2. The Wedding

55 6 0
                                    

**

Hari ini merupakan hari terpenting bagi Sienna dan Gina tentunya. Tak terkecuali untuk Allan dan Reno.

Tanggal 7 Februari. Tanggal yang pas bagi pasangan yang sudah cukup umur untuk memiliki pendamping yang pantas. Sesekali tangan Gina menggenggam tangan anaknya dengan erat dan gugup.

"Mama jangan khawatir, Enna tau Om Reno itu orang baik," Sienna mengelus lembut tangan ibu nya yang berkeringat deras.

Gina menatap wajah anaknya yang dingin namun cantik. Kulit putih pucat yang ia tularkan membuat anaknya semakin terlihat dingin dengan bentuk wajah yang mungil dan bibir merah kecil nya.

Gina tersenyum lalu mengangguk pelan.

"Mempelai wanita boleh masuk," panggil petugas lalu membukakan pintu untuk masuk ke ruangan akad nikah. Gina mengangguk dan tersenyum.

--

"Jaaaahhhh!" Reno menaruh koper besar di lanyai dan menatap rumah baru yang ia beli sebulan lalu. Rumah bercat putih dan hitam itu terlihat mewah dengan air mancur di depannya. Tak lupa kandang Sesha dekat taman.

Sienna melihat rumah megah di depannya hanya diam dan sesekali menatap wajah ibu nya yang sumringah.

"Sekarang, ayo masuk!" Allan mengambil langkah cepat dan menggeret 3 koper besar di kedua tangannya. Ia membuka pintu dan langsung mencari kamar yang pas untuknya.

"Sienna! Kamar kita sebelahan ya! Biar kalo ada hantu gak jauh-jauh amat," Allan menunjuk kamar kosong di sebelah kamar nya.

Sienna diam dan langsung masuk tanpa menjawab. Ia melihat sekeliling kamarnya yang lebih besar dari kamar rumahnya yang lama. Koper yang dari tadi di kamarnya ia taruh lalu menjungkirkan tubuhnya ke kasur yang empuk. Ia memejamkan matanya.

"Rumah baru....," ia menghela nafas lembut dan terbangun untuk menyalakan pendingin ruangan dan menata kebutuhan nya di setiap sisi ruangan.

Ia menaruh foto keluarga, foto dirinya dan ibunya, foto dirinya sendiri, serta foto idolanya. Tak lupa ia menaruh boneka kesayangannya.

Ia tersenyum lalu berpikir untuk menyalakan pendingin ruangan. Ia memejamkan mata merasakan sejuknya angin yang keluar.

Setelah itu ia menjatuhkan dirinya di kasur yang empuk. Tak lupa ia memakai selimut. Ia merasa nyaman diwaktu yang sama. Setelah itu, ia merasakan ada suatu tangan yang mengibaskan selimut.

"Jangan tidur dulu, belom malem," suara Allan merusak alam indah Sienna membuat perempuan itu terbangun dengan raut wajah kesal.

"Lo ngapain disini?"

"Ah, gue bosen jadinya mampir," Allan menyunggingkan senyum lebarnya lalu kembali menatap kamar Sienna.

"Udah lo hias? Eh foto ini lucu," dia mengambil salah satu pigora Sienna dan menatapnya sambil tersenyum.

"Jangan sekali-kali lo liat barang pribadi gue," Sienna merampas pigora itu dari tangan Allan dan menaruh nya kembali.

Allan tersenyum mengingat ia telah memotret salah satu foto masa kecil Sienna dan membiarkan perempuan itu tidak tahu.

"Lo kenapa senyum gaje gitu?" Sienna menatapnya tajam.

"Ah-uhm, gue keluar dulu maaf," Allan buru-buru keluar dari kamar Sienna lalu mendekati ayahnya.

"Pah," panggilnya. Reno menoleh sambil tersenyum. "Gimana? Suka sama rumah baru?" Tanyanya. Allan tersenyum sambil memberikan dua jempol.

"Pah, kapan rencana mau bulan madu?"

TrustworthyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang