Kehidupan Normal

55 6 0
                                    

Matahari mengusik perlahan dari balik kelambu. Eden yang terusik masih termenung di tempat tidur.

"Sayang, ayo turun, nanti kamu telat sekolah"
Ibu.
Eden tersenyum, dan bergegas turun.

Ibu sudah menyiapkan sarapan, ayah membaca koran pagi, dan kakak menyalakan motornya.
Ini menyenangkan.

"EDEN! Cepat sarapannya, kakak bentar lagi telat nih!"
"Iya iya Tuan Gak Sabaran"
"Cincong deh, Non"
"Hihi.."

Lucu sekali.

Gemuruh mesin motor Sage seiring dengan hembusan angin musim semi di pagi itu.
.


.

"Aku akan jalan kaki hari ini, jadi jaga rumah ya Chry sayang"
"Siap, Tuan Aster"
"Haha...aku suka itu. Baiklah aku pergi, jangan kemana-mana Chry ku sayang"
"Sudah sana berangkat, dasar siscon"
"Aku bukan siscon!"

Di tengah kelopak sakura yang berterbangan dan jatuh dengan kecepatan lima sentimeter per detik, dan sentuhan hangat matahari. Semua akan dimulai.
.
.
Hari itu, pertemuan Aster dan Eden yang telah ditakdirkan akan mengubah kedua sudut pandang mereka tentang kehidupan ini.
.
.
"Namaku Aster Weischnee. Usiaku 16 tahun, salam kenal semuanya!", senyumnya lebar.
"SALAM KENAL, ASTER!", teriak teman-teman sekelasnya. Namun tentu saja kecuali Eden Stadeist yang memilih untuk mengatupkan bibirnya dan memandangi jatuhnya bunga sakura ke tanah.
"Baiklah, Aster. Silakan duduk di bangku kosong itu, di sebelah Eden Stadeist"
"Terima kasih, Bu Guru yang cantik!"

Aster Weischnee ya? Nama yang cantik. Terlalu cantik untuk seorang laki-laki seperti dia. Wajahnya tampak berseri-seri, apa memang selalu begitu? Berbeda sekali denganku. Matanya saja tampak berkilauan seperti diguyur kebahagiaan. Mungkin memang selalu begitu. Senyumnya secerah matahari, menyambut semua mata yang haus akan benda-benda berkilau. Cocok sekali untuk musim semi ini. Lihat semua bunga yang berjatuhan it-

"Eden, tolong berhenti menatap keluar jendela, aku tahu nilaimu selalu bagus, setidaknya hargai kehadiranku"
"Dia mulai lagi"
"Dasar, darimana dia dapat nilai bagus?"
"Anak aneh"
Berhentilah berbisik, aku bisa nendengar kalian dengan jelas.
.
.
Waktu pulang tiba, Eden segera mengambil motor dari tempat parkir dan bergegas pulang. Baru saja sekitar seratus lima puluh meter dari gerbang, tiba-tiba seseorang berlari dan melambai-lambaikan tangannya beberapa meter di depan motornya. Eden yang terlonjak buru-buru mengerem motor.
"Dasar sinting!"
Aster Weischnee?
"Hei, kau Eden kan?"
"Apa urusannya denganmu?"
"Sinis sekali, kita kan bersebelahan. Tidak mungkin kau lupa"

Tentu saja aku tidak lupa, hanya kau satu-satunya orang yang kuakui di kelas. Apalagi senyummu itu membuatku semakin tak tampak di dunia ini.
"Aku tidak yakin, minggirlah aku mau lewat"
"Ayo pulang bersamaku!"
"Tidak, terimakasih"

Eden menyalakan motornya dan buru-buru meninggalkan Aster yang tanpa sadar sudah berpindah posisi ke sebelah kirinya. Selama pembicaraan tadi, Eden secara sengaja menekan Aster agar bergeser ke dari depan ke samping kirinya. Saat waktunya tepat Eden langsung melaju dengan motornya.

Syukurlah aku berhasil meloloskan diri. Aku bisa tenang sekarang.

Eden melaju ke sebuah bukit dekat rumahnya, ada satu pohon sakura besar. Karena musim semi, banyak bunga yang beterbangan. Setelah memarkir motornya, Eden duduk di bawah pohon itu. Tanpa sadar, Eden terlelap.

DIFFERENCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang