4. Hari Minggu yang Cerah

35 4 2
                                    

**

Sienna meregangkan ototnya. Hari ini hari minggu pertamanya di rumah ini. Ia menatap langit-langit kamarnya yang bercat biru muda--warna kesukaanya.

Dan ... tentu saja, jangan lupakan satu hal. Hari selasa besok, menjadi hari paling bahagia untuk ibunya. Reno dan Gina berencana bulan madu di Singapore dan meninggalkan mereka berdua di rumah.

Ia berdiri dan menatap pantulannya di depan cermin lemari. Ia mengambil sisir dan menyisir rambut nya yang mengembang keatas.ia tersenyim kecil lalu mendekatkan wajahnya di cermin, setelah itu membelai wajahnya perlahan.

"Gue ngerasa blo'on," ujarnya sambil kembali menjauhkan wajahnya dari cermin dan keluar untuk membasuh wajah dan sikat gigi. Ia terlalu malas untuk mandi.

Setelah melakukan rutinitas paginya, ia mengambil salah satu novel dari lacinya lalu membacanya. Ia membuka halaman yang terakhir kali ia baca. Mata nya membesar saat menemukan suatu kutipan yang menurutnya indah.

Ia mengambil buku hariannya, setekah itu mengutip kutipan tersebut.

'Semua yang berawal buruk akan indah, begitupula sebaliknya. Anggaplah semua awan menjadi hujan, matahari yang bersinar, menghasilkan pelangi yang indah tiada tara.

Tanda kebahagiaan akan terlihat saat kau merasakan semua itu'--Thinner Fals.

Ia tersenyum. Ia suka kata pelangi. Sayangnya, ia belum pernah melihatnya secara nyata. Gambar internet hanya memudahkan mencari tahu sikap penasarannya. Ia lebih memilih berdiam diri di rumah dan memikirkan tugas yang belum ia rampung dari sekolah.

"Sienna! disuruh mandi sama mama," Allan mengetuk pintu kamar Sienna pelan, lalu membukanya perlahan. Sienna mengangguk, setelah itu ia mengambil peralatan mandinya. Setelah mandi, ia baru menyadari satu hal, Ibu nya belum bangun.

Ia menghentakkan kakinya keras mendekati Allan yang tengah menonton film, "Eh lo udah selesai mandi? sekarang giliran gu--"

"Mama belom bangun kan?" tanya Sienna tanpa basa-basi. Ia mencoba menahan pergerakan Allan dengan matanya.

"Eh, lo tau?"

"Soalnya tiap minggu mama selalu bangun jam 7, bukan jam setengah 7," jawabnya. Allan menjilat bibirnya pelan, lalu menggigitnya. Tanda ia merasa gugup.

"Yang penting, gue mandi dulu. Entar gue jelasin," Allan mengambil alasan lalu berlari menuju kamar mandi. Ia tersenyum kecil, tandanya ia sukses untuk menipu Sienna.

Setelah ia mandi, ia memakai pakaian training, beserta handuk kecil yang mengitari lehernya. Ia tersenyum lebar lalu melemparkan satu handuk kecil ke Sienna.

"Pake, gue mau ajak ke sesuatu tempat," ajaknya. Sienna hanya memandangnya bingung. Sesungguhnya, ia ingin menolaknya cepat, sayang tangannya sudah terlanjur di geret oleh saudara gilanya. Ia mendesah kesal.

"Kita mau kemana?!" tanya nya sambil berusaha melepas genggaman tangannya. Terlebih, ia hanya memakai pakaian rumahnya. Allan tersenyum kecil dan mencoba untuk tak mendengar apapun. Ia tak sabar untuk melihat apa reaksi yang akan Sienna tunjukkan.

"Berhenti. Kita udah sampe," Allan tersenyum dan mencoba untuk mengelap sedikit keringatnya dan berlari menuju kerumunan.

"Ngapain kita disini?!" Sienna mencoba untuk tenang. Ia sudah cukup untuk memiliki saudara gila seperti Allan. Tapi kali ini, ia malu, benar-benar malu.

"Kita perlu olahraga sekali-kali! Yok ikut!"

"Gak mau! Gue pulang sekarang!" Sienna membalikkan tubuhnya dan berjalan pulang sendirian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TrustworthyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang