5

192 20 3
                                    

Foto Deva&Bagas

***

"Eh kunyuk, cepet dong telat nih" Teriak Dimas dari lantai 1 rumah Deva.

Seperti biasanya, Dimas menunggu Deva dirumahnya untuk berangkat bersama kesekolah.

"Iya bawel, bentar lagi".

Deva melangkah menuruni tangga untuk menghampiri Dimas.

"Udeh, ayo berangkat Dim, cepetan jangan diem aja nanti telat oon".

"Yeh, daritadi lo yang lama onta".

"Hehe maap, udah ah ayo cepetan".

***

"Dev, minjem pr biologi lo dong" Kata Bagas sambil memanyunkan bibir.

"Nih Gas".

"Itu bibir udah doer, gausah di manyunin segala. Elo yak males banget sih lo ngerjain pr, apa susahnya sih di internet banyak, males banget hidup lo sih GAS BERACUN" Sahut Emily.

"Ih bawel banget deh kamu" Kata Bagas sambil mencubit pipi Emily gemas.

"Duh demi kulit ilham dani yang item dan demi bibir lo yang doer. Don't touch me Gas Beracun".

"Hihi, eh sekarang lo ga manggil gue Gas Kentut, malah jadi Gas beracun".

"Gatau tuh, kata penulisnya lebih srek kalo Gas beracun. Soalnya kata penulisnya muke lo emang mirip Gas beracun di lembah anta beranta".

"Udah ah, lo berdua berantem mulu" Kata Deva melerai.

Emily terdiam dan duduk di tempat duduknya, sedangkan Bagas ia sibuk mengerjakan tugas biologinya.

"Hai Dev" Pangil seseorang sambil menepuk pundak Deva.

"Oh hai".

"Malem nanti ada acara ga?".

"Eh, engga ada".

"Mau jalan sama gue ga?, Gue pengen nunjukin suatu tempat yang keren ke elo".

"Hm,, gimana ya? Kayanya malem ini ga bisa deh Vin".

"Yah padahal kata lo ga ada acara".

"Hihi, bukan gitu pr gue banyak banget, lo juga tau kan, gimana kalo besok sore?".

"Yaudah oke, gue jemput di rumah lo yap".

"Eh, kita mau kemana sih emangnya? Jangan-jangan ke tempat yang aneh-aneh?" Kata Deva dengan memandang Vino penuh kecurigaan.

"Ya engga lah, lo ga liat masa muka ganteng kaya gue ada tampang-tampang kriminal" Vino tertawa garing.

"Pede banget sih lo".

"Bukannya pede Dev, kenyataannya begitu".

"Seterah lo deh" Kata Deva sambil tertawa garing lalu menyikut lengan Vino.

"Besok jam5 sore oke".

"Siap bos".

***

"Dim, pulang sekolah temenin ke makamnya Daniel ya?" Kata Deva.

"Kenapa tiba-tiba lo mau ke makan Daniel?".

"Udah lama gue ga liat dia, jadi gue pengen ketemu dia lagi, gue pengen curhat ke dia".

"Daniel udah mati Dev, lo mau ketemu gimana? Disana cuma kuburannya doang Dev, Kuburan. Disana ga ada Daniel" Seru Dimas sambil memegang bahu Deva.

"I-iya Dimas gue tau ko, gue cuma pengen liat kuburannya doang dan doain Daniel".

"Seterah deh".

Mereka berdua hanya terdiam dikantin yang sangat ramai. Mereka memang selalu seperti itu setelah berbicar tentang Daniel.

"Eh Dev, Dim. mau makan apa nih laper gue" Kata Farhan yang dateng dari belakang Dimas dan memcah keheningan diantara mereka ber2.

"Gue kaya biasa aja deh Han, kalo lo Dev?".

"Sama kaya Dimas aja deh Han".

"Oke, si Bagas sama si Emily kemana nih?" Kata Farhan penasaran.

"Oh, mereka masih ngejain ulangan matematika kayaknya. Soalnya tadi Pa Romlih ngadain ulangan dadakan" Kata Deva.

"Wah anjir, lo pada kebayang ga sih mukanya si Bagas kaya gimana pas denger ulangan matematika dadakan" Kata Dimas.

Mereka ber-3 tertawa karena membayangkan wajah Bagas yang sangat frustasi karena ulang dadakan. Gimana engga, Bagas sangat benci matematika dan lagi harus ada ulangan dadakan?.

"Woi pada ngapain ketawa-ketawa gitu" Kata Emily.

"Hmm.. Gpp, ulangan lo gimana?" Tanya Deva.

"Lumayan lah".

"Eh Bagas mana? Ga bareng lo? Atau dia masih di kelas?" Tanya Farhan.

"Gausah di tanya, palingan si kampret itu ke UKS. Dia pasti ga tahan sama derita ulangan dadakan ini, dan kepalanya pasti pusing berat jadi tujuan utamanya sehabis ulangan pasti ke UKS" Jawab Dimas.

"Binggo, 100 buat Dimas" Kata Emily di susul ketawa kecil. "Coba lo tadi ga keluar duluan Dev, gue jamin lu pasti langsung sakit perut karena nahan tawa pas liat muka Bagas tadi" Tawa Emily makin menjadi-jadi.

"Duh, gimana yah keadaan tuh kunyuk. Ayo weh kita liat dia di UKS" Sahut Deva.

"Ayo lah".

***

Ting nong tong.

Bel sekolah berbunyi, tanda bagi murid- murid SMA Karya untuk pulang.

"Dim, lo ga lupa kan" Kata Deva.

"Apaan?".

"Ah tuh kan, Dimas mah begitu. Pinkun".

"Engga Dev, bercanda doang kali sensi amat sih".

"Ih, tuhkan nyebelin".

"Udalah ayo naik, kita ke makan Daniel".

"Ayo".

***

Deva dan Dimas tiba di sebuah pemakaman umum di jakarta pusat. Pemakaman disini nampak sepi, mungkin karena hari ini bukan hari ziarah.

"Daniel.." Lirih Deva pelan di depan sebuah makam.

Devapun berjongkok, dan dia menyentuh nisan Daniel.

"Daniel.." Sebutnya lagi, lalu ia menangis.

"Dev" Kata Dimas pelan.

Deva tidak membalas panggilan Dimas, ia terus menangis di depan makam Daniel.

"Dev, jangan nangis" Panggil Dimas lagi.

Lagi-lagi Deva tidak mengubris panggilan Dimas. Deva hanya sibuk menangis di depan makam tersebut.

Dimas menarik Deva berdiri dengan lembut, lalu.

Pluk.

Dia memeluk Deva, yang membuat Deva terdiam beberapa saat.

Deg.

Degupan itu muncul dalam diri Deva. Degupan yang lama hilang dari hatinya. Degupan yang ikut mati bersama Daniel. Dan kini degupan itu kembali.

Deva dengan ragu membalas pelukan Dimas, Dimas mengusap rambut Deva lembut dan.

"Jangan nangis Dev, gue ga suka liat lo nangis" Lirihnya pelan.

***

TBC

***

Tolong ya buat yang baca Deva X Dimas. Setidaknya mohon tinggalkan jejak, entah vote ataupun comment.

See you next part.

Deva x DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang