Lima belas tahun yang lalu
Malam itu,hujan di luar sana sangat lebat. Suara sambaran petir sangat jelas terdengar di telinga kami semua.
Pada saat itu,ayah tidak sedang di rumah. Hanya aku,mama,dan kedua kakakku."Ica,dean,sini nak dekat mama!" Teriak mama memanggil kedua kakakku di ruang tengah.
Dengan sangat cepat, kedua kakakku lari dan memeluk erat tubuh mama.
"Mah ica takut mah" ujar ica kakak keduaku sambil menangis tersendu-sendu."Mah, Mei juga takut mah" kataku sambil menangis dan mencoba untuk memeluk tubuh mama. Namun,apa yang aku harapkan tidak terpenuhi. Mama langsung pergi bersama kedua kakakku menuju kamar mama "masuk kamarmu Mei! Ayo Dean,Ica ikut mama ke kamar".
Saat itu umur ku baru menginjak dua tahun.Namun,perlakuan mama terhadapku sudah berbeda. Sebenarnya siapa aku ini?. Aku hanya bisa menangis di sudut kamarku sembari memeluk boneka kesayanganku Nunu.
Sudah hampir satu jam,akhirnya badai pun berhenti. Segera kulangkahkan kaki mungilku menuju kamar mama. Aku benar-benar membutuhkan pelukan mama sekarang. "Mah..mah..Mei mau tidur bareng mama sama kakak di sini,Mei takut" ujarku,sambil menarik-narik kaki mama. "Manja sekali kau! Jangan dekat-dekat mama dan kakakmu! Pergi ke kamarmu sekarang!" Hentakan kaki mama hampir nengenai pelipisku. Aku lari,namun beberapa kali aku menengok ke belakang,menatap mama dan kedua kakakku.
Di umurku yang sekecil ini,aku sudah merasakan pahitnya hidup. Saat itulah,aku merasa bukan bagian dari keluarga ini.
"Tuhan,mengapa engkau ciptakan aku hanya untuk merasakan kesedihan?tidakkah engkau iba terhadapku?aku ingin bersamamu saja".Ayam berkokok menandakan pagi telah tiba. Aku bergegas bangun dan segera menuju kamar mandi.
Namun,terlihat pintu kamar mandi tertutup rapat. Ternyata kakak pertamaku Adean sedang berada di dalam."Aduh,Mei mau pipis" kataku sambil berjongkok. Beberapa menit aku menunggu,akhirnya pintu itu terbuka juga. Tanpa basa-basi,aku segera masuk ke dalam karena sudah tak tahan lagi.
"Mei,cepat! Kakakmu ica mau buang air besar!" dengan nada tinggi,mama menggedor-gedor pintu kamar mandi.
"Iya mah ini sudah selesai" kataku dengan santai.
Ku buka pintu kamar mandinya,tiba-tiba mama mendorongku untuk segera keluar. "Maaf,mah Mei lama hehe" ku berikan senyuman kecil untuknya.Tetapi, Senyumanku di balas dengan wajah jutek mama"Yasudah sana pergi".Aku bermain di halaman rumah bersama Nunu,boneka kesayanganku.
Aku tidak tahu menahu apa yang keluar dari lubang hidungku. Iya,darah mengalir deras ketika aku sedang asyik bermain. Aku berteriak memanggil-manggil mama namun tidak ada respon apapun darinya "mah,hidungku keluar darah nih".
Entah mengapa, tubuhku kini melemas,kepalaku terasa sakit dan tiba-tiba,aku tak sadarkan diri."Jika memang ini takdirku,aku ikhlas tuhan. Namun,jika aku mempunyai satu kesempatan lagi,aku ingin lahir kembali dari rahim yang berbeda".
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Aku Dan Hujan
Teen FictionSeorang remaja yang selalu terasingkan oleh keluarga dan teman-temannya. Seorang remaja yang melawan penyakitnya tanpa ada yang peduli. Hanya hujan dan air mata yang selalu menemaninya. Hanya Hujan yang membuatnya tersenyum. Hanya hujan pula yang me...