Ini hari rabu. Hari ini aku pergi ke sekolah. Sebenarnya aku malas pergi ke sekolah. Aku tidak mempunyai teman. Mereka menganggapku aneh. Sayang, Delion tidak bisa ikut denganku pergi ke sekolah. Mereka tidak memperbolehkan murid membawa hewan ke sekolah.
Suara klakson bus sekolahku memekakan telinga. Bus sekolahku sudah datang.
"Tunggu sebentar!!" Teriakku kepada pak Joe, supir bus sekolahku, dari jendela kamarku yang terletak di lantai kedua rumahku.
Aku langsung berlari turun kebawah. Ke halaman belakang melemparkan sejumlah makanan untuk Delion, dan berpamitan dengan ayahku.
Ayahku yang malang, ayahku yang malang. Kasian dia hidup dalam penderitaan selama 3 tahun.
Aku membuka pintu kamar ayahku dengan perlahan. Suara dicitan pintu yang sudah mulai lapuk terdengar dengan jelas. Gelap. Satu-satunya sumber cahaya hanya dari televisi yang menyala. Aku memandanginya sejenak. Dia lebih kacau dari terakhir kulihat. Kamarnya berantakan, sampah dari makanan ringan yang dia bawa berserakan, tatapannya lurus ke tv yang ada di depannya, tetapi tatapan matanya kosong. Sungguh suram. Dia pasti sangat mencintai ibuku hingga dia sangat depresi karena kehilangan ibuku. Aku menutup pintu kamarnya dengan sangat pelan, takut mengganggunya, dan kemudian berlari keluar rumah. Aku harap hari ini akan menyenangkan.
"Hey lihat, itu si aneh!" Kata seorang anak yang berambut merah darah ketika aku memasuki bus.
"Kau membuat kami lama menunggu, apalagi kami menunggu anak sepertimu. Kau pikir kau siapa? Putri juga bukan" sahut anak berambut biru laut yang duduk tidak jauh dariku.
Aku hanya bisa diam, tertunduk dalam ricuhnya anak-anak seusiaku di dalam bus ini. Keadaan setiap hari seperti ini. Dan setiap hari juga aku berharap akan lebih baik.
***F***
Setibaku di sekolah aku di dilihat dengan tatapan yang tidak bisa ku artikan dari orang-orang yang berlalu lalang. Ada yang bergumam tidak jelas, terdengar seperti
'mimpimu,kesedihanmu'
Aneh. Pikirku
Jam pelajaran pertama, mata pelajaran Mr.Brown yaitu Fisika. Mr. Brown sering menghukumku tanpa alasan yang benar. Meskipun nilaiku yang terbaik
Dan hari ini aku di hukum di ruang arsip anehnya aku di hukum karena mendapat nilai 100.
Untung saja Mr. Black ada di ruang arsip, jadi aku dibebaskan dari hukuman Mr. Brown. Meskipun ketika aku hendak keluar dari ruangan arsip itu aku harus mendengar ceramahnya yang panjang lebar bak kereta api yang panjang. Menyebalkan.
Mr. Black memang satu-satunya guru yang baik padaku. Tetapi kebaikannya itu terkadang membuatku muak. Dia selalu menceramahiku panjang lebar ketika kami bertemu. Tapi tak apalah, toh Mr. Black tidak terlalu mengusikku.
***C***
Sekolah berakhir. Seperti biasa, tiada hari yang tenang. Tidak ada satu haripun terlewatkan tanpa aksi bully teman-temanku. Bagiku itu sudah biasa. Itu bukan hal besar lagi bagiku. Memang pertama kali aku terkena aksi bully itu aku semlat depresi, namun lama-kelamaan aku sudah terbiasa dengan hal itu.
Rumahku tampak sepi. Lampu rumah menyala, berarti ayahku pergi. Ayahku memang aneh. Dia selalu menyalakan lampu di setiap penjuru rumah ketika hendak pergi.
Aku menghampiri Delion yang berada di halaman belakang. Kulihat dia hanya duduk dibawah satu-satunya pohon masih hidup di rumahku.
Sepertinya dia tertidur.
Aku pergi ke kamarku. Mengganti baju seragamku yang kotor dengan baju rumahku yang sudah agak kumal. Hari yang melelahkan. Semoga besok lebih baik dari hari ini. Akupun tertidur dimeja belajarku hingga sesuatu membangunkanku. Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehku selama ini.
STAAPH U DON NEED TO
