Dino
"Woy, Din!"
Lagi lagi si Rangga, dasar tuh bocah.
" Dinosauruskuuu, kamu kok cuek sih!"
"Anjir, najis Woy! Lagian napa lo kudu panggil gue dinosaurus? Nama gue Dino."
"Sayang kok gitu sih..."
"Ih Najis Ngga, Najis sumpah!"
"Biasa aja kali Don, eh, betewe tadi gue denger kabar kalo di Karin ditembak sama si Nino"
"Terus apa masalahnya sama gue?"
"Ya kan lo masih sayang sama Karin"
"Ih sotoy lu ah"
"Tau lah, males gue ngomong sama orang patah hati"
"Bro!"
Itu temen gue, Vandy. Anak yang katanya cogan, padahal juga enggak, secara masih ganteng gue dari dia.
"Woy Van" Vandy berjalan ke arahku dan Rangga
"Lo gak ganti baju bro? Basketnya mau mulai tuh"
"Iya, ini juga mau ganti, yaudah gue duluan ya"Aku berjalan menuju ruang ganti, kulepas seluruh pakaian yang melekat di tubuhku, dan kulempar dengan kasar ke sembarang arah.
Drrt Drrt Drrt
Tumben, gue ditelpon orang, nomer gak dikenal lagi.
...
"Ini siapa ya?"...
Masih tak Kudengar suara dari benda kecil ini
"Ini siapa?"
...
Tut tut tut
"B****AT siapa telfon gak jelas gini"
Mood ku langsung berubah, kupikir aku bakal punya stalker gila yang mengancam kedamaianku.
Ayo, Dino. Mikir yang logis. Itu bisa aja nomer salah sambung.
Gue harus cepat-cepat. Gue telat, push-up duapuluh kali, kan mampus.
Baju yang tadi kulempar, kujejalkan masuk tas. Lalu, aku berlari ke lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Square
Teen FictionSaat dimana kau harus memilih. Seisi dunia seakan mengkhianatimu.