Chapter 3 part 3 [The Beginning of Disaster]

2.4K 175 9
                                    

Berkat sebuah keajaiban atau bisa disebut sebagai sebuah keberuntungan, Lucas berhasil selamat dengan hanya luka kecil. Itu suatu yang luar biasa mengingat serangan Exa dan Silia adalah sihir penghancur yang dapat menghancurkan rumah menjadi ribuan keping.

Kejadian itu membuat keduanya dijauhi orang orang ditempat itu. Mereka menatap keduanya seperti monster.

Lucas akhirnya menemukan pakaian yang disebunyikan Lucia. Mungkin itu satu satunya hal baik dalam hal ini karena jika pakaiannya berada di dalam rumah, mungkin Lucas tak akan mengenakan apapun di tubuhnya.

"....baiklah, aku ingin tahu kenapa kalian menghancurkan gubukku, tapi bisakah kalian berhenti mengarahkan sihir kalian kepadaku?"

Exa dan Silia masih mengincar nyawa Lucas. Wajah keduanya memerah padam.

"Ma-mana mungkin aku melakukannya. Be-beraninya kau menunjukkan benda itu kepadaku!"

"Lucas-chan, aku ingin melihat benda saat itu sudah memiliki suami, kuharap kau bisa bertanggung jawab dengan apa yang telah kau perbuat."

Lucas tak mau memberikan kata pembelaannya. Dia tak bisa.

Dia ingin tertawa atau harus sedih mendengar alasan konyol atau bisa dibilang suci dari mereka berdua.

"Bagaimanapun aku juga wanita, kenapa kau tak bisa mengerti perasaanku? Hiks.."

Air menetes dari kedua mata Silia, tapi tak ada rasa iba dari tatapan Lucas.

"....kau dan aku sudah mandi bersama beberapa kali saat kecil, kurasa kau sudah terlambat untuk mengeluh sekarang."

"...Eh?"

Exa melirik ke Silia yang menoleh ke arah lain seperti menghindari sesuatu.

"Kurasa sebaiknya kalian hentikan permainan berbahaya kalian sebelum menyakiti seseorang. Apa kalian lupa ada banyak anak kecil disini? Kalian sudah besar masih saja menunjukkan hal tak pantas kepada generasi muda."

"'Kami tak ingin mendengar itu dari orang yang menunjukkan hal senonoh kepada anak kecil.""

"...bolehkan aku tahu apa kalian berdua sudah melatih ucapan itu sebelumnya?"

Rumah yang sudah hancur sudah tak bisa digunakan lagi, tapi bukan berarti tempat itu tak berguna. Bekas rumah yang dihuni Lucas kini penuh dengan orang orang yang memperbaiki rumah dengan bahan seadanya.

Bagi Exa itu adalah pemandangan yang tak biasa mengingat tak ada satupun yang meminta hal itu, tapi penduduk di tempat itu tak ragu untuk memperbaiki rumah sederhana itu.

Lucas dan Lucia bahkan ikut membantu dengan mengerjakan pekerjaan ringan.

"Bukankah ini pemandangan yang tak kau temukan di Alexandria, Exa-sama?"

Exa yang berdiri tak jauh dari Silia tersenyum kecil.

"..ya. pemandangan ini memang tak akan kau temukan di Alexandria. Jika ada rumah yang hancur, kurasa tak ada yang peduli. Tidak. Kurasa mereka tak ingin peduli dan takut dengan masalah yang akan menimpa mereka jika terlibat."

"..."

"Bukankah ini ironi? Saat umat manusia sudah berada di ujung tanduk dan diharuskan bersatu, tapi saat ini dunia justru terpisah pisah. Alexandria, Britania, Coleos, Drivia, Exuadria, Frosirera dan Gallarei."

"..anda membicarakan [Last Heavens], Exa-sama?"

7 wilayah yang berhasil direbut oleh umat manusia kini menjadi tempat terakhir bagi manusia untuk tinggal. Disaat yang sama, 7 wilayah itu merupakan negara yang tersisa dari sejarah umat manusia saat ini. Itulah [Last Heavens] atau surga terakhir bagi umat manusia.

World Break Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang