"Jadi bagaimana? Sudah kau siapkan seluruh barang milikmu?" tanya Joey.
"Yah, terpaksa." jawab Nia ogah-ogahan.
"Sebenarnya, apapun rencanamu ini, berakibat baik atau buruk bagiku?" lanjutnya bertanya dengan mengangkat alis kanannya.
"Bisa jadi baik, bisa jadi buruk. Kita lihat saja." Joey bergaya misterius.
"By the way, tolong urus temanmu yang bertingkah memalukan ini. Terlalu banyak orang disini." lanjutnya berkata sambil melihat sekitar.
"Bella, tolonglah. Aku yakin ini bukan pertemuan kita yang terakhir. Kau kan bisa menyisihkan uang jajanmu untuk menjengukku suatu saat nanti." Nia mencoba untuk merayu Bella, sahabat terbaiknya itu. Bisa dibilang mereka bagaikan kembar dempet yang tak dapat dipisahkan.
"Tapi.. Tapi.. Aku.. akan sangat merindukanmu. Aku kan.. nggak bisa hidup tanpamu." Bella merengek.
"Tenanglah. Aku kan nggak pergi untuk selamanya. I will always love you my bestie," kata Nia mencoba untuk menenangkan Bella sambil menebarkan ciuman.
"Hmmm... Pastikan kau akan kembali. Dan please, doain aku supaya bisa dapat teman yang baru," Bella terus merengek.
Kemudian mereka pun saling berpelukan. Mengucapkan selamat tinggal. Berpelukan kembali. Mereka akan berpisah untuk beberapa lama yang mereka pun tak tahu pasti.
Gate 1 telah dibuka. Pesawat AI-05-xxx kode penerbangan xxx akan segera diberangkatkan. Mohon penumpang segera menuju ke gate 1.
Pesawat yang akan mereka tumpangi ini merupakan pesawat khusus. Pesawat ini telah disewa oleh Justin untuk mengantarkan Joey dan Nia ke tempat tujuan mereka dala saku kali perjalanan.
"Baiklah. Jaga dirimu baik-baik. Aku akan menjaganya dengan baik," kata Joey pada Bella yang membuat pipi Nia merah merona.
"See ya, bestie! Take care! I miss you already!" kata Nia dengan wajah sendu bercampur bahagia. Karena sebentar lagi, akan ada kisah baru bersama seorang Justin Bieber.
Selama penerbangan, Nia sibuk dengan kameranya memotret pemandangan di atas awan. Pemandangan di atas awan memang indah, selalu dapat memanjakan mata kita. Sementara itu, Joey terlihat bosan dan hanya tiduran di bangkunya.
"Justin! Gimana kalau kita selfie? Boleh kan? Aku mau memajangnya di Instagram!" kata Nia bersemangat sambil mencoba membangunkan Joey.
"Aku Joey, bukan Justin," jawab Joey malas-malasan.
"Hah? Apa maksudmu? Ayolah! Bersemangatlah sedikit!" Nia pantang menyerah.
"Jangan bodoh. Aku bukan Justin dan aku benci tindakan-tindakan bodoh seperti itu."
"Tindakan bodoh yang mana? Selfie? Oh, come on! Semua orang melakukannya. Bahkan Obama sekalipun! Dan apa maksudmu kau bukan Justin?" Nia berkata panjang lebar.
"Sudahlah, aku malas meladenimu. Aku akan menceritakan sesuatu padamu ketika kita sampai nanti. I'm so tired right now."
Nia pun memilih untuk diam. Ia merenungkan apa maksud perkataan Joey itu. Tetapi daripada pusing, ia memilih untuk ikut tiduran di samping Joey. Ia ingin merilekskan tubuhnya. Perjalanan masih lama.
Sesampainya mereka di Lichfield, Joey segera memesan taksi bandara sebagai kendaraan yang akan mengantarkan mereka ke apartemen milik Joey.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Even
FanfictionThis is my first story on Wattpad (I ain't lying). Ide dalam cerita ini murni ide gue sendiri, jadi mohon dimaklumi kalau ada yang tidak berkenan. Mohon dukungan dan pendapatnya untuk setiap chapter ya, thank you! BelieberF&A