Dipublikasikan : Selasa, 06 Desember 2016
****
"OOM.." Vee mengeluarkan jurus merajuk andalannya. Dia mengikuti Oom Juan yang berjalan masuk ke dalam rumah dengan kaki menghentak-hentak. Tangannya mengetuk-ngetuk tas kantor Oom Juan yang di bawanya.
"Apa lagi, sih?"
"Om bantuin aku keluar dari sekolah itu, ya?"
"Nggak bisa, Vee. Semua administrasi sudah diurus. Dan kalau kamu pindah lagi, itu artinya bayar lagi buat sekolah baru nanti. Lagipula kan Papa kamu taunya kamu masuk sana, Vee." Oom Juan mencoba membujuk Vee. Tapi maaf saja, bujukan itu sudah gagal sejak awal karena Vee tidak cukup bodoh untuk menghabiskan satu per tiga masa indah SMA-nya untuk menanggung kesialan.
"Ah. Ayolah, Oom. Nanti aku bantuin bujuk Tante Fera biar nggak ngambek." Vee mengatupkan dua tangannya di depan dada.
Oom Juan menatap Vee dengan mata menyipit penuh selidik. Ehem, sepertinya sinyal hijau mulai menyala. Meski samar, Vee bisa melihat binar senang di mata Oom Juan. Vee berusaha menelan senyum kemenangannya dengan tetap memasang wajah polos. Dan usahanya itu sukses membuat sudut bibirnya berkedut beberapa kali.
"Beneran?" Tanya Oom Juan.
Vee mengangguk antusias. Meskipun dia tidak tahu Oom Juan dan Tante Fera sedang terlibat masalah apa, tapi itu masih bisa dipikirkan lebih lanjut. Setidaknya dia harus bisa mengantongi persetujuan Oom Juan untuk membujuk Papanya.
Oom Juan berdehem. "Yaudah. Nanti Oom~"
"Ohh.. Udah pulang, Juan? Tumben cepet? Mandi dulu. Aku udah siapin air hangatnya. Sini tasnya Oom Juan, Vee."
Sosok Tante Fera, istri Oom Juan tiba-tiba muncul dari tangga. Tanpa sadar, Vee menghela nafas. Anggaplah dia adalah keponakan kurang ajar karena merutuki kedatangan istri tercinta Oom Juan yang menghancurkan skenario yang hampir berhasil. Tapi seharusnya, em, setidaknya Tante Fera menunda niatnya untuk berbaikan dengan Oom Juan.
"Well, sepertinya bantuanmu tidak diperlukan." Oom Juan mengedip singkat pada Vee.
Vee memutar bola matanya. Cewek itu bangun dari duduknya lalu berjalan kesal menuju kamarnya di lantai dua, meninggalkan Oom dan Tantenya yang masih bermesraan di bawah sana.
Gadis itu hampir saja duduk meringkuk di depan pintu sambil menangis meraung, kalau saja suara Om Juan tidak terdengar.
"Vee, mungkin Oom bisa bantu kamu."
Mata gadis itu berbinar.
"Asal kamu mau nyariin Oom istri baru. HAHAHA."
Ck!
Detik berikutnya suara benda terbanting dan ringisan gaduh Oom Juan terdengar dari dalam. Oh, jangan lupakan suara Tante Fera yang menyambar sana sini.
***
Vee membanting tubuhnya di kasur, memosisikan tubuhnya menghadap langit-langit kamar. Lalu cewek itu membalikan posisinya dengan gelisah menjadi tengkurap dan kembali ke posiai awal. Ini menyebalkan. Kepalanya berputar lagi begitu mengingat fakta bahwa dia harus terikat di sekolah itu selama satu tahun ke depan. Memikirkannya saja sudah membuat depresi.
Kemudian Vee tersentak. Dia mengingat sesuatu. Dengan cepat dia mengambil ponselnya ada di atas nakas lalu melakukan panggilan kepada Gita.Perlu beberapa detik sebelum suara dengung dari operator berhenti dan digantikan suara cempreng Gita.
"Astaga, Vee! Gue nungguin kabar dari lo tau, nggak!? Jadi kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hy-Di!
Teen Fiction"Noah itu... spesies yang nakalnya kelewatan, Lo masih mending kalo misalnya baru ngeliat dia ngerusuh. Kalo lo yang terlibat ngerusuh sama dia udah, lah, lo baybay sama nyawa lo. Dia tuh penganut emansipasi gender. Jadi, tuh cowok nggak mandang law...