"DOR!!!" seseorang menepuk pundak Hikaru dari belakang. Hikaru yang sedang melamun sontak merasa kaget dan langsung berdiri.
"Ah~ Mio!!! Kau mau bikin jantung aku berhenti ha?! " Hikaru mengusap dadanya. Jantungnya berdetak kencang. Tapi gadis didepannya malah tertawa tanpa merasa bersalah. Hikaru yang melihatnya langsung memiliki ide jahil untuk membalas.
" itte te te te.... " Hikaru memegang dadanya dan mulai berakting kesakitan.
" eh, Hika. Kau tidak apa-apa?! "
" en... Entahlah. Argkh... Dadaku sakit.. "
" Eh?! Apa kau sedang sakit? Maaf tadi aku mengagetkanmu. Aku tak bermaksud... " Mio mulai panik, dia menggandeng tangan Hikaru dan membantu Hikaru duduk kembali. Dia mengeluarkan sapu tangannya dan mencoba mengeringkan rambut dan wajah Hikaru yang masih tersisa tetesan air hujan.
" Apa masih sakit? Mau aku pinjamkan jaket ku agar kau tidak kedinginan Hika-chan? " Mio mulai merasa bersalah karena mengagetkan Hikaru tadi.
Melihat ekspresi wajah Mio akhirnya Hikaru pun kalah. Dia tersenyum lalu memegang tangan Mio yang tengah mengelap wajahnya dengan saputangan.
" Hihihi... " Hikaru tertawa kecil memamerkan gigi nya yang tidak rapih tapi membuatnya sangat tampan ketika tertawa.
" Hika-chan, kau kenapa? Kepalamu sakit?! " Mio mengernyitkan sebelah alisnya. Takut sesuatu yang buruk mempengaruhi sistem kerja otak temannya itu." Ba~ ka~, atashi wa daijoubu! Jodan dayo" Hikaru berbicara setengah menahan tawanya. Hikaru menyilangkan tangannya bersiap jika seseorang akan marah dan memukulnya.
"HIKARU!!!!!! Kau membuatku panik! " Mio mulai cemberut dan memukul tangan Hikaru pelan.
" ahahaha siapa suruh mengagetkanku dari belakang. Untung jantungku baik-baik saja " Hikaru memegang kedua tangan Mio. Mereka saling pandang lalu beberapa detik kemudian tertawa bersama.
" Ekhm! " seseorang Nenek tua yang duduk disebelah Hikaru berdeham. Sepertinya Dia sedikit terganggu oleh suara berisik yang dikeluarkan Mio dan Hikaru.
Mio dan Hikaru lalu serempak mengucapkan maaf dan melepas genggaman tangan mereka. Mereka hanya saling pandang dan tertawa kecil.
" Ah, andai waktu bisa berhenti. Aku ingin terus bercanda bersama dengan Mio lebih lama lagi. Tapi Kamisama tolong keringkan bajuku dulu ya~ dingin~ " Hikaru berkata dalam hati sambil memeluk badannya sendiri. Bajunya yang basah membuat badannya sedikit menggigil.
Mio yang melihat Hikaru kedinginan lalu membuka jaket yang ia kenakan.
" Pakailah, aku pakai blazer seragam sekolahku jadi aku tidak apa-apa" Mio membuka jaketnya lalu memberikannya kepada Hikaru.
" tapi.... "
" Sudah, cepat pakai. Kalau tidak aku tidak akan mau berbicara lagi padamu" ancam Mio
Hikaru yang tidak punya pilihan lain juga karena rasa dingin yang menjalar di seluruh tubuhnya akhirnya menerima jaket Mio dan memakainya.
" Bukannya aku tidak mau. Tapi aku terlihat konyol dengan jaket perempuan polkadot berwarna pink dan putih ini" Hikaru berdiri dan memutarkan badannya. Memperlihatkan jaket yang ia kenakan dengan wajah cemberut.
"Ahahahahahaha... Hika-chan kawaii " Mio tidak dapat lagi menahan tawanya. Mio memegang perutnya yang sakit karena terus tertawa.
Hikaru pura-pura marah. Tapi tak lama kemudian ikut tertawa. Melihat gadis yang disukainya tertawa membuatnya ingin tertawa juga. Sepertinya cinta sudah membuat otak Hikaru bekerja diluar kehendaknya.
"EKHM!!!! " Nenek yang tadi berdeham sekarang berdeham lebih keras sambil menatap sinis Hikaru dengan jaket polkadotnya. Sekali lagi Hikaru dan Mio meminta maaf dan menundukkan sedikit kepalanya. Tak lama kemudian bus pun datang. Mereka lalu menaiki bus itu bersama.
Takimoto Miori, seorang gadis yang baru saja dikenal Hikaru satu minggu yang lalu. Mereka tidak sengaja bertemu ketika Hikaru pulang sekolah sendiri dihari yang hujan, seperti sekarang Mio menyapanya tanpa ragu dan mengulurkan saputangan untuk menyeka air hujan di wajah Hikaru. Hikaru benar-benar jatuh cinta pada sifat dan pembawaan Mio yang ceria dan bebas. Tanpa canggung mereka berdua mulai akrab sejak pertemuan pertama.
Sungguh beruntung ternyata bus yang mereka tumpangi tidak begitu penuh. Hikaru dan Mio duduk bersama didekat jendela. Mereka berbincang dan bercanda seperti biasa. Mereka benar-benar menikmati waktu yang mereka lalui bersama.
"Ah aku turun dishelter berikutnya " ujar Mio secara tiba-tiba.
" eh? Bukannya shelter rumahmu masih jauh? "
" un. Tapi mulai hari ini aku kerja part time di sebuah cafe didekat daerah sini "
" souka, tapi untuk apa kerja part time? "
" aku ingin sekali pergi ke Taman Bermain Disney Land dengan uangku sendiri. Itu impianku sejak kecil. Sepertinya itu akan sangat menyenangkan. Hehehe alasanku pasti aneh kan? "
" tidak, aku rasa itu bagus. Pasti menyenangkan jika benar-benar bisa pergi"
" un. Atashi wa Gamabarimassu!! "
" un! Ganbatte! Ah ano, bolehkah kita saling bertukar alamat email? "
" tentu saja" Mio mengambil buku catatan kecilnya dan menuliskan sesuatu diatasnya.
" kore, itu alamat email-ku aku tunggu email darimu ya Hika-chan " Mio merobek sedikit kertasnya dan memberikannya kepada Hikaru. Mio lalu berdiri dan pamit karena shelter tujuannya sudah dekat." jya ne! " Mio melambaikan tangannya dan turun dari bus.
Hikaru masih menatap kertas ditangannya. Bahkan dia tidak membalas salam perpisahan dari Mio. Jujur Hikaru sedikit takut ketika dia meminta bertukar alamat email. Dia masih tidak percaya jika sekarang dia bisa terus berkomunikasi dengan Mio meski tidak bertemu secara langsung. Hikaru menatap jendela dan mencari sosok gadis yang dia suka. Dia tersenyum saat mendapatkan siluet yang dia cari. Dia bergumam.
" Kamisama, kuharap Engkau berbaik hati untuk memberikan satu bidadari Mu kepadaku. Bidadari yang bernama Tokimoto Miori "
Ah.... Jatuh cinta membuat Hikaru menjadi sedikit mellow. Dia terus tersenyum sambil menatap kertas ditangannya.
" Hari ini sungguh indah. Semoga apa yang dikatakan Ino itu kenyataan. Aku dan Mio ditakdirkan untuk bersama"
Wajah Hikaru memerah dia malu pada perkataannya sendiri.
Musim semi di musim hujan telah bersemi didalam hati Hikaru.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Selfish Guy
Novela Juvenil" Sudah aku bilang kalau ini semua yang benar-benar aku inginkan! Berhentilah memerintahku!!!" "BRAKKK" Sekali lagi Daiki mengulang perkataannya semalam kepada Arioka-san, Ayahnya. Entah sudah berapa kali mereka bertengkar hanya karena keegoisan...