidak enaknya melebihi waktu memikirkan Dion.

"Kamu kenapa?" Tiba-tiba Vey sudah ada di sampingku.

"Nggak...nggak kenapa-kenapa kok," Jawabku gugup.

"Dari tadi cuma bengong aja. Kamu lagi sakit?" Tanyanya lagi. Aku menggeleng. Belum saatnya Vey tahu soal hubunganku dengan mas Graha.

"Mikirin Dion lagi?" Lagi-lagi aku menggeleng.

"Udah nggak mikirin Dion lagi kok," Jawabku yakin.

"Mas Graha?" Tanya Vey dengan suara berbisik. Tubuhku serasa menegang.

"Ihhh...apa-apaan sih kamu," Jawabku menahan malu.

Vey tergelak. Tanpa perlu aku cerita, aku yakin Vey pasti sudah tahu.

"Tuh kan, benar yang aku bilang. Mendingan kamu sama mas Graha aja,"

"Kamu sok tahu," Kataku sambil tertawa.

"Pacaran sama cowok yang lebih dewasa itu asyik loh," Kata Vey dengan nada genit. Bahkan aku saja tidak tahu apa aku dan mas Graha sudah pacaran.

"Belum pacaran kok," Balasku.

"Iya...iya, tapi kan sebentar lagi," Vey tersenyum jahil.

"Tapi...," Ucapanku terhenti.

"Nggak penting umurnya, yang penting kamu ngerasa nyaman aja dengan dia," Vey seolah tahu apa yang ada di pikiranku.

"Kamu tuh ya, benar-benar sok tahu banget," Kataku sambil tertawa.

Aku tersenyum sendiri menyadari betapa miripnya aku dengan ABG yang sedang jatuh cinta. Bukan, aku rasa aku belum dalam tahap jatuh cinta, aku baru mengagumi mas Graha. Apalagi kehadirannya bertepatan saat aku dan Dion baru saja putus.

Aku memandangi layar handphone-ku. Apa harus aku yang menghubungi mas Graha dulu? Jangan-jangan mas Graha sedang sibuk. Ah sudahlah, lebih baik aku diam dan tidak memikirkan mas Graha untuk beberapa saat.

--

Sampai tengah malam, mas Graha belum menghubungiku sama sekali. Aku takut terjadi apa-apa dengannya. Masa dua malam ini aku tidak bisa tidur gara-gara memikirkan orang yang sama.

Rasanya tangannku sudah gatal ingin menghubungi mas Graha dari tadi. Tapi, gengsiku lebih tinggi.

Bahkan saat masih bersama Dion, aku tidak pernah sefrustasi ini memikirkannya. Padahal aku saja belum tahu gimana perasaan mas Graha yang sebenarnya. Apa kalau dia perhatian artinya dia cinta? Apa kalau dia selalu ada buatku, artinya dia ingin memilikiku?

Seingatku mas Graha tidak pernah membahas tentang perasaannya. Atau harus kupancing dulu ya?

Handphone-ku bergetar pelan. Buru-buru aku membuka pesan yang baru masuk. Sms dari mas Graha.

~Kangen

Sumpah, rasanya aku hampir tidak bisa bernafas saking senangnya.

--

37 (Pindah Ke Dreame/Innovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang