Well, this is my first fanfiction. Maaf kalo bahasanya masih agak atau bahkan berantakan hehe. Baca dulu laaa sampe part 3 atau 4 if you didnt it like then u can stop reading this story. Thankyouuu xx
♤♡♤♡♤
"Yeah mom i can take care of myself, okay? Just dont worry about me"
"......."
"Okay okay. Ill be fine"
"........."
"Allright, byeee. Love you"
"Huuhh" aku menghela nafas setelah menerima telepon dari ibuku. Ia melihat berita ditelevisi tentang banyaknya kasus pembunuhan, pemerkosaan, penculikan anak untuk diperjual belikan serta pembegalan yang sering terjadi akhir akhir ini. Ia selalu menelponku sedikitnya satu hari sekali untuk mengetahui bagaimana keberadaanku. Aku baik baik saja, aku sudah berumur 18 tahun dan aku cukup dewasa bahkan mungkin aku sangat dewasa untuk mewaspadai hal hal seperti itu. Dia hanya terlalu berlebihan mengkhawatirkanku.
"Siapa? Ibumu?"
"Tentu. Siapa lagi?" Jawabku dan justin hanya tertawa mendengarkan jawabanku. Ia tahu bahwa ibuku selalu meneleponku akhir akhir ini. Bahkan ibu menitipkanku pada justin. Ibu percaya pada justin untuk menjagaku. Orang tuaku berada di London, sedangkan aku berada di Los Angeles. Aku berpisah dengan orangtuaku sejak aku berumur 16 tahun. Berpisah dalam hal yang baik.
"Yasudah, lets go" justin menarik tanganku untuk segera keluar dari apartemenku. Dia berencana mengajakku makan siang di restaurant Italia yang baru saja dibuka 3 hari yang lalu.
"Sebentaaaaarr mau ambil tas" kataku lalu justin melepas genggamannya. Aku kembali kekamar untuk mencari tas kesayanganku berwarna ungu. Aku tidak menemukan tasku diatas kasurku. Padahal aku meletakkan tas tersebut tepat diatas kasur setelah aku memakai make up. Aku mendengar langkah kaki berjalan kearahku.
"Lama banget sih" kata justin seraya ia menyilangkan tangannya didepan dada.
"Haduhh tasku nggak ada" kataku sambil mengobrak abrik lemari khusus tas.
"Kamu taruh dimana tadi?"
"Tadi aku taruh diatas kasur kok. Tapi pas aku cari gaada"
"Yakin kamu taruh diatas kasur?"
"Iya, serius tadi aku lempar kekasur habis pake lipgloss"
"Yaudah pake tas yang lain aja"
"Nggak ada yang bagus"
"Itu tuh yang hijau bagus"
"Yang ini?" Kataku sambil mengangkat tas hijau tua bermotif batik. "Nggak ah"
"Yaudah gausah pake tas"
"Nggak mau. Bantuin cari dong just" kataku sambil berputar kearah justin dan memberinya sebuah cengiran dari bibirku. Justin hanya memutar matanya dan berjalan keluar kamarku. Astagaa. Dasar justin.
Aku kembali mengacak semua sudut diruanganku. Mulai dari kamar mandi, lemari baju, kasur, meja belajar, kolong lemari, lemari TV. Hasilnya pun nihil.
"Astagaaa dimanasih" aku menarik kursi untuk memanjat keatas lemari mencari tas kesayanganku. Baru saja aku ingin berjinjit, suara seseorang mengagetkanku.
"Yang ini bu-astagaa! What are doing?!!" Suara justin membuatku hampir kehilangan keseimbangan. Justin berlari kearahku.
"Shit! Justin! Jangan teriak! Untung nggak jatuh ugh" kataku sambil turun dari kursi dibantu olehnya. Ia hanya terkekeh melihat reaksiku. Dasar justin, bukannya nolongin malah diketawain.
"Kamu ngapain naik lemari?" Katanya yang masih tertawa.
"Baru mau naik tadinya, tapi kamu kagetin jadinya nggak jadi dan aku hampir aja jatuh. Aku lagi cari tas diatas lemari dan please ngga ada yang lucu buat kamu ketawain. So just shut up"
"Im so sorry but i found your bag" katanya. Masih dengan suaranya menahan tawa.
"Ish sini mana tasku" justin memberikan tas tersebut kepadaku. Aku berjalan keluar kamar dan justin mengikutiku dibelakang. Mengambil kunci apartment diatas gantungan lalu mengunci apartmentku.
Kami pun menuju parkiran. Justin merogoh kunci mobil yang berada di sakunya dan memencet tombol unlock pada kunci tersebut. Ia langsung masuk ke kursi kemudi, sedangkan aku duduk dikursi sebelahnya. Justin menancapkan gasnya dan melaju keluar apartmenku dengan kecepatan sedang. Jalanan siang ini cukup padat tetapi lancar. Aku memutar tubuhku untuk meraih kaset band favoritku yang berada di kursi belakang.
"Aduh seksi" aku melihat justin menyeringai kearahku, aku hanya menghela nafas dan memutar mataku. Ia terkekeh.
"Dasar mesum"
"Bukan aku yang mesum. Siapa suruh pakai rok pendek" katanya lalu terkekeh. Aku hanya mengabaikannya dan memutar kaset band favoritku lalu membesarkan volumenya.
"One direction lagi? Kamu nggak bosen dengerin ini terus? Masih ada banyak kaset dibelakang. Kamu kan bisa de-"
"Nggak bosen dan nggamau. Diem aja deh ah" aku memotong ucapannya lalu ia memutar matanya dan fokus pada jalanan.
Give you this, give you that blow a kiss, take it back if I looked inside your brain i would find lots of things clothes, shoes, diamond rings stuff that's driving me insane. Ah my babes!
"What? Blow job?"
"Apasih just? Mulai kan" Aku menengok kearah justin yang memasang tampang terkejut.
"That lyrics. Mesum banget tu bocah 5."
"Kamu yang mesum. Blow a kiss, bukan blow job" aku menggelengkan kepalaku sedangkan ia hanya menoleh kearahku dan terkekeh geli.
Mencoba mengalihkan perhatiannya untuk tidak mencela boyband kesayanganku yang akan berujung pada perdebatan diantara kami, dimana justin akan memberikan komentar komentarnya yang menunjukan betapa tidak sukanya ia akan boyband favoriteku dan aku yang akan selalu membela boyband tersebut, aku memelih mengalihkan topik pembicaraan "Kamu nemuin tas aku dimana?"
"Disofa depan tv"
"Kok bisa sih? Perasaan aku taruh dikasur" ia hanya menengok kearahku dan memberiku tatapan mana-aku-tahu.
Sesampainya direstaurant, kami menjumpai tempat ini lumayan ramai. Justin memilih kursi disudut ruangan didekat wastafel. Seorang pelayan mendekati kami dan memberikan daftar menu.
"Silahkan ini menunya. Mau pesan apa?"
"Pizza pepperoni extra cheese. And softdrink sprite" kata justin. "Kamu mau apa?"
"Pizza cheesy cheese sama softdrink juga tapi yang fanta"
"Oke baiklah. Silahkan ditunggu" pelayan itu pergi dari meja kami menuju kasir untuk memberikan pesanan kami kepada chef disini.
Restaurant ini memiliki konsep design yang indah. Wallpaper dengan gambar bangunan khas Italia yang terlihat seperti bangunan di kota London, serta bendera kebangsaan negara yang terkenal akan makanan makanan yang lezat. Nggak heran kalau restaurant ini ramai dikunjungi oleh pengunjung. Selesai memandangi betapa indahnya design restaurant ini, aku mengalihkan pandanganku ke arah justin. Ia sedang melihatku sambil tersenyum. Terasa seperti ribuan kupu kupu berterbangan didalam perutku. Pipiku memanas. Aku segera menundukan kepalaku agar ia tidak melihat pipiku.
"Ada apa?"
"Uhmm nothing. Ah eh justin habis ini temenin beliin bahan bahan makanan yuk, persediaanku dirumah tinggal sedikit" ia melihatku dan menunjukan raut wajahnya yang sedang berpikir seperti menimbang sesuatu.
"Hmm baiklah ak-"
"Hai justin!" Seseorang menepuk pundak justin. Aku mendongak untuk melihat jelas siapa dia. Errrghh dia lagi. Sinenek sihir.
¥¥¥¥¥¥¥
Hello! This is my first story on wattpad. Im so sorry kalau ini agak aneh. Bahkan mungkin aneh banget. Hehe maklum baru pemula dan aku bingung sama bahasanya hehe.Dont forget to vote ya! Thank you xx
