Bagian 2

1.8K 204 45
                                    

Auhtor POV

Yuki, Aly, El, Gibran dan Brandon tiba di sekolah mereka. Salah satu sekolah menengah atas  negeri di Jakarta. Aly memarkirkan mobilnya sementara Yuki dan lainnya segera melompat turun dari mobil.

"Wah gawat, pelajaran pertama kan Pak Kumis guys, bisa kena semprot lagi kita pagi ini. Buruan onta Arab, keburu Pak Kumis menginjakkan kakinya lebih dulu di kelas kita." Teriak Brandon pada Aly.

"Ya ampun pake ngaca lagi, si Gibran juga pake benerin mukanya segala. Kalau jelek mah, udah jelek aja, biarpun ngaca berkali- kali tetap nggak bakalan berubah tuh muka. Kasihan kacanya mobilnya Aly bisa retak harus nangkap muka lo terus." Lanjut El yang sudah begitu kesal melihat tingkah Gibran yang masih serius memperhatikan wajahnya di kaca mobil.

"Buset dah, kaya ibu- ibu lo pada. Bawel banget." Aly melompat dari mobilnya yang memang tak memiliki atap.

"Udah buruan nggak usah berantem." Yuki membentak keempatnya yang langsung diam membeku.


Yuki dan keempat sahabatnya memang selalu satu kelas sejak dulu. Mereka berlima seperti semut yang selalu berjalan beriringan tak pernah terpisahkan. Sosok Yuki yang memang cenderung tomboy dengan gaya metalnya membuatnya tak memiliki teman perempuan. Meski demikian, Yuki tak pernah merasa kekurangan. Kehadiran empat pemuda aneh tersebut dalah hidupnya setiap hari membuatnya cukup memiliki kebahagiaan untuk menikmati masa muda yang menyenangkan.

Yuki dan sahabtanya memasuki kelas. Yuki duduk bersama seorang siswi pendiam yang baru saja pindah sebulan lalu. Kebiasaan Yuki yang tak pernah lepas dari emat sahabatnya serta sikap dingin dan pendiam siswi baru tersebut membuat mereka tak pernah sekalipun bertegur sapa kecuali jika mereka diharuskan bekerja sebangku. Yuki tak pernah ambil pusing dengan semuanya. Setelah bel istirahat, tanpa komando, Yuki dan keempat lelaki yang selalu mengekorinya sudah menghilang dari kelas. Entah ia di ruang musik, latihan menyanyi. Entah di kantin mengisi kampung tengah. Ataupun mereka sedang di ruang BK, dihukum dan diceramahi karena ulah mereka yang terkesan jahil dan suka bolos.

Yuki membuang tas di ats mejanya, kemudian membaringkan wajahnya di atas tasnya itu. Pandangannya menangkap sosok siswi pendiam yang misterius di sampingnya yang tak pernah lepas dengan earphonenya kecuali jika guru sedang di kelas. Tampilan yang sangat berbeda denga Yuki. Wajah imut dengan penampilan girly serta sangat feminim. Sedangkan Yuki, rambut pirangnya hanya diikat asal berantakan. Wajah tanpa polesan bedak dan tanpa sentuhan make up sama sekali.

"Ah, kirain Pak Kumis itu udah dateng, tumben yayang lo terlambat Yuk." Brandon yang duduk berdua dengan Aly di belakang Yuki memukul mejanya. Sedangkan El dan Gibran duduk di depan Yuki.

"Woe, berisik tau. Gue mau tidur dulu. Bangunin gue kalau noh Pak Kumis udah nongol." Bentak Yuki kemudian mencoba memejamkan matanya.

"Aly, sapa dong Si Prilly. Udah sebulan, dan  lo belum berani ngajak dia kenalan kek, ngomong sesuatu kek. Lo mah cuman natapin dia terus dari belakang." Ucap Brandon.

"Apaan sih lo. Buat apa juga gue nyapa dia, nggak penting. Lagian gue ngeliat ke depan tuh ngeliatin papan tulis. Yah kebetulan aja dia duduk depan kita." Jawab Aly membela diri.

"Ya elah pake gengsi aja lu. Lo ngomong gih." Brandon mendorong lengan Aly.

"Eh China, lepasin nggak." Aly melepaskan tangan Brandon.

"Woy woy woy....Berisik banget tau. Lo yah, gue lagi enak- enak tidur lo gangguin. Kagak ada yang boleh gangguin gue tidur yah." Teriak Yuki pada Aly dan Brandon yang terdiam membisu.

Yuki tidak mengetahui jika Pak Kumis, sebutan untuk guru Bahasa Inggris mereka sudah berdiri menjulang di samping kursi Yuki. Aly dan Brandon yang terus memberi kode justru tak dipedulikan oleh Yuki.

Mr. Dugem Vs Miss MetalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang