Jika aku tak bertemu dengan mu hari itu, mungkin aku tidak akan merasa sesakit ini, kesedihan ini, penderitaan ini, dan air mataku mungkin tidak akan mengalir deras seperti ini.
Tetapi, jika aku tidak bertemu dengan mu, aku tidak akan pernah merasakan rasa bahagia, tersayang dan disayangi, dan kehangatan ini.
Hari ini aku akan terus menahan air mataku dan melihat ke langit.-
Pada saat itu, aku tidak tahu apa apa...
"Ahhh... Lapar sekalii~ Saatnya makan~!" Kataku di saat istirahat siang.
Sudah tiga bulan aku masuk ke SMA Reene Persada. Tapi aku tidak banyak berubah, bahkan sama seperti masa- masa SMP ku. Aku sudah pernah mencoba memakai make-up tapi tetap saja... Aku ingin berubah.
Dan hal paling utama untuk berubah adalah... PACAR. Ya. Aku butuh pacar.
Dulu, saat SMP aku pernah pacaran dengan seseorang tapi kami putus dan bahkan aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Sekarang aku sudah memasuki masa-masa SMA. Aku akan berusaha! Aku berpikir apakah aku bisa bertemu dengan cowok yang bisa menjadi pacarku.
"Woi, woi. Ada yang berantem!"
Apa yang terjadi?
"Ayolah, gua cuman bercanda, ngapain lo nanggepinnya serius gitu?"
" Coba lo ulang kata-kata lo! Gua ga bakal semudah ini lepasin lo lain kali!"
Ehh... Ada 2 cowok yang lagi berantem toh..
"Aku tau cowok itu"
Entah darimana sahabatku Rani bisa tau tentang cowok ala preman itu."Cowok yang tinggi itu?"
Muncul lagi temanku yang lain, Nisa."Iya, aku denger-denger sih dia itu emang udah preman dari SMP, bahkan aku pernah denger kalo kakaknya punya gang. Siapa ya namanya? Kok aku bisa lupa ya?"
Wah.. aku ga suka cowok kayak gitu...
Drr..drrr....drrrr
Loh kok ada yang nelpon ya? Nomor siapa nih?
"Halo?"
"Hei."
Suara cowok?
"Ini aku! Andrian!"
Hah?
"Sori tiba-tiba nelpon kamu, aku minta nomormu dari Rani. Boleh gak aku nelpon kamu terus?"
Apaaaa iniiiii???
"Raannn! kok si Andrian nelpon?"
"Oh, jadi dia beneran nelpon kamu."
"Iyaa , kok kamu kasih nomor ku ke dia tanpa ngasih info ke aku dulu? Dia keras kepala banget tau, minta aku jadi temennya terus."
"Kamu nggak berlebihan Mi?"
"Eh?"
"Cowok terkenal kayak gitu ada rasa sama kamu bukannya kamu harusnnya bersyukur?"
Haruskah?
Tapi tetap saja aju tidak bisa mensyukuri hal kayak gini. Emang bener sih Andrian banyak yang suka. Tapi sms nya biasa banget, aku cuma bisa berpikir kalo dia hanya main-main denganku.
"Hey, Dengerin Ran, Andrian, dia..."
"Nisa, yuk ke toilet."
"......"
Eh? Barusan dia kacangin aku?
Aku sangat mengharapkan masa SMA ku. Menjadi imut, jatuh cinta, dan berharap setiap harinya aku merasa bahagia. Tapi pada saat ini... terlalu jauh. Jauh dari bayanganku.
Sekarang, aku cuma bisa main bareng temen SMP ku. Rani dan Nisa udah ngacangin aku.
Drrr...drrr...drrrrrr
"Aku ga tau nomor ini"
"Kamu nggak mau angkat?", kata Dian, salah satu temen lamaku
"Iyaa, mungkin ini nomor rumahnya Andrian."
Aku tidak ingin berhubungan apapun dengannya. Aku ingin dia meninggalkan ku.
"Yaudah, kalo gitu aku yang angkat aja"
"Tunggu Di!"
"Halo? Aku temennya Mika. Oh, bentar ya."
"HALOO~ Mikaaa, kamu tega banget yaa... Kok telpon ku ga diangkat?"
Ah.. dia ngeganggu banget sih.
"Kamu tau.. kamu beneran gang..."
"Kamu tau, hapeku disita. Aku telpon dari rumah temenku sekarang. Pintar kan?"
"Emangnya aku peduli?"
Dia lagi mabok ya?
"Balikkin Hiro.. Balikkiinn..."
"Ah, halo?"
"...."
"Saya temennya Andrian, Hiroki Prajnawi. Maaf, dia lagi mabuk sekarang."
Suaranya... Dia benar - benar berbeda sama Andrian. Ah.. Ternyata ada cowok yang kayak gini.
"Um... Hiroki kan? Ini gapapa ya?"
"Hmm?"
"Ini telepon rumahkan? Orang tuamu tidak marah?"
"Haha, gapapa kok."
Dia tertawa.
"Um.. yah, panggil saja aku Hiro."
Hiro ya...
"Hei, mau selama apa kamu telepon? Jangan biarkan cowok ini menipu mu Mikaa~"
"Diamlah dasar pemabuk."
Hahaha. Mereka akrab sekali.
"Ah, Mika, kalau kamu nggak keberatan bisa kasih tau nomor mu? Aku akan meneleponmu lagi."
Bahkan ketika dia bilang kata-kata yang sama seperti yang Andrian katakan, aku tidak membencinya.
Ch. 1
fin
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost My Heart
Teen FictionAwalnya, kukira kamu dan aku hanya kebetulan bertemu dan tidak akan berefek apa-apa pada kehidupan masing-masing. Kamu adalah kamu. Dan aku adalah aku. Tak pernah kucoba untuk membayangkan kata "kita".