Jangan Terlalu Serius

Taruhan

Sebuah notifikasi dari aplikasi Line handphone Rere berbunyi. Menandakan ada sebuah pesan masuk. Itu dari Karin, teman sekelasnya.

Karin : Taruhan, kuy! Gue Barca!

Rere : Kalo gue menang, sepupu lo yang kemarin harus ajak gue jalan+Di traktir lo!

Iseng Rere membalas pesan Karina dengan sedikit genit, mungkin lebih. Tanpa menunggu lama, sebuah balasan langsung dikirimkan Karina.

Karin : Ayo! Kalo gue menang lo yang ajak dia ya! Sama jangan lupa traktir gue!

Rere tersenyum melihat balasan Karina. Siapa takut? Lagi pula Madrid ngga jelek-jelek amat lah ya kalo main, pikirnya.

Bukan karena Rere pecinta bola, ia menerima taruhan ini. Lebih tepatnya karena Karin punya sepupu yang ganteng abis menurut Rere jadi Rere nggak akan buang kesempatan emas ini buat modusin sepupunya Karin.

**

Semua berawal dari Rere yang main kerumah Karin. Sudah jadi kebiasaan Rere yang main kerumah Karin. Tetapi hari itu ada yang berbeda. Seseorang dengan postur tinggi berkumis tipis tiba-tiba lewat depan Rere yang kala itu mau pulang dari rumah Karin.

Setelah Rere dan Karin berjalan agak jauh dari rumah Karin, barulah Karin di brondong beribu pertanyaan oleh Rere.

"Si ganteng kaos putih yang lewat depan rumah lo tadi siapa, Rin? Siapa?" tanya Rere Antusias.

Karin langsung menghentikan langkahnya. Matanya menatap tajam kearah Rere. "Jangan bilang lo naksir dia?"

Rere membalas tatapan Karin dengan senyum mirip di iklan pasta gigi. "Namanya siapa? Kelas berapa? Sekolah dimana? Bapaknya siapa?"

"Sumpah ya, Lo jangan sampai deh naksir dia!" Balas Karina jengah.

"Emang kenapa? Dia ganteng, tau!"

"Tapi dia orang yang sering gue ceritain ke lo. Abang gue yang sering berantem sama gue,"

"Bad boy dikit boleh lah. Masih masuk type gue kok,"

Karin berhenti lagi. Wajahnya masihmenampilkan rasa tidak percaya, antara sedikit geli ditambah dengan ekspresijijik juga. Rasanya aneh kalo tau temen lo naksir kakak sepupu lo sendiri.Bukan aneh sih, geli lebih tepatnya.