Part 02

38 12 4
                                    

Setelah kejadian kemarin Catherine berusaha untuk membuang pikiran negatif yang berada di otaknya. Berusaha membuang banyak pertanyaan yang sudah muncul di otaknya.

Dia tidak ingin hubungannya dengan David akan berakhir hanya karna masalah seperti ini. Dia tidak ingin dianggap wanita yang pencemburuan karna hal kecil ini.

Dan saat ini, Catherine sedang duduk di depan balkon kamarnya. Suasana yang sangat dia sukai. Apalagi jika sudah ada music dan secangkir teh di sampingnya.

Seperti lagu Taylor Swift ~ 22 yg sedang berputar membuat suasana yg Catherine buat terasa lebih nyaman.

Yeah, we're happy, free, confused and lonely at the same time
*Yeah, kita bahagia, bebas, bingung dan kesepian sekaligus

It's miserable and magical, oh yeah
*Sungguh mengerikan dan magis

Tonight's the night when we forget about the deadlines,
*Malam ini adalah malam saat kita lupakan tenggat waktu

It's time, uh uh
*Inilah saatnya

I don't know about you but I'm feeling 22
*Aku tak tahu denganmu, tapi aku merasa berusia 22

Everything will be alright if you keep me next to you
*Semua kan baik-baik saja jika kau tetap di sisiku

You don't know about me but I bet you want to
*Kau tak tahu denganku, tapi aku bertaruh kau ingin tahu

Everything will be alright if we just keep dancing like we're
*Semua kan baik-baik saja jika kita terus berdansa seakan kita

22, 22
*Berusia 22

It seems like one of those nights, this place is too crowded,
*Rasanya seperti malam-malam itu, tempat ini terlalu sesak

Too many cool kids, uh uh, uh uh
*Terlalu banyak anak keren

It seems like one of those nights, we ditch the whole scene
*Rasanya seperti malam-malam itu, kita tinggalkan semuanya

And end up dreaming instead of sleeping
*Dan akhirnya bermimpi bukannya tidur

It feels like one of those nights, we ditch the whole scene
*Rasanya seperti malam-malam itu, kita tinggalkan semuanya

It feels like one of those nights, we won't be sleeping
*Rasanya seperti malam-malam itu, kita tak akan tidur

It feels like one of those nights, you look like bad news
*Rasanya seperti malam-malam itu, kau tampak seperti kabar buruk

I gotta have you, I gotta have you
*Aku harus mendapatkanmu

"Cath..."

Saat lagu terakhir selesai. Terdengar suara yang memanggilnha dari arah belakang

"Iya Yahh. Ada apa?" tanpa perlu menoleh, Catherine pun sudah mengetahui bahwa yang memanggil namanya adalah Aldino atau biasa Catherine panggil dengan sebutan Ayah.

"Kakak kamu kemana?"

Selalu seperti itu. Yang Aldino tanyakan hanyalah keberadaan Kakaknya. Tidak pernah sekalipun Aldino menanyakan tentangnya. Rasanya Catherine ingin sekali ditanyakan "Mau kemana Cath?" . Ingin sekali kata indah itu muncul dari mulut ayahnya. Tapi rasanya itu hanya sebuah khayalan. Aldino tidak akan pernah berkata seperti itu

Jika Ayahnya Bertanya seperti itu, Catherine selalu mengangkat kedua bahunya.

Seperti saat ini, Catherine tidak menjawab pertanyaan Ayahnya, melainkan hanya menggidikan bahu.

Suara derap langkah kaki terdengar. Catherine tahu itu pasti Ayahnya.

"Kakak kamu itu orang yang sangat pemberani. Menjadi seorang Tentara itu tidak mudah. Apalagi kalo sudah masalah Perang. Mau hidup ataupun mati, bukan itu yang ada di pikirannya. Mereka--------"

Menurut Catherine ayahnya terlalu membangga-banggakan Kakaknya itu. Kakak satu-satunya bagi Catherine.

Catherine dan Kakaknya memang tidak terlalu dekat. Bahkan mereka juga jarang bertemu. Mungkin bisa di hitung dengan jari.

"Kuliah kamu bagaimana?"

Mendengar pertanyaan itu Catherine lantas menengok kearah Ayahnya. Ayahnya? Ayah Catherine menanyakan kuliah Anaknya? Ini benar-benar KEAJAIBAN.

"A--ap-pa Ayah? Ta--di Ayah nanya apa?" Catherine hanya ingin memastikan apa pendengarannya masih berfungsi dengan jelas, atau mungkin memang pendengarannya yang bermasalah?

"Kuliah mu bagaimana? Bukankah tahun ini kamu sudah memasuki Semester 5?" Ayah Catherine berkata dengan sangat lembut, bahkan Catherine melihat disana ada sedikit Senyuman yang terbentuk.

Rasanya Catherine ingin menumpahkan seluruh air matanya. Dari mana Ayahnya tahu kalo Catherine sudah Semester 5 di kampusnya? Atau mungkin ternyata Aldino mempunyai mata-mata? Hhhh. Itu tidak mungkin. Untuk apa seorang Aldino Mengeluarkan isi kantongnya hanya untuk Catherine, Anak yang keberadaanya tidak ada pernah dianggap di dalam rumah itu

"Dari mana ayah tau?" Catherine memandang ayahnya dengan tatapan bingung.

Aldino hanya tersenyum. "Ya sudah. Kalo begitu ayah keluar ya. Masih ada pekerjaan yang harus ayah selesaikan".

Air mata yang tadi Catherine tahan tiba-tiba saja tumpah. Air mata yang jatuh bersamaan dengan senyum lebar yang terlukis di bibir indah Catherine.

Apalagi sebelum Aldino pergi, ia sempat menepuk bahu Catherine. Walaupun hanya sebentar.

Catherine sangat bahagia saat itu. Mudah-mudahan Ayahnya sudah mulai berubah seperti dahulu kembali.

'Aku harus kabarkan ini kepada David'

I Owe YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang