Dipublikasikan: Senin, 29 Agustus 2016
***
Cowok itu dengan cepat menegakan badannya kembali. Terlalu cepat, sampai-sampai sebagian besar sendi tubuhnya mengeluarkan bunyi aneh yang membuatnya ngilu. Cowok itu meringis pelan sambil mengusap tengkuknya yang kaku. Entah apa yang sudah dilakukan Kae padanya sampai semua ototnya serasa melekat satu sama lain seperti ini. Belum lagi beberapa luka kecil di sekitar wajahnya yang ikut tertarik ketika dia meringis tadi juga sebuah luka lecet di sepanjang tangannya.
Ck. Benar-benar kacau. Mungkin nanti dia harus menanyakannya pada Vee atau Kanya.
Omong-omong tentang Vee, cowok itu teringat janji temu mereka. Dia langsung memutar tubuhnya untuk menoleh ke arah jam dinding di dekat pintu kamar. Gerakan kecil, memang. Tapi langsung berimbas menyakitkan pada lebam biru di wajahnya. Lagi-lagi cowok itu meringis tanpa suara, kali ni disertai tangannya yang bergerak menyentuh rahang.
Baru saja ingin bangkit dari posisi setengah telentangnya, cowok itu tertegun. Matanya terarah lurus-lurus pada sepucuk surat yang tersampir dekat gelas kaca di atas nakas. Sebuah ponsel keluaran terbaru ikut bersanding dengan surat itu, membuat dia mengernyit. Itu bukanlah miliknya.
Awalnya dia tidak peduli, tapi begitu melihat samar tulisan yang menghiasi kertas itu, dia mengurungkan niatnya. Tulisan itu, tulisannya.
Maaf mengecewakan, tapi gue berubah pikiran.
Gue mau tetap hidup.
Alasannya?
Yep, alasan yang sama seperti alasan lo membebaskan diri dari gue.
Better prepare yourself and try to crash me hardly, because I will do the same things to you.
Can't wait for our interesting struggle, Brother!
PS: fyi, gue nggak akan biarin yang satu ini dateng ke gue dan berbalik ke lo.
PSS: Ah, mungkin lo nggak sadar, jadi gue bawa alasannya. Go Check Your Phone. 6300.
Cowok itu tertegun.
Tapi hanya sesaat.
Karena detik setelahnya, cowok itu bergerak kesetanan dan berusaha meraih handphone-nya kemudian membuka screenlock dengan memasukan angka 6300 sebagai password. Apa yang muncul di layarnya benar-benar membuat dadanya menyusut, memberi ruang pada rasa sesak yang mendalam di sana. Cowok itu memejamkan mata, kemudian membukannya kembali dengan harapan semuanya akan berbeda. Tepat ketika matanya terbuka dan apa yang dilihatnya masih sama, Dio menghela nafas lambat-lambat. Semua masih sama.
Ketakutan terbesarnya benar-benar terjadi. Mimpi buruknya benar-benar nyata sekarang. Tebing yang berusaha dijauhkannya kini mendekat. Meski mati-matian dibangunnya jurang pemisah yang cukup lebar, tetap ada jembatanya yang menyambungkannya. Ini hanyalah masalah waktu. Dan kali ini waktunya tiba. Dio tidak bisa lagi mengingkari apalagi mengelak.
Dio memusatkan pandangannya pada layar handphone.
Foto itu...... Foto Fella.
Benar.
Waktunya tiba.
Dia hanya harus memilih.
Memutus jembatannya?
Atau
Menghancurkan tebingnya?
[A/N]
Prolog ini nggak jauh beda sama yang asli, cuma beberapa diksinya diubah. Makaasih sudah mau menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hy-Di!
Teen Fiction"Noah itu... spesies yang nakalnya kelewatan, Lo masih mending kalo misalnya baru ngeliat dia ngerusuh. Kalo lo yang terlibat ngerusuh sama dia udah, lah, lo baybay sama nyawa lo. Dia tuh penganut emansipasi gender. Jadi, tuh cowok nggak mandang law...