1. Sienna

56 8 3
                                    

**

Hari pernikahan sudah di depan mata. Besok adalah hari terpenting untuk Gina--ibu Sienna-- dan Reno.

"Sienna! Udah cocok sama gaunnya belum? Kalo nggak sreg bisa ganti!" Teriak ibunya nyaring. Enna melihat pantulan dirinya di depan cermin. Cantik. Itulah yang ada di benaknya.

Gaun putih yang berhiasan bunga dan ukiran halus itu sangat pas di tubuhnya yang jenjang. Ia tidak bisa tersenyum, hanya melihatnya sambil mencoba untuk berputar.

Setelah itu ia mengganti kembali menuju baju nya biasa dan keluar lalu menyerahkan gaunnya kepada petugas.

"Bagus ma, Enna milih itu aja," ujarnya dingin lalu duduk di kursi terdekat. Ibu nya menarik nafas lega.

"Mama tahu, pilihan mama selalu tepat buat anak mama," ujarnya sambil duduk dan mengelus halus puncak kepala Sienna.

"Ngomong-ngomong ma, mama gimana? Ini tinggal aku sama Allan doang yang milih baju buat resepsi mama sama om Reno?" Tanya nya.

"Gapapa, semua udah beres tinggal kalian. Lagian, kok bisa kamu gak kenal Allan padahal kalian satu sekolah?"

"Gak pernah kenal dan gak mau kenal,"

Ibu nya kembali tersenyum dan mengelus tangan Enna lembut.

--

"Siennaaaa!! Bangun!! Udah jam 6 juga kenapa belom bangun juga ih!" Suara ibu nya terdengar cempreng dibantu dengan panci yang di pukul nya keras.

Sienna merenguh malas dan memutar tubuhnya berkali-kali untuk bangun. Nyatanya ia tidak bisa. Matanya menuntutnya untuk tetap tidur.

Sekali lagi, ia kembali terlelap.

Gina mendesah kesal dan memutuskan untuk membangunkan anaknya secara paksa.

PANG PANG PANG PANG

"BANGOOOOONNNNN," teriaknya nyaring di depan kamar Enna. Nyalinya tidak cukup kuat untuk menatap mata anaknya yang cukup seram di pagi hari.

Sienna mengambil bantal lalu melemparnya dengan keras menuju pintu. Setelah itu ia mengambil jam dan melempar nya ke pintu lagi.

Sekali lagi, Gina tidak berani untuk masuk ke kamar Enna karena alasan logis. Ia tidak ingin berurusan dengan singa tidur.

"Mama tinggal ke kantor dulu. Kalo sampe mama denger panggilan dari guru, mama bakal ambil tuh kumpulan komik sampe habis!" Ancamnya lalu meninggal kan anaknya yang masih setengah tertidur.

"...sial,"

--

Sienna berlari lalu mengambil kunci mobil untuk berangkat ke Sekolah. Ia tak sarapan. Tak pernah.

Ia mengambil kecepatan penuh dan melihat pemandangan hari senin. Macet.

"Sial!" Umpatnya lalu melihat jam tangannya. Sudah jam tujuh kurang sepuluh menit.

Ia tak ingin kehilangan komik berharganya sia-sia. Ia memutar balikjan mobilnya dan mengambil jalan putar yang tidak macet. Meskipun itu jauh.

Setelah ia melihat pagar sekolah nya, ia langsung membunyikan klakson nya dan melihat satpam yang membukakan pagar sekolah dengan sigap.

Setelah memakirkan mobilnya, ia turun dari mobil dan melihat seragamnya yang tidak rapi. Ia mengambil langkah cepat dan tidak peduli dengan rambutnya yang tak tersisir.

Mata nya yang garang dan dingin membuat orang-orang lebih memilih mengalah memberikan jalan daripada terikat dengannya.

Tidak sampai dua menit, ia sampai di kelasnya. Suasana riuh ramai menjadi sepi saat pintu kelas terbuka keras. Sienna membanting tas nya lalu menaruh kepalanya di meja melanjutkan tidurnya.

TrustworthyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang