Part 13

7.8K 222 17
                                    

Aku membereskan barang-barangku yang ada di sofa ruangan ini. Sekarang aku harus segera pulang mengingat Dokter Alvin yang pasti akan kemari setelah selesai memeriksa pasiennya. Sudah beberapa jam aku di ruangan Tiara dan Dokter Alvin tidak kunjung kembali ke sini, akhirnya kuputuskan untuk tidak lagi bertemu dengannya sama sekali karena aku sudah terlalu marah untuk kebohongannya.

Saat aku kembali untuk memeriksa Tiara yang sudah tertidur lagi, seseorang membuka pintu dan membuatku terkejut.

"Mey, kamu mau ke mana?" tanya Dokter Alvin.

"Pulang," jawabku ketus. Tidak ada nada bersahabat dari caraku menjawabnya.

"Mau aku antar?"

"Nggak perlu." Aku memalingkan wajahku darinya, berjalan menjauh dari ranjang Tiara menuju pintu ruangan itu.

"Mey, kamu kenapa?" tiba-tiba Dokter Alvin memegang pergelanganku untuk mencegahku pergi dengan situasi kami yang seperti ini.

"Nggak papa," jawabku. "Udah selesai kerjaannya? Ya sudah, kalau begitu lebih baik kamu temui wanita itu."

"Wanita? Siapa? Maksud kamu apaan?" Terlihat raut wajah Dokter Alvin yang bingung dengan kata-kataku.

Aku tidak ingin berdebat dengannya di sini, hingga aku berusaha melepaskan tanganku dan segera pergi dari hadapannya.

"Mey... Mey tunggu!" Dokter Alvin berusaha mengejarku, tapi aku juga mempercepat langkahku hingga sampai di depan mobilku.

"Mey maksud kamu apaan?" tanya Dokter Alvin lagi.

Aku mendengus sebal, "Sepertinya bukan cuma aku yang bodoh di sini. Apa harus kuterangkan lagi? Aku udah tau semuanya, jadi kamu nggak perlu lagi harus bersikap baik sama aku."

"Maksud kamu apaan? Aku nggak ngerti." Kini raut wajah Dokter Alvin berubah serius.

"Aku tau kenapa telpon kamu nggak aktif. Aku tau ke mana aja kamu pergi, aku tau siapa yang udah nelpon kamu, aku juga tau siapa yang kamu temui di parkiran ini tadi pagi."

"Tapi Key, dia itu --"

"Udah, aku nggak mau denger penjelasan kamu. Sekarang aku cuma mau pulang!" Aku membuka pintu mobil dan dengan cepat masuk ke dalam meninggalkan Dokter Alvin yang memanggilku dari luar.

"Key, dengerin penjelasan aku dulu. Key..." Panggilan Dokter Alvin padaku tak lagi kuhiraukan. Aku segera melajukan mobilku meninggalkannya sendiri di halaman rumah sakit itu.

***

Bodoh....

Gue bodoh....

Aku terus mengumpat pada diriku sendiri. Tiap aku melihat diriku di cermin, sebuah kata yang sama selalu terlukis di benakku. Betapa bodohnya aku sampai tidak sadar bahwa Dokter Alvin hanya mempermainkanku. Sudah beberapa hari sejak pertengkaran kecil itu, aku tidak lagi melihatnya. Aku juga tidak lagi pergi ke rumah sakit untuk menengok Tiara. Aku hanya mendapatkan kabar kondisinya dari papa, yang juga heran kenapa aku kembali ke sifatku dulu, yang enggan pergi ke rumah sakit.

Dokter Alvin juga sering menghubungiku, walaupun tidak ada satupun yang pernah kubalas. Papa juga pernah bertanya tentang hubungan kami, tapi aku selalu menghidar dari pertanyaan itu dengan mengganti topik pembicaraan. Aku tidak ingin mencampurkan pekerjaan Dokter Alvin dengan hubungan kami, karena aku yakin tinggal menunggu waktu sebelum hubungan ini benar-benar berakhir.

"Mey, kapan kamu ke rumah sakit lagi? Dokter Alvin selalu menanyakan kabar kamu, apa kalian baik-baik saja?" tanya Papa yang entah sudah keberapa kalinya dalam minggu ini.

DOKTER, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang