Part 4

5K 207 0
                                    

Sekarang adalah hari kedua untukku kembali menginjakkan kaki dirumah sakit. Sejak bangun pagi tadi aku sibuk membongkar isi lemari, satu persatu baju ku kenakan, hingga aku mendapat satu baju yang menurutku cocok untuk dipakai hari ini.

Aku masuk kedalam rumah sakit dengan fashion ala syahrini. Apakah aku terlalu mencolok? Entahlah! Yang pasti hari ini tidak terdapat keraguan sedikitpun untuk mendatangi rumah sakit ini.

Aku mulai memasuki rumah sakit ini dengan semangat, menuju ruangan direktur untuk segera menemui papa. Sebelum sampai disana, aku bertabrakan dengan seseorang yang baru saja keluar dari ruangan yang ku lewati. Dengan memakai highhells tentulah keseimbanganku goyah, namun dengan cepat tangan seseorang menahan ku agar tidak jatuh.

" Kamu nggak papa?" Tanya seseorang yang sepertinya ku kenal dengan suaranya.

Saat ku membuka mata, aku seperti mendapat sebuah jackpot karena orang yang menolongku adalah orang yang sudah ku harapkan.

" Do...dokter Alvin!" Ucapku terbata melihat sosok itu sangat dekat denganku sekarang.

Dokter itu nampak tersenyum, dan hal itu membuatku semakin salah tingkah melihat senyumnya. Aku segera menegakkan tubuhku kembali, berusaha bersikap setenang mungkin walaupun sebenarnya jantung ku berdetak sangat kencang saat ini.

Dokter Alvin menatap ku dari ujung kaki. Apa ada yang salah dengan penampilanku?. Dia kembali tersenyum ketika melihat ekspresiku yang mungkin terlihat aneh.

" Kamu kesini lagi?" Tanya Dokter itu ramah.

" I...iya. Aku diminta papa. Eh, maksud aku Dokter Winarta buat bantu-bantu disini!" Jawab ku gugup. Entah apa yang sekarang terjadi dengan ku.

" Apa aku menyukai sosok didepanku ini? Ah, itu semua konyol!" pikirku menguatkan hati.

" Oh, sekarang kamu mau ngapain?" Tanya Dokter Alvin lagi.

" Enggak tau!" Jawab ku polos membuat Dokter itu tertawa kecil. Sumpah, tawanya mengalihkan duniaku untuk sesaat.

" Gimana kalo nemenin aku periksa pasien aja? " Ajakan Dokter Alvin sontak membuatku menahan senyum.

" Bo...boleh!"

Aku mengikuti Dokter Alvin berjalan menuju ruangan yang akan dikunjunginya. Rasanya aneh, kenapa aku sesenang itu. Bahkan aku lupa, kalau aku harus jaga jarak aman dengan yang namanya jarum suntik.

Dijalan menuju ruang pasien, Aku dan Dokter Alvin terlibat obrolan yang cukup panjang. Mulai menceritakan awal dia bekerja dirumah sakit ini, dan aku pun juga menceritakan sedikit tentang kehidupanku sebagai anak pemilik rumah sakit ini.

" Dokter Winarta pernah cerita, kalau kamu sekolah Keperawatan!" Ucap Dokter Alvin padaku.

Aku berfikir sejenak. Entah apa saja yang sudah diceritakan papa pada Dokter Alvin ini tentangku. Tapi mendengar ceritanya sepertinya papa cukup bangga padaku yang selalu menuruti kemauannya.

" Iya. Itu karena papa yang minta!" Jawabku.

" Kenapa kamu enggak kerja disini aja?"

Pertanyaan itulah yang membuatku malas untuk menjawabnya. Mana mungkin aku mengatakan bahwa aku takut dengan jarum suntik padahal aku sekolah perawat?! Itu akan mempermalukan diriku sendiri.

" Aku masih belum siap!" Jawabku sekenanya.

Kini kami sudah sampai di ruangan yang dituju. Disana sudah ada dua orang suster jaga yang menyambut kedatangan kami. Dokter Alvin langsung menerima rekap medis dari suster-suster itu. Sedangkan aku hanya ikut memperhatikan. Namun bukan memperhatikan catatan medis yang sedang dipelajari Dokter Alvin disampingku, tetapi aku malah mencuri pandang memperhatikan wajahnya yang sedang nampak serius.

" Ok, sekarang saya akan memeriksa pasien tersebut!" Ucap Dokter Alvin diiringi anggukan salah satu suster disana.

Sekarang Dokter Alvin, aku dan salah satu suster tadi masuk kedalam ruangan itu. Terlihat disana seorang pasien laki-laki paruh baya yang terbaring dengan infus ditangannya.

Dokter itu mulai memeriksa, aku pun ikut memperhatikan caranya memeriksa pasien itu. Sangat santun dan berwibawa, itulah gambaran yang saat ini aku dapatkan sebagai point ketiga.

Usai memeriksa kini Dokter Alvin akan memberikan sebuah suntikan pada pasien itu. Mataku melotot ketika jarum itu sudah terpasang dialat suntik yang siap diserahkan suster tadi pada dokter Alvin.

" Emmm... sorry, aku mau kebelakang dulu!" Ucap ku yang langsung pergi meninggalkan ruangan itu.

Rasa ngeri terbayang dipikiranku ketika jarum suntik itu ditusukkan. Bahkan terakhir kali aku hampir pingsan ketika harus berhadapan dengan jarum suntik itu. Ada apa sebenarnya dengan ku? Kenapa fobia pada hal sekecil itu?

Aku tidak lagi kembali ketempat dokter Alvin berada tadi. Rasanya semangat sewaktu aku datang tadi kini lenyap. Aku hanya mendesah berat sambil duduk sendiri ditaman belakang rumah sakit ini.

Ku lihat beberapa pasien berlalu lalang disana sembari menghirup udara segar. Belum juga hilang rasa suntuk ku, kini ada seorang ibu-ibu tua yang sepertinya pasien disini berdiri disampingku.

" Nak, boleh nenek duduk disini?" Tanya nenek itu.

" Silahkan!" Jawabku seramah mungkin.

" Kamu dokter disini?" Tanyanya lagi.

" Bukan Nek!" Jawabku sambil tersenyum.

" Kamu artis ya? Yang seperti di tv itu?!" Kini pertanyaan nenek disebelahku mulai tidak masuk akal. Apa dia mengira wajahku mirip dengan artis di televisi?

Aku mengernyitkan dahi menatap nenek itu. Namun aku tetap tersenyum walaupun aku sendiri sebenarnya tidak ingin tersenyum saat ini.

" Dandanan kamu kayak artis yang ada di tv-tv itu!" Tambah nenek itu lagi.

Aku semakin tidak mengerti, apa yang salah dengan dandanan ku saat ini? Aku melihat apa yang sedang aku kenakan lagi. Sepatu highhells, tas branded, dress selutut dan kalung sebagai aksesoris. Aku kembali menatap nenek itu, nenek itu tampak tersenyum dan berdiri dari sampingku. Berjalan meninggalkanku yang masih kebingungan disana.

Aku menatap kesekelilingku, memang tidak terlihat orang yang berdandan seperti yang ku kenakan saat ini. Apa pakaian ku terlalu heboh untuk hanya sekedar pergi kerumah sakit? Kini suasana hatiku benar - benar berubah buruk. Padahal aku hanya ingin berpenampilan menarik saat ini, dan itupun ku lakukan untuk menarik perhatian seseorang.

" Tunggu, apakah kini aku mengakui bahwa aku sedang tertarik pada..... DOKTER ALVIN?!" Pikirku frustasi.

" Hei, ternyata kamu disini!" Ucap seseorang menyapa dari belakang tempatku sekarang. Aku sedikit terperanjat, tidak menyangka kalau harus bertemu dengannya lagi dengan suasana hati ku seperti ini.

" Kamu kemana aja? Dari tadi aku nyariin kamu!" Kini Dokter Alvin sudah duduk disampingku.

" Aku capek!" Jawabku singkat.

Dokter itu nampak terkekeh mendengar jawabanku. Aku pun menoleh kearahnya dan mendapati Dokter Alvin yang masih menatapku.

"Gimana nggak capek, kamu udah jalan lama pake highhells setinggi itu!" Ucap Dokter Alvin yang akhirnya menyadarkanku, bahwa memang dandananku sekarang sepertinya salah tempat!"

" Oh, jadi bener ya kalo dandanan aku ini heboh!"

" Aku nggak bilang lho... cuma nggak bagus buat kesehatan kamu kalo selalu memakai sepatu kayak gitu!" Sanggah Dokter Alvin atas perkataanku. Benar juga, akupun pernah belajar tentang itu. Tapi kan ini fashion, dan aku menyukai hal itu.

" Dari pada kamu murung disini, gimana kalo ikut aku keluar?" Ajak Dokter Alvin lagi padaku.

Aku pun menatapnya dengan sedikit malu akan penampilanku sekarang. Tapi sepertinya dia tidak begitu memperdulikannya, terlihat dari caranya menatap ramah padaku. Aku pun mengangguk setuju atas ajakannya. Kami pun berjalan beriringan keluar dari rumah sakit itu.

DOKTER, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang