Arcas dan Reid baru beberapa langkah dari gerbang kota Malva ketika tiba-tiba terhenti karena mendengar teriakan ke arah mereka.
"Hey tunggu... Kalian berdua... !!".
Arcas dan Reid pun berbalik dan melihat seorang pemuda jangkung berlari dengan terengah-engah mengejar mereka.
Pemuda itu langsung jatuh terduduk sambil terengah-engah memegang dadanya.
"Aaah.. Akhir.. nya... Aku.. berhasil mengejar.. ka...lian..." ia berkata dengan nafas masih memburu.
Arcas memperhatikan pria itu. Jelas tingginya melebihi ia dan Reid, rambutnya yang lurus putih keperakan diikat ke belakang dengan pita putih yang senada dengan warna jubahnya. Wajahnya oval panjang pas dengan kacamata yang ia kenakan. Tangan kanannya menggenggam tongkat sihir berwarna putih dengan ukiran ukiran berwarna hijau dan coklat.
Seorang penyihir, tebak Arcas.
" Siapa kau dan apa maumu..?" Reid bertanya.
" Sebentar, biarkan aku merapikan dulu rambutku yang berantakan ini..." ia lantas berdiri kemudian mulai merapikan rambutnya.
" Ehh...????" Reid hanya bisa melongo memperhatikan pemuda itu merapikan rambutnya
" Menjijikkan, seorang pria yang berdandan..." Reid mendungus kesal.
" Well, aku tidak mengharapkan BOCAH HUTAN sepertimu untuk mengerti artinya "Keindahan".." pemuda itu menjawab acuh tak acuh.
"BOCAH HUTAN KATAMU..???!!" Reid mulai kesal dengan kelakuan pemuda ini.
Melihat gelagat kurang baik ini Arcas segera menengahi, "Sudah sudahlah... Jangan mempermasalahkan hal kecil..!".
" Tolong jelaskan apa yang kau inginkan dari kami..?" Arcas mengulang pertanyaan Reid.
" Baiklah, namaku Eustace Eranthe.. tapi kalian bisa memanggilku Zeth... " Jawabnya seraya mengulurkan tangan.
"Hah..?? Nama panggilanmu tak ada hubungannya sama sekali dengan nama aslimu... " Reid memotong bingung.
" Memang tidak ada... " Zeth menjawab santai.
Reid dan Arcas bertatapan. " Lalu mengapa kau dipanggil Zeth..?" Arcas menambahi.
"Well, karena menurutku itu nama yang elegan dan para wanita akan mudah mengingatnya.. " Zeth menjawab lagi-lagi acuh tak acuh.
Reid menepuk jidatnya kesal. Arcas hanya bisa tersenyum.
Arcas dan Rei bergantian menjabatnya. " Namaku Arcas dan ini Reid." Arcas menjelaskan.
" Ya aku sempat mendengar pembicaraan kalian di kota tadi. Kalian akan ke ibukota kan.. ??"
" Begitulah.. " jawab Arcas.
" Bagus sekali... " Zeth tersenyum lebar. " Aku pun ingin pergi ke ibukota..."
" Lalu apa hubungannya dengan kami...???" potong Reid.
"Perjalan ke ibukota itu sangat jauh dan berbahaya... banyak rampok dan binatang liar serta monster sihir..."
"Ya kami sudah tahu hal itu..lalu??? " Reid memotong lagi.
" lalu.. menurutku aku akan lebih aman bila pergi bersama kalian.." lanjut Zeth santai sambil merapikan jubahnya.
"Orang ini hanya memikirkan diri sendiri ya.." Reid menepuk jidatnya lagi.
Arcas terkikik melihatnya. " Maaf Zeth, tapi ini bukan perjalanan main-main... kami tak bisa membawamu."
" Ya benar, kau pulang sajalah, dan main dengan teman-teman wanitamu.." ejek Reid sambil melangkah pergi. "Ayo Arc, tinggalkan saja si pesolek itu..!!"
Arcas baru akan melangkahkan kakinya ketika Zeth mengarahkan telapak tangan kirinya ke arah Reid...
Dan tiba-tiba akar pohon muncul dari dalam tanah.. Reid pun tersandung dan terjatuh.
" Hey penyihir pesolek, ini perbuatanmu ya???" Reid kesal dan melemparkan sepatunya yang terlepas ke arah Zeth.
"CONTEGO " Zeth mengangkat tongkatnya ke depan.
Seketika muncul kilasan cahaya putih membentuk tabir transparan di depan Zeth. Sepatu Reid terpental saat menyentuh tabir itu.
Zeth menurunkan tongkatnya dan tabir itu pun lenyap. " Kau lihat Archer, aku cukup berbakat sebagai seorang Mage.. " katanya.
"Mage..??" Arcas antara bingung dan kagum.
"Penyihir, Arc, Penyihir..." teriak Reid.
Arcas mengangguk.
" Kalau kau cukup kuat, kenapa tidak pergi sendiri saja,..??" teriak Reid lagi sambil berusaha memakai kembali sepatunya.
" Well, berbeda dengan bocah hutan sepertimu, aku tidak suka berkelahi..."
"Hmmph.. bocah manja..." Reid mengejek.
" Terserah apa katamu, bocah hutan aku hanya tidak suka dengan kekerasan.."jawab Zeth cuek.
"Jadi bagaimana..?! aku boleh ikut..??" tanyanya lagi.
Arcas melihat ke arah Reid.
"Terserah kau saja, Arc!? " seru Reid.
" Baiklah, Zeth... kau boleh ikut..." Arcas tersenyum pada Zeth.
" Bagus..!! Baiklah ayo berangkat.. !" Zeth langsung melangkah pergi.
" Ayo cepat bocah hutan..!" ledeknya pada Reid ketika melewatinya.
Reid langsung berlari mengejarnya.
Arcas tertawa kecil melihat kelakuan kedua teman barunya itu. Setidaknya perjalanan ke ibukota tidak akan membosankan, pikirnya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Iseng-iseng gambar sket ketiga tokoh utama kita, kira- seperti ini lah gambarannya.. :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Magnathia
FantasyArcas adalah seorang Archer yang bercita-cita menjadi seorang Archer Kerajaan Magnathia, ikuti petualangannya untuk mewujudkan cita-citanya bersama teman-teman baru yang ia temui selama perjalanan.