#Part 4

80 3 0
                                    

"Nona,  ayo bangun....  Nanti Anda telat berangkat ke sekolah.  Nona.... "

"  hmmm,  bentar....  5 menit lagi~"

" Tapi ini sudah ke 4x nya Nona bicara seperti itu.  Ayo Nona ini sudah pukul 8 kurang 5 menit "

"  eeehhhh?!  Apa?!  Kenapa gak bangunin aku dari tadi?!  " Mirai langsung berlari menuju lemari berniat mengambil baju seragammnya dan menggantinya di kamar mandi.

" maafkan saya Nona,  saya sudah mencoba beberapa kali membangunkan Anda tapi Anda sulit sekali untuk dibangungkan"

" eeehhhh?!! " Mirai terkejut saat melihat isi lemari yang baru saja dia buka. Semuanya berisi baju laki-laki. Dia lalu memutar badannya dan menelusuri seluruh isi ruangan dengan pandangannya.

" NANI?!!! kenapa aku ada disini?!" Mirai memegang kepalanya.  Tidak habis pikir kenapa dia bisa berada di kamar yang bukan miliknya.  Dia lalu melihat pelayan yang membangunkannya tapi bukan juga pelayan yang biasa mengurusinya. 

" Maaf Nona,  kemarin Anda menginap di kediaman keluarga Arioka.  Anda menemani Tuan Arioka yang sedang demam sampai tertidur.  Dan Tuan Besar menyuruh kami para pelayan untuk tidak mengganggu....  Jadi... "

"  Stop! Ok,  aku ingat semua sekarang.  Sudah cukup.  Dan tolong tinggalkan aku sendiri.  Aku akan bersiap dan memanggilmu kembali jika sudah selesai.  Terima kasih" Mirai memberi isyarat agar pelayan keluarga Arioka itu pergi.  Dia menundukkan kepalanya.  Perlahan melangkah mundur sehingga punggungnya menabrak pintu lemari.  Kakinya mulai lemas.  Dia terduduk sambil memegang kepalanya yang terasa berat.

" aish... Apa yang sebenarnya terjadi?  Apa maksud dari semua ini?! Kemarin itu bukan mimpi kan?! " ucapnya pada dirinya sendiri.

-------

Flashback on (Mirai POV)

" PERGI!! "

Daiki berteriak tepat didepanku. Aku menitikkan air mata. Sakit sekali melihat orang yang kita sukai menyuruh kita pergi disaat kita sedang mengkhawatirkan dirinya. " sudah cukup aku gak bisa terima semua sikap egois kamu lagi Dai-chan" aku berbicara didalam hati.  Bibir ini tak sanggup lagi untuk berkata didepannya. aku berlari keluar kamar.  Aku benar-benar ingin pergi jauh jika memang itu yang dia inginkan.

Tapi tiba-tiba saja tangannya menahanku.  Dia memelukku lalu menciumku.  Untuk beberapa saat itu cukup membuat tubuhku kaku.  Aku bisa merasakan nafasnya mengenai pipiku,  hangat.  Sebelum aku tersadar tubuh Daiki mulai ambruk.  Demamnya sangat tinggi.  Dan ketika aku mencoba untuk membantunya berdiri, Daiki bergumam pelan.  " Jangan pergi, kumohon jangan pergi. Mirai-chan jangan tinggalkan aku "

Daiki sepertinya setengah tersadar, suhu badannya terasa sangat panas. Tapi dia tidak mau melepaskan aku dari pelukannya.

"Dai-chan,  sebenarnya apa yang terjadi? " aku bergumam ditelinganya saat aku balas memeluknya.

Seseorang masuk kedalam kamar.  Syukurlah ternyata Tuan Arioka sudah pulang.  Beliau membantuku membopong tubuh Daiki dan menidurkannya kembali dikasurnya.  Paman memanggil pelayan untuk mengurusi Daiki.  Demamnya cukup tinggi dan membuatnya tak sadarkan diri.  Dia terus memanggil namaku dan tangannya terus mencari keberadaanku. Tapi matanya masih tertutup.  Sungguh aku tak sanggup jika harus pergi seperti kemauannya.

Aku menggapai tangannya.  Dan duduk di samping ranjang didekatnya. 

"Aku disini Dai-chan, beristirahatlah aku tidak akan pergi kemana-mana "

Daiki sepertinya mendengar ucapanku.  Dia mulai tenang dan tertidur lelap.  Mungkin obat yang diberikan pelayan sudah mulai bekerja. 

Aku terus menunggu Dai-chan, tangannya menggenggam tanganku erat. Paman yang tadi sempat pergi untuk membawakan obat kembali masuk kedalam kamar. 

A Selfish GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang