Aku Mengkhawatirkanmu

24 1 0
                                    

Samar-samar terdengar suara tawa bahagia, merambat melalui partikel di udara. Angin mengalun lembut, membisikkan kebahagiaan. Surya tersenyum memamerkan sinarnya yang dengan lembut menembus pori-pori kulit Aster. Matanya yang hitam mengerjap-ngerjap, berusaha menyerap keadaan sekelilingnya. Bunga-bunga yang merekah menyebarkan aroma wangi memenuhi rongga hidungnya. Rumput teki yang ia tindih menambah kenyamanan posisinya. Terbaring telentang merasakan indahnya dunia.

"Ini dimana?"
"Selamat datang kembali, Aster", ujar sebuah suara wanita yang terdengar keibuan.
"K-kau.."
"Oh, kau lupa? Tidakkah kau mengingat tempat ini?"
"Tempat ini...", Aster menelisik ingatannya, berusaha mengingat-ingat keadaannya sekarang, "jangan bilang....ini..mimpi?"
"Memang ini mimpi, kau dulu sering sekali bermain disini, bersama gadis kecil berambut hitam dan mata kelabu kehijauan"
"Gadis kecil? Siapa kau sebenarnya?"
"Aku adalah sosok yang kalian ciptakan, ya, gadis kecil, kalau tidak salah namanya.......Eden?"
Sebuah ingatan masa kecil melintas dalam kepala Aster, mengingatkannya pada masa-masa indah dan bahagia bersama sahabat kesayangannya. Gadis kecil berambut hitam pekat dan mata kelabu dengan semburan hijau yang dalam. Tertawa, menangis, bermain bersama. Aster tersenyum tipis, namun seketika raut wajahnya berubah serius.
"Aku ingat sekarang, mimpi ini pernah kualami dulu, usiaku masih lima tahun", ia berhenti sejenak, "bertahun-tahun aku memiliki mimpi di tempat yang sama, di tempat ini"
"Ohh, ingat juga kau akhirnya, ingat siapa aku?"
"Kau adalah Marla, wanita paruh baya yang lembut dan penyayang, kau ada untuk merawat kami disini"

Angin membentuk pusaran, dari pusaran itu muncul pemilik suara wanita tadi, rambutnya sudah beruban, wajahnya berkeriput, tetapi di wajahnya terukir senyum yang menghangatkan hati. Ia memakai blus berwarna ungu muda dan penutup kepala berwarna kuning pucat. Wanita itu berjalan telanjang kaki mendekati Aster. Saat itulah remaja itu sadar bahwa mata wanita itu berkaca-kaca.
"Sudah lama sekali, sejak terakhir kali kalian ada disini", Marla menghapus air mata yang sudah tak bisa ia bendung, "lima tahun lalu, saat kau masih dua belas tahun, kau meninggalkan tempat ini", lagi-lagi ia menghapus buliran air mata, matanya menatap langit biru yang cerah menyelidik ingatan yang menyenangkan, "lalu dua bulan kemudian gadis kecil itu menghilang, kau lihat tembok beton itu?", Aster melihat ke arah yang ditunjuk wanita paruh baya itu lalu mengangguk pertanda paham, "gadis itu ada di balik sana".
"Mengap-", sekeliling Aster berubah, semuanya memburam, Marla juga hilang, "O-oi apa yang terjadi? Marla! Dimana kau?!"

Aster tersentak, matanya mengerjap-ngerjap, ponselnya berdering. Buru-buru ia mengangkatnya.
"Ya?"
"Tuan Muda?"
"Harsy, oh-Ya Tuhan"
"Ada masalah, Tuan Muda?"
Aster berdeham, nadanya kembali serius, "Tidak. Bagaimana keadaannya?"
"Sebenarnya...terjadi sesuatu"
"Apa? Apa yang terjadi padanya?", remaja berambut merah itu mendadak panik.
"Nona Stadeist pingsan saat menata kotak susu di toko Nyonya Virssen"
"Apa?! Sial! Aku kesana"
"Aku sudah membawanya ke rumah sakit, untunglah dekat, hanya dua puluh blok dari toko"
"Baiklah, aku mengerti, tetap awasi perkembangannya, Harsy"
"Baik, Tuan Muda"
Aster meremas ponselnya lalu beranjak dari ayunan itu. Langkahnya terhenti beberapa detik setelah ia sadar bahwa senja telah habis dilahap gelapnya malam. Geraham belakangnya ia gertakkan lalu bergegas menuju motor.

.

Bau antibiotik menyebar di seluruh ruangan. Seseorang berambut pirang dan berkacamata memenuhi pandangannya yang ia simpulkan sebagai Harsy. Gadis itu menyipitkan mata, memastikan lokasi tempatnya berbaring sekarang. Setelah berpikir selama satu menit, dua kata muncul di benaknya. Rumah sakit. Tapi mengapa ia ada di rumah sakit? Eden memutar lagi otaknya menelisik ingatan sebelum ini. Lalu kotak-kotak susu memenuhi pikirannya kemudian tiba-tiba Nyonya Virssen meneriakinya dan semua menghitam.
Aku pingsan. Ah sial! Ini terjadi lagi. Sudah berapa kali aku pingsan dalam sebulan ini? Kurasa beberapa kali seminggu jadi banyak kali dalam sebulan. Astaga, kepalaku sakit sekali. Sialan.

"Oh, sudah sadar?"
"Kau yang membawaku kesini? Apa yang terjadi? Kenapa tidak membawaku pulang saja?"
"Woah..woah tahan pertanyaanmu itu, Eden", Harsy menghela napas, "baiklah kujawab satu-satu, ya, aku yang membawamu kesini". "Wajahmu benar-benar pucat dan kau jatuh menimpa tumpukan kotak susu, jadi semuanya kacau, Nyonya Virssen mengamuk dan menutup toko-"
"Astaga, apa Nyonya Virssen memecatku?", Eden sontak terbelalak dan menempelkan kedua telapak tangan pada pipi tirusnya.
"Yah.. tadinya, sayangnya tidak jadi hahaha~~", ia berdeham, "Aku hanya bercanda, tentu saja tidak, Nyonya Virssen begitu mengkhawatirkanmu, dia memaksaku untuk membawamu kesini meskipun aku sudah bilang kau tidak akan suka"
"Oh..aku membuatnya khawatir"

Eden meremas selimut yang menghangatkan tubuhnya, tepat saat itu ponsel Harsy berdering dan dokter muda berambut kelabu yang tadi menanganinya kembali masuk ruangan.
"Nona Stadeist, aku akan menjelaskan keadaanmu"
"Halo, baiklah- sebentar", Harsy mengisyaratkan pada Eden bahwa ia akan keluar menjawab telpon, gadis itu mengangguk setuju dan lelaki berambut pirang itu pergi meninggalkan dokter dan pasiennya.
"Apakah ada yang serius pada tubuhku, Dok?"
"Sebenarnya, tubuhmu kekurangan nutrisi, kami telah mengambil darahmu dan memeriksanya", dokter itu berdeham, "Yah, intinya kau harus menjaga makananmu, maksudku perbanyak asupannya, kau bahkan terlalu kurus untuk usiamu, wajahmu tampak kelelahan dan pucat, apa yang kau makan hari ini?"
"Hmm, sepotong roti sisa sarapan kemarin dan sekotak susu, kurasa"
"Astaga, apa kau tidak lapar? Kau tidak berniat membunuh dirimu sendiri dengan perlahan bukan?"
Mata kelabu kehijauan gadis itu hanya menatapnya dalam-kosong bibirnya terkatup dan ia membisu.
.

Keringat dingin bercucuran di tubuh Aster,tangannya menggenggam erat pikirannya hanya tertuju pada sahabat masa kecilnya yang ada di dalam kamar rawat. Teman berambut pirang yang sudah ia tunggu sejak tadi akhirnya muncul. Buru-buru mulutnya melemparkan berbagai macam pertanyaan. Harsy berusaha menenangkannya dengan mengajaknya duduk dan minum kopi yang ia dapat dari mesin minuman kaleng.
"Dokter sudah menjelaskan semuanya padaku"
"Bagaimana keadaannya? Ada yang serius?"
"Tenanglah", Harsy menyesap kopinya, "Dokter bilang Eden mengalami kekurangan nutrisi dan makanan"
Rasa perih mengggerogoti perut Aster, dadanya terasa panas seakan mendidih dan menciptakan uap yang merambat menciptakan genangan pada matanya. Mata hitam yang berkilau itu berkaca-kaca.
"A-aku terlalu lengah", ucap Aster sambil mengusap matanya.
"Maaf, Tuan. Aku seharusnya lebih memerhatikannya"
"Tidak, ini bukan salahmu. Aku yang telah meninggalkannya, bahkan saat kejadian itu, aku tidak ada di sampingnya. Tapi aku", ia berhenti sejenak, "aku mencintainya", tangannya bergetar, lalu ia menyesap kopinya, "bahkan sejak sebelas tahun yang lalu, saat pertama kali aku menatap matanya".

.

"Aku hanya tidak tahu apakah aku masih ingin hidup atau tidak"
"Apa maksudmu?"
"Entahlah", Eden tersenyum tipis, "aku hanya tidak nafsu makan"
"Ah, aku tidak paham maksudmu, yang penting kau harus menjaga kesehatanmu, makanlah yang banyak dan bergizi, kau tidak boleh menyiksa tubuhmu begitu, aku yakin ada banyak orang yang mengkhawatirkan keadaanmu sekarang", ujarnya sambil meninggalkan gadis itu di kamar rawat berbau antibiotik. Eden tertegun menatap tertutupnya pintu, kata-kata dokter itu terngiang di kepalanya.

"..ada banyak orang yang mengkhawatirkanmu.."

Itu bohong.

DIFFERENCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang