Amanita, Si Cantik yang Mematikan (Part 1 of 3)

102 8 0
                                    

Hari minggu ini, aku melewati jalan yang sama, di mana aku melihat seekor anjing kampung melintas di depanku dengan sepotong tangan mungil berlumur darah diantara gigi taringnya. Kejadian itu membuatku sulit tidur beberapa hari ini. Padahal aku sudah melaporkannya pada warga sekitar, namun setelah dicari hasilnya nihil.

Sebagai mahasiswi jurusan informatika, aku mengambil pekerjaan sampingan sebagai penyiar radio di Mystery FM. Sebuah stasiun radio aneh yang hanya menyiarkan hal-hal yang berbau mistis dan berita-berita kriminal. Terdengar tidak menarik dan menyebalkan memang, namun entah kenapa banyak orang yang mengenal dan menyukainya. 91.06 FM -Mystery FM Radio-. Bahkan frekuensi radio tersebut banyak dibuat stiker dan dipakai anak muda untuk menghiasi kendaraan dan aksesoris lainnya. Mungkin mereka gila dan kegilaan mereka dengan cepat menular padaku sehingga aku sampai bekerja di tempat yang membuat banyak orang tergila-gila seperti itu.

Pagi itu aku mengamati bangunan tua bekas rumah sakit. Tepat di mana aku melihat anjing misterius itu berasal. Kupikir bila aku menyelidikinya, hal ini akan menjadi topik yang menarik untuk bahan siaranku berikutnya. Jadwal siaranku pukul delapan malam, aku masih memiliki waktu untuk melakukan observasi dan membuat catatan tambahan.
Tiba-tiba pandanganku tertuju pada sepasang remaja seusiaku yang secara sembunyi-sembunyi masuk ke dalam bangunan tua itu melalui pintu belakang. Dua jam berlalu, namun tak ada tanda-tanda bahwa mereka telah keluar dari bangunan tersebut. Karena penasaran, aku meraih ponselku dan mengirimkan pesan singkat pada seseorang, kemudian aku mengendap-endap masuk mengikuti ke arah mana pasangan tadi pergi.

Dorrr!!!

Terdengar suara letusan senjata api secara samar. Andai tidak ada deru suara mesin pabrik yang berada tepat di sebelah rumah sakit tua ini, tentu suara tembakan tadi akan terdengar nyaring memenuhi seluruh lorong rumah sakit yang gelap ini.

Drrt... drrrt...
Ponselku bergetar. Panggilan dari Kak Alfa.

"Rey, kamu di mana? Ingat, jangan gegabah! Tunggu kakak!" Suara Kak Alfa terdengar cemas.

"Rey ... sudah di dalam, Kak. Maaf."

Hening. Tak ada jawaban.

"Halo?"

Tak ada jawaban. Sambungan terputus.

Aku kembali melangkahkan kakiku ke dalam lorong-lorong rumah sakit itu dan memeriksa setiap ruangan yang kulewati. Rumah sakit yang aneh, pagar pembatasnya dibangun tinggi sekali, tak hanya dari besi, tapi juga dari beton. Seperti benteng penjara saja. Mungkin ini dulunya Rumah Sakit Jiwa atau Rumah Sakit Tahanan Negara. Bahkan lorongnya begitu mengerikan seperti terowongan kereta. Sengaja dibuat tertutup agar terhindar dari dunia luar. Semakin ke dalam, semakin gelap dan suram.

Aaakkkhh!!!

Tubuhku menegang ketika terdengar suara teriakan dari dalam ruangan di ujung lorong. Aku menelan salivaku dengan susah payah. Kukumpulkan segenap kekuatan dan keberanianku untuk mencari tahu sumber suara yang kudengar tadi. Semakin kudekati, semakin jelas terdengar erangan-erangan kesakitan dari dalam ruangan yang kutuju. Melalui lubang kunci yang ada di pintu, aku mengintip keadaan dalam ruangan tersebut.
Mataku terbelalak ketika melihat apa yang terjadi dalam ruangan itu. Aku membungkam mulutku agar tidak mengeluarkan suara. Tubuhku gemetar. Lututku lemas. Sebelah tanganku kugunakan untuk menopang tubuhku yang kehilangan keseimbangan. Aku shock sekaligus takut. Getaran ponsel mengejutkanku. Kepalaku terbentur kenop pintu. Firasat buruk.

Amanita, Si Cantik yang MematikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang