Bab. 14 - Sudah

503 32 16
                                    

Cinta mungkin tak butuh lembaran kertas serta tanda tangan resmi
Tapi konsekuensinya adalah ...
kecewa atau terluka


***

Di dalam bus Angel baru mendapat kabar dari teman satu divisinya. Tiga hari dia sengaja jarang membuka pesan karena riweh merawat sang adik yang rewel pasca operasi. Baru tadi siang setelah sakitnya lumayan reda, adiknya mau ditinggal oleh Angel. Kalau tidak, bisa-bisa Angel kena tegur atasan karena sering cuti belakangan ini.

Ia pun jadi susah ada waktu sekadar menengok grup atau obrolan pribadi di akun sosial medianya. Memang benar, kalau habis operasi biasanya seseorang akan sangat rewel sekali. Bukan karena manja, memang kenyataannya luka bekas operasi sakit dan nyerinya bukan main. Adiknya setiap hari menangis. Diam hanya bila diberi suntikan pereda sakit atau terpaksa diberi obat penenang.

Pesan dari Kristin berhasil mendatangkan kemarahan di mata Angel. Tapi ia masih belum bisa mempercayai sepenuhnya kabar berita itu. Sekali lagi Angel mengecek grup rumpi divisinya yang berisi beberapa perempuan tukang gosip. Entah kenapa Angel bisa ikut masuk di situ, kalau bukan karena sungkan juga dia ogah.

Kristin_MD
Njel, lo mending jangan ngontrak satu rumah lagi sama si Ines deh.

Angel
Kenapa? Kok gitu?

Kristin_MD
Lo sih cuti, jadi nggak tahu berita ter-update kan? Si Ines ada main sama bos.

Angel
Bos?

Kristin_MD
Iya. Pak Zidan.

Angel
Nggak mungkin! Gue kenal Ines dengan baik.


Kristin_MD
Jangan kan elo, semua temen deketnya aja kena tipu sama topeng baiknya.

Angel
Gue masih nggak percaya. Ntar gue tanyain aja ke Ines.

Kristin_MD
Buat apa lo tanya? Maling ngaku penjarah penuh, Neng. Lo kalo ada pacar jangan kasih tahu dia deh, ntar malah ditikung baru tahu rasa lo.

Harusnya Angel kembali besok pagi sekalian langsung ke kantor. Tapi setelah mendengar kabar tentang Zidan masuk rumah sakit karena kecelakaan, sore hari ia sudah berkemas kembali ke Jakarta. Rencananya dia mau langsung menjenguk Zidan. Angel khawatir dengan keadaan kekasihnya, karena tak ada kabar sama sekali. Ia sudah berusaha menghubungi nomor Zidan tapi tidak aktif. Mau tak mau Angel nekat datang menengok langsung.

Sampai di rumah sakit ia langsung menuju resepsionis untuk menanyakan di mana Zidan dirawat. Setelah diberi tahu, Angel bergegas mencari kamar yang disebutkan oleh sang perawat. Rupanya Zidan sudah dipindahkan ke kelas satu. Di mana tak ada penghuni lain mengganggu. Hanya Zidan saja di sana. Untunglah jam besuk masih tersedia sampai pukul sepuluh malam nanti.

Zidan sedang terpekur entah melamunkan apa ketika Angel masuk. Tak ada seorang pun menemani Zidan di kamarnya.

"Zidan?" panggil Angel seraya menepuk pelan pundak Zidan. Sangking asiknya melamun, Zidan sampai tak sadar seseorang menghampirinya.

"Angel? Kamu ngapain di sini?" Wajah Zidan berubah panik.

"Mau jengukin kamu. Kamu kenapa nggak kasih tahu aku sih? Terus sekarang kenapa nggak ada yang jagain? Istrimu mana? Keluargamu?"

"Laras lagi cari makan di luar, bentar lagi mungkin balik. Keluargaku udah jenguk kemarin."

Angel duduk di sisi ranjang Zidan. Menatapnya penuh belas kasih. Pria yang ia cintai terlihat sangat tak sehat sekarang. Meski lukanya sudah dibalut perban, tetap saja wajah pucatnya tak mampu disembunyikan. "Aku denger kamu kecelakaan motor? Nabrak pembatas jalan? Mobilmu ke mana? Kenapa naik motor?" Angel mulai mengintrogasi.

Secret Lover (Kekasih Gelap Bos)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang