Jumat kemarin, si "Aku" cerita. Ceritanya lumayan panjang. Tapi udah saya peringkat. Dia cerita tentang.. ah baca aja deh
--
Waktu tahun 2015 kemarin, aku cukup bahagia, rasanya seperti dikasih hadiah ulang tahun. Begini ceritanya;
Pada waktu itu, aku memang sedang dekat dengan perempuan, namanya Yaya (itu nama samaran biar kayak di Reportase In*estigasi). Pendekatan ini bisa dibilang sudah cukup lama, kurang lebih satu bulan empat hari. Aku dan Yaya sudah sangat dekat macam orang pacaran lah, walaupun nyatanya belum pacaran.
Setiap ketemu, Aku dan Yaya selalu punya topik pembicaraan yg menarik. (Aku rasa pembicaraan yang menarik tersebut gak perlu diceritain disini, karena sangat panjang yang menyebabkan Readers-nya malas untuk baca. Sama halnya dengan "si Aku" yang malas buat nulisnya)Waktu lagi dirumah, aku berpikir; Yaya jadiin pacar atau jangan ya? Setelah lama berpikir, akhirnya hati dan otak pun sudah singkron, aku pun yakin ini saatnya buat bilang "mau gak jadi pacarku?" kepada Yaya. Aku yakin Yaya pasti mau jadi pacarku.
Tapi setelah dipikir-pikir, kalimat "mau gak jadi pacarku?" tidak cocok buat orang yang kurang bahkan tidak romantis sepertiku. Mungkin lidahku bakal geli saat mengatakan "mau gak jadi pacarku?".
Akhirnya setelah rapat antara perasaan dan pikiran telah selesai, telah kutentukan untuk bilang "ayo kita pacaran.." saja. Itu cukup simpel buatku. Rapat antara perasaan dan pikiran pun ditutup.Sabtu ini Yaya mengajakku bertemu, katanya ada hal yang mau dibicarakan. Dia minta ketemu di mini market yang lumayan dekat dengan rumahnya. Aku setuju dan akupun gak usah repot untuk menjemputnya.
Aku minta kita bertemu disana jam empat sore biar langitnya tidak terlalu panas.Aku tiba di mini market yang dituju, membeli beberapa snack dan minuman dan mencari tempat duduk yang nyaman untukku dan Yaya nanti saat dia datang. Tak lama setelah aku dapat tempat duduk akhirnya Yaya datang dengan kaos tangan panjang dan celana jeans nya, dan ada tas kecil yang menggantung di bahunya. Sepertinya Yaya tidak akan lama disini, sehabis kita ngobrol mungkin dia akan langsung pergi lagi, gak tau kemana.
Aku mempersilakan dia duduk, sedikit basa-basi dan Yaya mulai dengan ceritanya."Kamu sibuk nggak hari ini?"
"Nggak, ya, sibuknya udah tadi pagi, sekarang tinggal santainya"
"Ohh.. Jadi gini, bisa anter aku keliling gak?"
"Keliling mini market ini, ya?"
"Bukan ih.. Keliling kota ini"
"Ngapain?"
"Mau nyari tukang kerak telor"
"Oh oke ayo.. Tapi kalo masih sore jarang ada tukang kerak telor, mungkin"
"Yaudah kemana aja, aku lagi gak ada kerjaan soalnya he he he"Akupun ngikutin maunya Yaya. Setelah berkeliling sampai jam7 malam. Aku minta kita istirahat dulu di salahsatu taman yang ada ditengah kota. Aku pikir ini waktu yang tepat buat ngajak Yaya pacaran tapi ada sedikit keraguan..
Namun karena ada dorongan dari kemauan, pikiran, dan perasaan dari hati, akhirnya aku bilang "ayo kita pacaran.." Aku lihat wajahnya kebingungan, awkward moment buatku. Gimana kalau Yaya malah bilang "maaf, aku udah nganggap kamu sebagai kakak.." Atau "aku lebih nyaman kita temenan aja.." Oh tuhan, jangan sampai Yaya bilang alasan yang tidak masuk akal itu.Tapi Yaya tidak mengatakan alasan itu, dia malah menolak ajakanku dengan bilang "nggak ah, aku gak mau"
Suasana jadi hening, aku ngelamun sekaligus malu. Apa yang harus aku lakukan? Dia menolak ajakanku.
Saat aku melamun, aku sedikit kaget waktu Yaya bilang "haha ngga ko, barusan cuma bercanda. Aku mau kok jadi pacar kamu"
Aku, dari yang asalnya melamun sendiri, sekarang jadi senyum-senyum sendiri. Aku yakinkan lagi jawabannya, dan ternyata dia benar-benar menerima ajakanku untuk pacaran.***
Hubungan kami udah berlangsung selama tiga bulan, hubungan kami juga mengandung unsur Long Distance Relationship yang kalau disingkat jadi LDR. Tapi itu bukan masalah buatku, karena setiap minggu aku dan Yaya selalu menyempatkan waktu untuk ketemu.
Di awal pertemuan di hari minggu sore saat kita sudah pacaran, kita saling bertukar cerita di taman yang waktu itu aku ngajak Yaya pacaran. Kami menceritakan berbagai hal di sore itu, mulai dari hal yang serius sampai yang non-serius. Tak terasa hari minggu yang tadi sore itu sudah berubah jadi malam. Kami pun bergegas untuk pulang. Aku antar Yaya pulang sampai depan rumahnya. Sesampainya dirumah Yaya, aku ngobrol sebentar dan puang.
Sebelum aku pulang dari rumah Yaya, kami sempat melakukan hal yang menggelikan, seperti ini nih;
"Cepet masuk rumah, udah itu aku pulang"
"Nggak, kamu aja pulang dulu baru aku masuk rumah"
"Nggak ah kamu aja duluan"
"Kamu yang duluan"
"Kamu.."
"Kamuuuu"
Menyebalkan bukan? Tapi anehnya, aku sendiri melakukan hal itu. Kenapa ya?
Akhirnya aku pulang kerumahku dan langsung tidur. Sambil senyum-senyum sendiri
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah si "Aku"
KurzgeschichtenCerita disini dari berbagai sumber; pengalaman sendiri, pengalaman teman, sampai cerita dari teman si "Aku" yang diceritakan kembali. Maaf kalau tidak ada pesan moralnya, karena dia (si aku) pun gak tau yang dimaksud pesan moral.