Part 14 : Nico a.k.a El

11K 228 14
                                    

Terimakasih ya untuk semuanya, baik yang menyediakan waktu buat cerita abal-abalku, komentar, bahkan nge-vote ceritaku selama ini :D aku update cerita cinta antara Diaz-El yang aku sendiri masih meraba akhir cinta mereka, kalau kalian penasaran aku sendiri juga sama.

untuk part ini aku engga tau enak dibaca apa engga, oke selamat menikmati

salam -Anyelir

________________________________________________________________

Hampir sebulan sudah aku bekerja sebagai pengasuh Jean. Aku betah bekerja disini. Ya tentu saja selain karena aku juga menyayangi Jean, tentu saja aku bisa melihat Diaz sepuas yang aku mau. Kau tahu rasanya melihat seseorang yang kalian sukai pada pandangan pertama (ini menurut Amanda teman serumahku yang berprofesi sebagai professional makeup artist.) tetapi yang dia tahu bahwa kau adalah lelaki?

Hanya saja aku sedikit takut kepada nyonya Cecilia jika beliau datang berkunjung, pasalnya aku menghalangi rencananya mengenalkan perempuan pilihannya untuk dikenalkan kepada Diaz. Jika beliau bisa, mungkin aku akan ditamparnya. Selama sebulan ini pun Nyonya Celilia tidak berhenti juga mengenalkan wanita pilihannya untuk Diaz, sedikit terbersit rasa curigaku pada Diaz, mungkin saja dia penyuka sesame jenis. Jika tidak, tentu Diaz tidak akan menolak semua wanita pilihan Ibunya. Karena semuanya sangat cantik.

Sebagai perempuan yang menyamar sebagai lelaki tentu tidak membuatku leluasa berada disekeliling Diaz. Kalian bertanya bagaimana bisa? Baiklah akan kujawab. Sebagai seorang ayah yang baru, (well sedikit demi sedikit aku mulai mengerti kebenaran tentang Jean yang ternyata bukan anak kandung dari Diaz tapi apa bedanya? Hukum negara ini telah membuat Jean sama halnya dengan anak kandungnya.) Diaz seorang yang over protektif, setiap ada waktu dia bahkan akan pulang setiap 3 jam untuk mengecek keadaan Jean secara langsung, atau jika dia sangat sibuk, akan disempatkannya menelepon handphoneku untuk memastikan bahwa Jean berada dalam kondisi yang aman. Kuakui itu memang manis, tetapi sangat susah untukku sebagai perempuan normal, feromonnya bahkan mungkin akan membuatku tidak tahan untuk segera memeluknya.

"Nico, aku lapar," kata Jean padaku dengan nada merajuk.

Aku melihat jam dinding di ruang tengah, masih menunjukkan pukul 4 sore, seharusnya masih 2 jam lagi untuk Jean merasa lapar. Akhirnya kuputuskan untuk membuatkannya segelas the madu hangat dan sepiring buah-buahan segar untuknya. Dengan lahap Jean menghabiskan semuanya. Melihatnya lahap memakan semuanya membuatku hangat. Aku bersyukur bertemu dengan anak semanis Jean, untuk anak usia Jean, dia anak yang hiperaktif dan sopan kepada siapapun yang lebih tua dengannya.

"Nico, aku ingin kau menjadi ibuku," Ucap Jean dengan mata berbinar.

Jika ada piring yang aku bawa mungkin akan dengan sukses pecah berkeping dilantai. Aku takut, jika Jean menyadari bahwa aku bukanlah pria sepertinya atau ayahnya. Jika Jean mengucapkan hal itu kepada Ayahnya mungkin saja Diaz merasa curiga kepadaku. Dengan hati yang berdebar, aku menarik Jean dalam pangkuanku dan berbicara padanya.

"Itu tidak mungkin Jean, aku adalah laki-laki,"kataku berusaha member pengertian padanya.

"Jika kau menginginkan seorang ibu, seharusnya dia seorang wanita seperti nenek," lanjutku padanya.

Jean yang berada dipangkuanku hanya mengangguk-angguk, entah dia memahaminya atau tidak.

***

Aku memasuki rumahku yang kusewa bersama Amanda ketika hari sudah melewati tengah malam. Karena hari ini Diaz sedang mengalami masalah dikantornya sehingga tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

Tiba-tiba ruangan yang tadinya gelap tiba-tiba menjadi terang benderang, membuatku kaget akan perubahan secara mendadak mengakibatkan pupil mataku menyipit tidak siap menerima rangsangan cahaya yang tiba-tiba.

Accident in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang