Part 2

747 10 0
                                    

Hari ini ada pemberitahuan tentang seragam yang harus kami kenakan setiap harinya dan berbagai peraturan sekolah lainnya. Ada juga promo mengenai bimbingan belajar.
Kami akan melaksanakan MOS untuk 3 hari ke depan. Hingga akhirnya kami istrahat sebelum diperkenalkan ekskul-ekskul yang ada di sekolah. Anak-anak segera beramai-ramai keluar aula. Aku mengurungkan niatku untuk ikut berebut keluar. Ah, lebih baik aku menunggu situasi agak sepi.

Sekitar 5 menit aku menunggu, aku pun beranjak dari kursiku dan keluar ruang aula. Aku turun dari tangga dan sesampainya di bawah, aku melihat Gilbert menyandar pada tembok sambil memainkan HP nya. Aku berjalan ke arahnya dan menyapanya, "Hei, Gilbert. Kamu ga makan?". Dia menoleh ke arahku dan tersenyum, "Of Course.. Temenin gue dong!". Aku kaget karena dia langsung menarikku ke kantin.
"Emang lo ga ada temen?", tanyaku penasaran. Kenapa harus aku?
"Ada. Cuma ga keliatan dimana orangnya"
"Ohh..", aku cuma ber-"oh" ria.

Sesampainya di kantin, dia menyuruhku mengambil makanan. Aku mengambil piring dan sendok. Kemudian berjalan menuju menu makanan. Aku mengambil nasi dengan sup dan ayam. Ketika aku mengambil ayam yang tinggal satu itu, jepit makananku bertumbukan dengan jepit makanan orang lain. Aku segera menoleh ke arah orang tersebut dan melihat seorang pria tampan di hadapanku. Sangat tampan..
Tanganku bergetar dan hampir menjatuhkan nampan yang kupegang. Pria itu membantu memegang nampanku.
"Kak...Ethan..?", tanyaku terbata-bata.
"Maaf...?", kata Kak Ethan sambil menatapku bingung.
Sepertinya dia tidak mengenalku. Hatiku sakit ! Dunia seakan runtuh menimpaku. Semudah itukah aku dilupakan?
"Ah, kamu ambil aja ayamnya. Aku harus pergi". Ucapnya padaku tetapi pandangannya tertuju pada teman-temannya yang sedang melambai padanya. Dia meninggalkan nampannya di atas meja dan berlari kecil menemui teman-temannya.

Aku berjalan ke arah taman. Nafsu makanku telah hilang. Tadi, begitu Kak Ethan menghilang dari pandanganku, air mataku tiba-tiba saja menetes dan aku berlari pergi meninggalkan nampanku di atas meja. Kakiku lemas. Pandanganku kabur berlinang air mata. Rasanya ingin menjerit. Mungkin ini terkesan berlebihan. Tapi aku sangat menyukai Kak Ethan. He is my first love. Tapi, apakah sebegitu besarnya rasa cintaku pada Kak Ethan? Tiba-tiba sesuatu membentur kepalaku dengan sangat kuat dan mengenai pelipis kiriku. Aku segera kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan keras. Rasanya sangat pusing. Lututku sangat sakit karena terbentur tanah. Aku berusaha bangkit berdiri dan aku mendengar suara keributan dari kejauhan. Kakiku terasa lemas dan aku terjungkal ke belakang. Sebelum bokongku menyentuh tanah, aku merasa ada sepasang tangan kekar dan hangat menyentuh bahuku, menahan tubuhku agar tidak menyentuh tanah. Setelah itu semuanya menjadi gelap. Dan aku tidak merasakan apapun.

***
Max POV
Pagi ini aku bersiap untuk berangkat ke sekolah baru. SMA GAZANIA. Kudengar SMA tersebut merupakan SMA favorit berbasis internasional yang isinya adalah orang-orang kalangan atas. Aku mengenakan seragam kebanggaan SMP ku dengan celana pendek abu-abu tua disertai rompi kotak-kotak berwarna abu-abu tua yang melapisi kemeja putih berlengan pendek.
Aku mengambil ranselku, memasukkan pena dalam saku celanaku dan buku ke dalam ranselku. Aku juga membawa headphone dan PSP . Aku merangkulkan ranselku dan dengan gesit meraih kupluk abu-abu di atas meja lalu segera keluar kamar dan turun dari tangga.
Di bawah, aku melihat Bibi Nur sedang menyiapkan sarapan.
"Pagi, tuan Max. Silahkan duduk" ucapnya sambil menggeser bangku kedua.
"Mana papa, bi?", tanyaku karena hanya aku yang ada di meja makan.
"Tuan sudah berangkat tadi pagi, Tuan Max"
"Dimana Jo?"
"Masih di kamar, Tuan"
"Cih... Dasar pemalas", aku beranjak dari kursi dan mengambil sepotong roti. "Katakan pada Tuan Jonathan Keenan Flynn, bahwa kakak tercintanya, Alexander Max Flynn harus cepat berangkat dikarenakan hari ini adalah hari pertama si kakak tercinta memasuki masa SMA. Bye!", aku pergi keluar rumah dan sempat kudengar suara langkah kaki cepat menaiki tangga. Ah, pasti bibi panik dan berniat membangunkan si Jo. Aku melihat Pak Mus sedang memanaskan mobil. Papaku tidak mengizinkan Pak Mus mengantarkan salah satu anaknya duluan ke sekolah. Well, berarti aku harus berangkat sendiri. Aku mengambil kunci motor dan pergi ke garasi sambil mengunyah roti yang tinggal 1/4 lagi di tanganku. Setelah aku menghabiskannya, aku segera memakai helm dan jaket lalu mengendarai motor ninja merahku keluar dari halaman rumah.
Kudengar Pak Mus berteriak memanggilku dan aku hanya menyeringai di balik kaca helmku yang gelap dan memacu motorku menuju sekolah.

Aku datang ke sekolah pagi-pagi sekali dan sampai di sekolah pukul 06.15 , sedangkan sekolah masuk jam 07.00 . Parkiran masih sangat sepi, hanya ada dua mobil mewah dan satu motor ninja sepertiku yang berwarna hijau. Aku memarkir motorku agak jauh dari motor hijau itu dan melepas helmku. Di parkiran ini ada tempat penitipan helm. Aku bergegas ke tempat penitipan dan menyerahkan helm serta jaketku. Sang penjaga mengambil helm dan jaket itu, kemudian meletakkannya di salah satu loker dan memberi nomor loker itu padaku.
"Terima kasih, Pak" ujarku.
"Sama-sama, Nak. Kamu murid baru?"
"Iya, pak"
"Baik-baiklah ya, nak" kata pak tua itu padaku. Dilihat dari penampilannya dengan kumis putih dan rambut ikal putih, namun wajahnya cerah, sepertinya dia berusia 55 tahun ke atas. Aku melihat name tag nya Mulyono Hassan - 21 April 19xx. Yah, aku benar. Dia berusia 56 tahun, tidak jauhlah dari perkiraanku.
"Tentu pak" jawabku singkat dan tersenyum. Dia membalas dengan senyuman hangat.
Aku mengeluarkan kupluk dan headphone ku, lalu memakainya sambil berjalan mencari aula. Ketika memasuki sekolah, aku sedikit terpukau dengan kemegahannya. Aku berjalan mendekati papan pengumuman yang berisikan pembagian grup siswa-siswi MOS.

Saat itu aku sedang mencari namaku di grup Einstein, dan tiba-tiba seseorang datang dan berdiri di sampingku.
Aku menoleh padanya dan melihat seorang laki-laki berambut pirang gelap, berkulit putih, sedang mencari namanya dari grup terakhir-grup Pasteur.

"Lo juga murid baru ya?" tanyanya sambil terus mencari namanya. Aku melihat tangannya menunjuk grup Dalton dan berhenti di nomor urut 14. ETHANAEL MATTHEW KEGAN.

"Iya" jawabku singkat dan berpaling kembali ke papan pengumuman mencari namaku.

"Nama lo siapa?" tanya Ethan.
"Max"
"Nama panjang"
"Buat apa?"
"Biar gue bantu cari"
"Ga perlu"
"Haha.."
"Apa yang lucu?"
"Ga. Gue cuma perlu orang aja buat ngasih petunjuk ke aula"
"Cari sendiri lah"

Dia tidak menjawab.
"Maximus Andreas?" tanyanya memecah keheningan.
"Ga"
"Max Ignatius?"
"Ga"
"Max Greemed"
"Kagak! Kan udah gue bilang lo cari sendiri aja tuh aula. Ga perlu bantuin gue" ujarku tanpa berpaling dari papan pengumuman.

Tiba-tiba seseorang memelukku dari belakang dan spontan kulepas tangannya. Kulihat Ethan sedikit terkejut dan kemudian dia terbahak.

"Dia cewe lo?" tanya Ethan.
"Bu..." aku baru saja akan menjawab.
"Tentu saja!!" Nama gue Amara. Harusnya sih lo udah tau. Karna gue kan famous" jawab Amara si gadis menyebalkan ini dan Ethan hanya mengangguk dan menyeringai.
"Kagak! Gue ga punya pacar" jawabku malas dan langsung pergi.

"Tunggu!" seru Ethan.

Aku menghentikan langkahku. Dan berbalik melihat Ethan menatap Amara.

"First, sorry but i dont know who are you, Ms Amara" tukas Ethan dan berpaling padaku.

"Whatt??!" seru Amara.

"And second, are you ALEXANDER MAX FLYNN?" tanyanya.

"Ya"

"Edison" jawab Ethan sambil melirik ke papan pengumuman.
Dia mengantungkan sebelah tangannya. Dia keren, kuakui itu. Bahkan kulihat Amara sedikit terpana menatapnya. Dia berjalan ke arahku dan berhenti tepat di sebelah pundakku. Bahu kami sangat sejajar.

Dia melirikku dengan sudut matanya dan menaikkan sebelah sudut bibirnya. "Sampai jumpa, Mr.Flynn" kini sorot matanya tidak lagi ramah. Lebih kepada tajam.

Aku merasa ada keanehan disini.

Pertama, dia menekankan kata Mr. Flynn padaku seolah dia kenal betul dengan keluargaku.

Kedua... Bukannya tadi dia yang minta bantu cariin aula? Kok sekarang...?

Dia laki-laki yang mencurigakan.

Casthalia ElodieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang