Mika POV
"Pagi Mik, kok LINE gue ga lo bales?"
"Oh, hape gue rusak kemaren, masuk servis 1 minggu."
"Kok bisa?"
"Bokap nyenggol hape gue, trus jatoh deh."
"Oh.. gitu toh."
"Trus si Hiro tau gak soal hape lo yang rusak?"
"Nggak, emang buat apa dia tau?"
Bohong memang kalau aku tidak memikirkan apakah perlu memberitahu Hiro. Namun memang gengsi itu luar biasa sampai aku berpura-pura tidak peduli.
"Loh? Bukannya si doi tiap hari ngapel?"
"Ngapel? Emang gue pacarnya?"
"Mungkin. Kan siapa tau Mik."
"Ngaco ah lo."
---------------------
Hiro POV
Kok hapenya mati?
Atau dia sengaja ngehindar dari gue? Tapi emang gue salah apa? Perasaan kemaren baik-baik aja.
"Woi, Ro. Ngapain liatin hape mulu?"
"Nggak, nggak kenapa-napa."
"Yaudah, udah mau bel nih, mending lo simpan hape lo daripada disita sama Pak Yudith."
Segera kusimpan hapeku walaupun masih memikirkan kenapa hape Mika gak aktif.
--------------------
Tidak terasa sudah jam pulang sekolah, Mika pun langsung pulang ke rumah.
Mika POV
"Mik, mama mau ngomong sama kamu."
"Ngomong apa ma?"
"Gini, mama tau mungkin ini terlalu mendadak buat kamu. Tapi semalem papa ngasih tau mama kalau dia dipindahtugaskan ke Inggris."
"Pindah ma?? Ke Inggris?"
"Mika juga ikut?"
"Iya dong, masa iya mama sama papa ninggalin kamu disini sendiri."
"Kapan pindahnya?"
"Seminggu lagi."
"Secepat itu?"
"Iya, katanya sih cabang di Inggris lagi kekurangan tenaga banget."
"Jadi Mika udah harus mulai beres-beres ma?"
"Iya dong sayang. Mau mama bantu?"
"Nggak apa apa deh ma, Mika bisa sendiri kok."
"Yaudah, kalau butuh kardus ada di belakang, deket dapur."
"Oke ma."
Mika lekas ke kamar dan mengganti baju.
Haduh, dadakan banget sih pindahannya. Mika mulai menyusun dan memasukkan barang-barang yang akan dia bawa ke dalam kardus.
"Mika."
"Iya, ma?"
"Hape kamu gimana yah? Mama takut gak sempat ambil nanti."
"Iya ya, emang kita berangkat jam berapa ma?"
"Jam 5 sore."
"Oh, nanti sebelum berangkat, Mika pergi ambil aja deh."
"Hm... Iya iya. Oh ya, kamu udah siap beresinnya?"
"Hampir ma, tinggal novel sama komik aja."
"Ok, mama masak makan malam dulu ya."
--------------------
HIRO POV
Kok Mika masih gak angkat telepon dari gue ya? Udah badan lemes lagi.
"Hiro, makan dulu nak. Papamu udah nunggu."
"Iya, ma."
Hiro keluar dari kamar dan menuju meja makan dimana orangtuanya sudah menunggu. Papa Hiro adalah seorang CEO dari perusahaan mebel dan perabotan yang sukses. Dan Mama Hiro adalah istri yang setia menemani Papa Hiro, termasuk ke luar kota, jadi Hiro kadang sendiri di rumah ditemani beberapa pembantu. Walaupun begitu Hiro adalah anak yang sayang orangtua dan penurut, hanya saja di luar rumah dia menjadi sedikit liar.
"Ma, ada obat demam gak di nakas?"
"Kayaknya masih ada, habisin makanan kamu dulu baru minum obat ya?"
"Perlu ke dokter?"
"Nggak, pa. Kayaknya cuma demam biasa."
---------------------
Demam yang dikira biasa, ternyata DBD. Terpaksa Hiro harus dirawat di rumah sakit lebih dari seminggu. Dan selama seminggu itu, Hiro tidak mengetahui bahwa Mika akan segera pindah ke Inggris, karena mereka sama sekali tidak bertemu maupun berkomunikasi.
Dan hari terakhir Mika di Indonesia pun tiba. Mika sudah memberitahu teman-teman terdekatnya, salah satunya Rani, sehingga mereka sempat datang ke bandara untuk mengantar Mika. Dan hape Mika juga sudah ia ambil tadi siang.
"Mik, baek-baek ya disana."
"Iya Ran, ntar lu pulang hati-hati ya, udah sore banget."
"Iya, inget contact gue ya, bisa kangen berat kalo lu ga ngasih kabar."
"Siap bos! Udah, lu balek aja deh, keburu maghrib."
"Tapi gue masih ga rela Mik."
"Aih, sini cayang, kakak peluk dulu."
"Hhahaha, yaudah deh, gue balik dulu ya."
"Sip, hati-hati loh!!"
Setelah Rani pulang, panggilan untuk Mika dan sekeluarga pun terdengar. Mereka segera check-in dan masuk ke pesawat.
------------------------
Hiro POV
Akhirnyaa, sembuh juga gue.
"Pagi bro!"
"Pagi euy."
"Eh, temenin gue ke kelas Mika, sekalian lu modusin temennya."
"Lah? Ngapain? Mikanya udah gak ada."
"Mika gak ada?"
"Maksudnya?"
"Mika kan udah berangkat ke Inggris kemaren. Lu gak tau?"
"Gak tau gue, kok dadakan banget?"
"Ntah ya, yang gue denger sih katanya bapaknya dipindahtugaskan gitu dah."
Hiro yang masih terkejut tidak bisa menerima ilmu apapun hari itu. Dari pagi dia mencoba menelepon Mika.
Kalau kemaren pergi harusnya sekarang udah sampe kan? Kok masih gak di angkat ya? Duh, gue jadi geregetan gara-gara gak tahu keadaan dia gimana.
"Hiro, udah tidur nak?"
"Belum ma."
"Tidur gih, kamu baru aja sembuh masa udah begadang lagi."
"Iya, ma."
Yaudah deh, besok pagi gue coba telpon lagi. Udah malem juga.
Ch. 3 fin
Maafkan diriku yang jarang update dan aku stuck, ga ada ide T^T
BTW, tinggalkan jejak ya kalau udah selesai baca, baik vote maupun comment. Kritik dan saran sangat diterima.
Tenkyu~
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost My Heart
Teen FictionAwalnya, kukira kamu dan aku hanya kebetulan bertemu dan tidak akan berefek apa-apa pada kehidupan masing-masing. Kamu adalah kamu. Dan aku adalah aku. Tak pernah kucoba untuk membayangkan kata "kita".