Namaku Stella. Aku tidak tahu nama belakangku. Ayahku tidak pernah memberitahukanku.
Aku tinggal ditempat terpencil di suatu kota yang mungkin tidak ada di dalam peta. Disini sangat sepi dan aneh. Hawa dikota ini sangat aneh. Seperti hanya aku yang waras di tempat ini, dan yang paling normal disini.
Aku hanya hidup dengan ayah dan ayamku. Ibuku sudah meninggal karena kepeleset di kamar mandi dan kepalanya terbentur ujung yang tajam disisi bak mandi, dia mengalami pendarahan tetapi kami tidak bisa apa-apa karena tidak ada rumah sakit disini. Ibuku meninggal ketika usiaku masih menginjak 5 tahun. Sungguh menyedihkan ketika ibuku meninggal. Semuanya menjadi berantakan.
Bukan hanya ibuku saja yang meninggal. Kakakku juga sudah pergi. Dia meninggal karena ketika berenang ada seekor hewan amoeba langka pemakan otak manusia yang menyerangnya. Saat itu hanya dia yang berenang karena aku sedang terkena flu jadi aku tidak diperbolehkan untuk berenang. Dia tidak berkata apa-apa tentang rasa sakit dikepalanya setelah dia berenang. Sampai pada akhirnya dia tiba-tiba meninggal. Aku dan ayahku jelas terkejut dan bingung bagaimana dia bisa meninggal saat itu. Kami baru mengetahui bahwa ada seekor hewan yang ada di dalam kepalanya saat dia dimandikan. Delion yang malang.
Kakakku Delion, dia memiliki seekor ayam. Dia sangat menyayangi ayam itu. Ayam itu selalu bersamanya setiap saat, kapanpun, dimanapun, dan kemanapun dia pergi pasti aku menemukan ayam itu bersamanya. Bahkan ayam itu bertingkah aneh ketika Delion mati, dia yang memberitahu bahwa Delion meninggal pada saat itu. Tapi sekarang Delion sudah pergi, dan ayam itu berarti tidak ada pemiliknya lagi. Siapa namanya? Aku tidak tahu. Aku tidak pernah mendengar dia menyebutkan nama ayam itu. Yasudah aku menamainya Delion saja sekalian untuk mengenang kakakku. Sayang ya kakakku meninggal, padahal aku ingin mengenalnya lebih dekat jadi kami bisa seperti kakak beradik pada umumnya.
Oh ya, ayahku. Dia adalah seorang petani. Kami makan dari hasil ladangnya dan ternak yang dia urus. Tapi itu dulu, saat ibuku masih ada dan kami masih bahagia. Sekarang dia kacau. Seperti yang aku bilang sebelumnya, keluargaku berantakan semenjak itu. Ayahku sering sekali keluar pagi-pagi sekali dan pulang larut malam dan membawa makanan yang banyak. Aku tidak tahu ayahku membawa pulang makanan itu dari mana, dan bagaimana. Ya... aku juga tidak peduli tentang itu. Jika kamu menjadi aku, mungkin kamu juga tidak peduli apa yang kamu makan dengan kondisi yang seperti ini.
***K***
Suara kokokan Delion membangunkanku. Aku beranjak pergi dari kamarku yang masih berantakan bermaksud untuk mendatangi Delion yang berada di halaman belakang yang ada dirumahku.
Aku duduk di pinggir teras halaman belakang. Aku melihat Delion yang datang menghampiriku.
"Hai Delion, bagaimana keadaanmu?" Sapaku kepada Delion dengan suara parau khas orang bangun tidur sambil mengelus-elus bulunya yang kasar tak terawat.
Delion hanya mematuk-matuk tanah dan berjalan-jalan disekitarku.
Mungkin dia lapar. Pikirku.
Aku beranjak dari tempat dudukku dan pergi ke dapur untuk mencari makan yang bisa dimakan Delion dan aku.
Aku hanya melihat jagung dan sandwich sisa kemarin. Aku langsung membawa makanan itu ke halaman belakang.
"Ini untukmu" kataku seraya memberikan jagung kepada Delion.
Delion agak susah memakan jagung itu, karena jagung itu masih utuh, dan aku tidak tahu harus apakan jagung itu untuk Delion. Akhirnya aku hanya memakan sandwich-ku dan melihatnya kesulitan memakan jagung itu. Delion yang malang.
Dan ngomong-ngomong kakakku meninggal tepat sehari setelah ibuku meninggal.
Cr : M
