Reid the Hunter

465 5 2
                                    

Arcas berjalan menyusuri jalan setapak di kaki bukit. Sudah setengah hari sejak ia meninggalkan rumah. Tujuannya tak lain adalah Kota Isadora yang merupakan ibukota dari kerajaan MAGNATHIA, kerajaan yang menguasai hampir seluruh daratan di benua ini.

Untuk mencapai Isadora membutuhkan waktu hampir dua puluh hari perjalanan dari Desa Welvarendia, desa dimana Arcas berasal. Dan untuk menuju kesana akan melewati 2 buah kota kecil yaitu Kota Malva dan Kota Neola.

Namun Arcas terlihat sangat bersemangat walaupun ia tahu perjalanan yang akan ia tempuh sangat jauh. Ia terlihat gagah dengan pakaian lengkap yang menjadi ciri khas seorang archer, sebuah baju tanpa lengan yang dilapisi kulit pada bagian dada kanan hingga ke pundak, sarung tangan setengah jari membungkus kedua tangannya hingga hampir sampai ke siku. Tak lupa sebuah mantel panjang lengkap dengan tudung kepala yang menutupi rambut hitamnya. Dipunggungnya tergantung belasan anak panah dalam tempatnya. Dan di tangan kanannya ia menenteng sebuah busur sepanjang  satu meter berwarna hitam dengan ukiran berwarna emas di sepanjang lengan busurnya.

"Busur ini merupakan pemberian Gandar, sang Kepala Archer Kerajaan. Ia memberikannya padaku sebagai penghargaan atas apa yang terjadi saat pertempuran besar di Welvarendia dua belas tahun lalu.. " Vasen menjelaskan tentang busur yang di pegangnya pagi tadi saat Arcas bersiap berangkat.

"Bawalah..!! Kau lebih memerlukannya daripada aku..!!" ia pun menyerahkannya pada Arcas.

Arcas memperhatikan kembali busur yang ia bawa, memang busur ini jauh lebih ringan dari semua busur yang pernah ia pakai, namun yang menjadi perhatiannya adalah simbol ukiran burung phoenix yang terukir di kedua ujung busur ini. "Pasti yang membuatnya seorang yang hebat.." gumamnya.

Dari kejauhan samar-samar telah terlihat gerbang masuk Kota Malva, Arcas pun mempercepat langkahnya. Ia ingin segera mencari rumah makan untuk mengisi perutnya yang dari tadi telah keroncongan.

 Di dalam rumah makan Arcas duduk dimeja paling kiri. Ia tengah menikmati makanannya sambil memperhatikan keadaan dalam rumah makan itu. Rumah makan itu tidak terlalu besar namun pengunjungnya cukup padat, mungkin karena memang masakannya yang memang lumayan enak, pikir Arcas.

Pemiliknya pasti pria tengah baya berbadan lumayan gemuk yang dengan ramah menyapa tiap tamu yang masuk itu, tebak Arcas.

Didepan mejanya tampak seorang pemuda berrambut merah tengah duduk membelakangi Arcas.

Ia terlihat menyantap makannya dengan sangat lahap, dapat dibilang rakus malah manurut Arcas. 

"Hey Paman, tambah satu piring lagi..!!!!" pemuda itu berteriak pada pemilik kedai.

"Gila, nafsu makannya besar sekali.. "Arcas menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sudah 3 piring yang dihabiskan pemuda itu.

"Huaa.. Kenyaaang.. Paman, masakanmu benar-benar enak!!!" lagi-lagi pemuda itu berteriak.

"Benar-benar orang yang cuek..." pikir Arcas dalam hati.

Pemuda itu lalu meletakkan beberapa keping uang di meja nya seraya berdiri hendak menuju pintu.

Arcas memperhatikannya, tingginya tak berbeda jauh dengannya, namun dengan tubuh yang lebih berotot di banding tubuh kurus Arcas. Mungkin seorang pemburu bila dinilai dari  pakaian yang dikenakannnya, Arcas memperhatikan. Pemuda itu juga menenteng sebuah pedang bergagang hitam dengan beberapa ukiran.Jelas dia adalah tipe seorang Warrior yang mahir dengan senjata-senjata berat.

Sepertinya pemuda itu merasa di perhatikan, ia menoleh ke arah Arcas. "Hey..." ia lagi-lagi berteriak. Arcas langsung buru-buru mengalihkan pandangannya pada piringnya dan berpura-pura makan.

MagnathiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang