Part 13 : Diaz

10.4K 223 9
                                    

Hai aku balik lagi di part 13, terimakasih yang sudah menyediakan waktu untuk membaca cerita abal-abalku ini :D karena kalian yang memberikan komentra dan vote untuk ceritaku membuat hatiku tergerak untuk menuliskan part selanjutnya :)

padahal biasanya satu kalimat sehari saja rasanya malas, makanya itu, bagi yang ingin aku untuk melanjutkan cerita jangan pelit-pelit vote dan komentar dong, karena itulah moodbooster ku hehe

selamat membaca

salam -anyelir

_________________________________________________________________

Duduk, berdiri, tiduran, kemudian beralih ke kamar mandi untuk membasuh wajah yang sudah seperti kakek-kakek saja. Sudah seminggu belakangan ini aku tidak focus pada pekerjaanku seharusnya aku bersikap professional, hanya saja masalahku ini benar-benar menguras perasaan dan pikiranku.

Sudah seminggu pula Nico, seorang lelaki yang aku pekerjakan sebagai pengasuh Jean. Aku suka cara dia mengasuh dan menjaga anakku, tentu saja aku menyayangi Jean dan mengakuinya sebagai anakku walaupun ini benar-benar diluar skenarioku tentang permainan bersama Nyonya Cecilia yang terhormat.

Seharusnya aku mengasuh dan mendidik sendiri putra semata wayangku, tetapi aku tidak ingin mengambil resiko meninggalkan bocah berusia 5 tahun sendirian di apartement dan tidak ada orang dewas yang mengawasi, tahu sendiri aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku dikantor.

Sudahlah masalah Jean dan Nico seharusnya tidak membebani pikiranku, dan aku yakin kali ini Nenek sihir itu tidak akan menggangguku lagi, karena sepertinya rencananya hanya berakhir pada mengadopsi Jean dengan menggunakan namaku. Dengan senang hati aku menerimanya.

Kulihat Nico sedang membereskan dapur, sepertinya dia baru saja menyuapi Jean sarapan pagi. Jean yang mengerti kedatanganku segera berdiri dan berlari menghambur kepelukanku dengan manja.

“Selamat pagi boy, bagaimana tidurmu?” tanyaku setelah Jean berada dalam gendonganku.

“Selamat pagi ayah, aku bermimpi sebentar lagi akan mendapatkan ibu,”

Bagaikan mendengar kabar kematian, aku tertegun. Aku menatap Nico, pandangan kami bertemu. Mungkin dalam hatinya bertanya, bagaimana bisa aku memiliki seorang anak tanpa istri bahkan kekasih. Tetapi dia tidak pernah menanyakan hal itu dan itulah yang aku suka darinya.

“Apa kau senang jika mendapatkan ibu baru?” tanyaku setelah kesadaranku pulih

Jean hanya tersenyum mendapati pertanyaanku.

“segeralah mandi dan bergegas kesekolah, kau tidak ingin terlambat kesekolah kan?” kata-kataku terdengar seperti pernyataan.

Dengan lincah, Jean turun dari gendonganku dan beralih dalam gendongan Nico.

Setelah mereka menghilang dari pandangan mataku, aku hanya mampu mengehela nafas memikirkan perkataan Jean.

Tiba-tiba terdengar bunyi apartement yang terbuka, siapa lagi yang berani membuka apartement sepagi ini dengan seenaknya, kalo bukan Nenek Sihir.

“Mana cucuku, kau mengasuhnya dengan baikkan Diaz? Kau memberinya makankan?” tanyanya dengan penuh kekhawatiran yang dibuat-buat.

Aku hanya mampu memandangnya dengan tatapan sedikit mengejeknya.

“Mengapa tatapanmu seperti itu pada ibu kandungmu?! Apa aku salah mengkhawatirkan cucuku?!” katanya dengan nada tinggi padaku.

“Tenanglah bibi, Jangan terpancing emosi,” sebuah suara asing yang terkesan dibuat-buat, satu kata yang dapat mewakili memuakkan.

Aku menatap bingung kepada dua wanita yang saat ini berada didepanku, mengapa aku katakan wanita? Karena satunya adalah ibuku dan satunya lagi, hmm bagaimana ya menggambarkannya? Sebenarnya dia masih cukup muda, tetapi karena dandanannya yang begitu tebal membuatnya seperti wanita setengah baya yang masih perawan. Aku jamin, dia bahkan tidak perawan saat masih duduk di sekolah dasar! Oh maaf kata-kataku tidak sopan, tetapi aku tidak akan menarik ucapanku, aku sebal pada pandangan pertama padanya.

“Terimakasih Blair, kalau tidak ada kau aku sudah tinggal nama,” katanya membelai wajah wanita yang baru kuketahui namanya.

Cih! Mereka berdua layaknya sedang bermain dalam opera sabun saja.

“Apa yang membawamu kemari Ma? Cepat katakanlah, aku tidak punya banyak waktu, aku harus segera kekantor,” kataku menyela opera sabun mereka.

“Baiklah, Mama tahu kau pasti tidak bisa mengurus Jean sendirian karena itu Mama meminta Blair untuk menjaga Jean selama kau bekerja sayang,” kata-katanya dengan nampak ada sinar kemenangan disana.

Kalimat yang diucapkan oleh Nenek Sihir membuatku tersadar sepenuhnya apa maksud dari pengadopsian Jean atas namaku. Nenek Sihir mengupayakan segala cara agar aku bisa berdekatan dengan Wanita manapun yang dia temui seakan dia belum merasa jera. Dan kali ini dengan cara licik menjadikan Jean sebagai alasan.

“Tidak perlu Ma, aku sudah membayar seorang pengasuh, kehadiran Blair tidak akan memberikan pengaruh apa-apa,” kataku meredupkan sinar kemenangan dimatanya.

“Oh ya? Apa perempuan itu bisa menjaga sebaik Blair?” tanyanya dengan nada sarkasme.

“Tidak Ma, dia bukan perempuan, karena aku tidak ingin terlibat dengan perempuan untuk saat ini,” kataku berusaha tetap tenang bagaimanapun Nyonya Cecilia yang terhormat sudah keterlaluan.

“Nenek!” sebuah suara ceria menguapkan atmosfer ketegangan yang sempat menyelimuti.

Jean yang sudah berpakaian rapi untuk kesekolah berlari mengambur kepelukan sang Nenek,  tampak Nico mengikuti dibelakangnya.

Nenek Sihir itu tampak senang melihat fakta bahwa Jean terurus dengan baik, tetapi melihat Nico yang berdiri sekitar dua meter dari tempat kami berada tampak gusar.

“Maaf Ma, aku tahu kau bermaksud baik dengan meminta bantuan Blair, tetapi aku sudah membayar Nico dan sudah menandatangani kotrak dengannya,” Jelasku pada Nenek Sihir.

“Baiklah, aku harus segera ke kantor,” kataku dengan maksud mengusir halus kepada dua wanita dihadapanku.

“Kau mengusir ibumu?” Tanya wanita dihadapanku.

“Bingo, kalian berkunjung tidak tepat waktu,” jawabku tenanng yang sukses membuat kedua wanita itu keluar dari apartementku dengan hati yang dongkol.

Accident in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang